Boleh berencana, boleh berusaha, namun kita tidak punya kuasa untuk memastikan kapan hal tersebut menjadi nyata. Kembali kepada semesta, yang akan mewujudkannya sesuai waktu-Nya. Demikian juga pengalamanku dalam antologi ini.
Kalau melihat kembali kronologisnya, … eh apaan sih pakai kronologis, seolah ada konflik saja he he he. Akan tetapi memang benar kalau melihat urutan waktu, seyogyanya buku ini menempati urutan pertama dari antologi yang aku ikuti. Fliyer tentang antologi inilah yang pertama kali aku temukan secara tidak sengaja. Bolak balik aku buka dan baca satu demi satu kata-kata yang tertera di sana. Sampai akhirnya aku menemukan kebulatan tekad untuk mengikutinya. Langkah awal yang membuatku mengikuti antologi lainnya.
Aku mengirimkan naskah walaupun masih kuragukan di mana letak komedinya. Disambut baik oleh Mbak Genoveva Dian sebagai PJ. Meskipun akhirnya dalam proses revisi, naskah tersebut harus kurombak habis karena sewaktu bedah naskah, ada yang mengatakan kalau itu masih berupa curhatan. Aku sendiri sangat menyadari hal tersebut. Bahkan sampai buku sudah di tangan pun, aku masih merasakan kegaringan itu.
Asli, sebenarnya aku mengalami krisis percaya diri. Apalagi setelah melihat para penulis yang bergabung. Rata-rata mereka adalah aktivis literasi dan pegiat sastra di daerah masing-masing. Bukan hanya antologi bejibun yang sudah mereka miliki, namun buku solo pun sudah. Sementara aku hanyalah pemuja jalan sunyi yang penuh keraguan. Jangankan untuk lingkungan, untuk diri sendiri pun belum kompeten.
Namun aku berusaha untuk menutup mata terhadap silau prestasi mereka. Bertahan dalam grup sembari menjadi silent reader yang tetap menyimak perbincangan demi perbincangan.
Buku ini sendiri mengambil tema komedi situasi dalam bentuk cerpen 750-1500 kata namun harus dilengkapi dengan puisi kocak yang berkaitan dengan isi cerita juga. Konon namanya “cerpussitkom” alias “cerpen puisi situasi komedi”.


Sebenarnya diberi kesempatan bila ingin menjadi kontributor untuk 2 cerita. Namun ternyata membuat cerita lucu itu tidak gampang. Aku hanya menulis satu cerpen dengan judul “Balada Emak Rempong“. Dari judulnya pun sudah ketahuan, pasti cerita seputar emak-emak. Dalam cerita tersebut aku menyelipkan 3 puisi ngawur yang sebelumnya sudah pernah dipos di blog ini, karena memang diperbolehkan mencantumkan puisi yang sudah pernah dipublikasikan.
Buku ini sekarang sudah di genggaman, berisi 27 cerita lucu dari 23 penulis. 1 cerita yang menjadi tulisan terakhir merupakan tulisan keroyokan. Walaupun hanya beberapa kalimat, tetapi aku turut berpartisipasi dalam cerita terakhir dengan tokoh sesuai namaku sendiri.
Tidak menyesal aku memutuskan ikut dalam antologi ini. Karena membaca buku ini asyik sekali. Barisan cerita lucu yang sangat menghibur. Anakku bahkan sampai tertawa terbahak-bahak membaca beberapa cerita.
Judul Buku : Pojok Komedi Berpuisi
Penulis : Penulis Garis Lucu
Penerbit : Elfa Mediatama
Tahun Terbit : Cetakan I, April 2021
Jumlah Halaman : 242 halaman
Gassmom, 22/ 06/ 2021
5 replies on “Pojok Komedi Berpuisi (Antologi)”
Keren covernya.
Ini antologi cerpen apa puisi Kak?
SukaDisukai oleh 1 orang
Cerpen tapi harus disertai puisi kocak
SukaSuka
Wow, keren mbak Sondang, rajin mengeluarkan buku. Selamat ya mbak, semoga bisa mengeluarkan buku solo juga 🥰
Cover-nya bikin penasaran dan unik 😍
SukaDisukai oleh 1 orang
Terima kasih, Mbak Ai
SukaDisukai oleh 1 orang
Sama-sama, Mbak Sondang.
SukaDisukai oleh 1 orang