“Bou, tadi malam Sean ulang tahun.” cerita Sean kepada Bou yang mengasuhnya bila mamanya kerja.
“O, ya? Selamat ulang tahun Sean. Sudah besar Sean ya? Jadi mama beli apa untuk Sean?” tanya Bou.
“Kue cantik. Enak bou.” jawab Sean yang baru genap berusia 3 tahun tapi sudah pandai bercerita kepada orang lain.
“Tapi Bou, nggak ada kado. Chio ulang tahun banyak kado.” lanjut Sean lagi dengan bahasa kanak-kanaknya menyebut nama abangnya yang berusia 2 tahun diatasnya.
“Kalau Chio ulang tahun banyak kado?”
“Iya. Mama kasih kado. Kak Sonia kasih kado. Kak Sarah kasih kado. Semua kasih kado.” jawab Sean dengan mimik lucu wajah khas kanak-kanak.
“Jadi Sean?”
“Sean cuma kue. Abang juga dikasih kue. Tapi kado Abang banyak.” ujar Sean lagi sambil merentangkan kedua tangannya seolah memperjelas “banyak” versi dia.
Demikian percakapan antara Sean, bocah yang baru genap berusia 3 tahun dengan Bou pengasuhnya. Merasa lucu dengan percakapan mereka si Bou pun menceritakan hal tersebut kepadaku. Sean sambil mesem-mesem juga mendengarkan Bou bercerita.
Akupun tertawa sambil berkata kepada Sean,”Tapi Sean kemarin kan Mama belikan juga pakaian dalam yang banyak?”
“Iya, tapi nggak kado.” sahutnya tak mau kalah. “Kado pakai bungkus cantik. Itu kado.” sambungnya lagi.
Tak urung kami tertawa terpingkal-pingkal melihat gaya Sean yang lucu dan polos menerangkan tentang kado.
Tapi mau tidak mau pembicaraan kami membekas juga dalam hatiku.
Sebagai cowok satu-satunya, mau tidak mau Sachio memang harus dibelikan perlengkapan serba baru. Ulang tahun pun kerap menjadi waktu yang tepat untuk memberi yang baru kepadanya. Demikian juga kedua kakaknya tidak mau kalah memberi sesuatu yang baru kepadanya.
Sementara Sean, si bungsu dari 4 bersaudara dan memiliki 2 kakak perempuan. Semua kebutuhan dia selalu tercukupi dari warisan kakaknya. Jadi hanya sebagian kebutuhannya yang harus baru. Dan kalau memang butuh tidak harus menunggu ulang tahun pasti dibeli.
Tetapi ternyata Sean, bocah yang baru genap berusia 3 tahun itu sudah merasakan ketidakadilan dalam hidupnya dan curhat ke Bou pengasuhnya.
Yah, sebagai orangtua aku memang masih harus lebih banyak belajar lagi. Apa yang menurutku sudah baik dan adil tetapi ternyata bocah 3 tahun pun sudah merasakan kesenjangan.
Semoga hari-hari kedepan, aku bisa semakin bijaksana dalam menghadapi dan memahami anak-anakku.
-Gassmom-
Pematangsiantar, 241218
Pict. pribadi
note: Bou/amboru/polu (bahasa Batak)= amboru, bibi, Tante