Kategori
Anak celoteh anak Tentang anakku

Mama Suka Menonton TV?

Mama baru saja tiba di rumah sepulang jalan sore. Seperti biasa, santai dulu di teras depan sekedar melepas lelah dan mengeringkan keringat.

Tak berapa lama terdengar suara tawa cekikikan dari dalam rumah. Sepertinya ada sesuatu yang seru, membuat anak-anak tertawa-tawa begitu.
Setelah tawa mereka berhenti, satu persatu berpencar dengan kesibukan masing-masing. Ada yang bermain dengan temannya, ada yang sekedar keluar memantau suasana senja.

Iklan
Kategori
Anak celoteh anak Tentang anakku

Sean Protes

“Mama, pokoknya Adek mau protes.”

Kategori
celoteh anak Tentang anakku

“Jangan Kasih Tahu Mama”

“Ma, memang nggak boleh minum es batu ya?” tanya Sean si bocah 3 tahun kepada Mama

“Iya.”

“Tapi kemarin Sean dan Kak Sarah minum es batu.”

“O, ya?”

“Tapi Kak Sarah bilang jangan kasih tahu Mama.”

“Jadi kenapa Sean kasih tahu sama Mama?”

“Karena kan tidak boleh bohong.”

Hmm, dasar bocah.

-Gassmom-
Pematangsiantar, 230319

Kategori
celoteh anak Cerita Mini Tentang anakku

Siapa Yang Mengajari?

“Hmm, koq gitu sih Sean? Anak siapa sih ini? Bisa-bisanya mengganggu terus?” ujarku kepada Sean.

“Hmm, anak siapa ya? Anak anjing … Ha ha ha …” dan si bocah 3 tahun itu terbahak-bahak sambil menari-nari.

“Waduh, Sean. Kenapa bilang begitu? Siapa yang mengajari seperti itu? Pantang ya bilang seperti itu. Sean kan anak mama. Kalau Sean bilang Sean anak anjing berarti kita anjing …” ujarku sedikit gusar karena mendapat jawaban seperti itu.

“Iya Ma, nggak boleh ya Ma? Pantang ya?” ujarnya lagi dan kuiyakan.

***

Keesokan harinya.

“Ma, bulu hidung ada ya?” tanya Sean.

“Ada.”

“Bulu hidung ada, bulu mata ada, bulu ketek ada …, bulu apa lagi Ma?”

“Bulu kaki.”

“Terus, apa lagi?”

“Bulu ayam.”

“Apa lagi?”

“Bulu kucing, bulu anjing.”

“Haaa, mama kenapa bilang anjing? Siapa yang mengajari mama bilang gitu?”

-Gassmom-
Pematangsiantar, 140219

Kategori
celoteh anak Cerita Anak Cerita Mini Cermin Tentang anakku

Bomba (cerita mini)

Sachio : “Mama, kemarin Abang bilang cita-cita abang ada dua kan?”

Mama : “Iya.”

Sachio: “Sekarang sudah berubah Ma, nggak dua lagi tapi sudah tiga.”

Mama : “O, ya … apa saja itu? Satu, polisi. Dua, tentara. Yang ketiga Pendeta ya Bang? ”

Sachio : “Bukan lho Ma … ”

Mama: “Terus, apa dong?”

Sachio: “Cita-cita Abang yang ketiga itu adalah Bomba. ”

Mama : “Bomba? Apa itu Bomba? Mama tidak tahu. ”

Sachio : “Ish, Mama ini lho. Masak bomba tak tahu. ”

Mama : “Iya, memang Mama tak tahu koq.”

Sachio : “Bomba itu memadamkan kebakaran lho Ma. Kalau ada kebakaran, bomba akan datang menyelamatkan.”

Mama: “Ooo, itu namanya pemadam kebakaran.”

Sachio : “Bomba lho Ma. Mama ini nggak tahu lho. Makanya Mama nonton Ipin Upin, biar tahu. Namanya itu Bomba. Makanya sekarang cita-cita abang sudah tiga, Bomba 1 lagi. Gitu lho Ma … ”

Mama : “Ooo, itu.”

Si Mama hanya bisa mengangguk-angguk tak jelas. Dalam hati tak habis pikir, koq bisa bocah 4 tahun itu punya cita-cita menjadi pemadam kebakaran.
Sebagai orangtua tak lupa selipkan doa dalam hati kiranya Tuhan memberi yang terbaik untuk anak tersayang.

-Gassmom-
Pematangsiantar,210918

note.
Tulisan ini sudah pernah diunggah ke Platform lain.
Pict. pribadi.

Kategori
Cerita Anak Cerita Mini Tentang anakku

Rak Handuknya Mahal (Sarah dan Sachio)

“Aduh! Kak, Kak Sarah! Bantuin … ”

“Apa? ”

“Tolong Abang kak. ”

Sarah si kakak pun bergegas menemui Sachio yang sedang susah payah mempertahankan jemuran handuk bongkar pasang yang sudah setengah tumbang. Tapi bukan semakin kokoh, rak handuk tersebut pun semakin terpisah satu sama lain.

Melihat situasi tersebut, Sachio bocah lelaki usia 4 tahun itu pun bergegas menemui mama mereka yang sedang sibuk menyetrika, yang pura-pura tidak tahu dengan apa yang sedang terjadi.

“Ma, beli lagi rak handuk kita ya Ma.” ujar Sachio dengan wajah penuh harap.

“Nggak, uang mama nggak cukup.” jawab sang Mama.

“Berapa rupanya harganya?” tanya Sachio lagi.

“Satu juta. ”

“Oh … ” Sachio pun bergegas ke halaman lagi menemui Sarah si kakak yang masih setia di dekat rak handuk.

“Kak, kata mama harganya satu juta. Mahal … Mama nggak mungkin beli yang baru.” lapor Sachio dengan suara pelan kepada Sarah.

Tak berapa lama, tok tok tok … Suara batu yang ditokok ke rak handuk pun riuh terdengar. Sang mama pun penasaran dan mengintip dari jendela. Ternyata Sarah dan Sachio sedang bekerjasama bahu membahu memperbaiki rak handuk yang nyaris tercerai berai itu. Sambil tersenyum si Mama pun kembali larut dengan kesibukannya dan tetap bersikap seolah-olah tidak perduli.

Setengah jam kemudian Sarah dan Sachio masuk ke rumah dengan wajah riang. Sarah membawa rak handuk yang sudah bersatu kembali dan merapikan kembali handuk yang sudah jatuh bersama Sachio.

“Ma, rak handuknya sudah bagus ya. Mama tak usah beli yang baru lagi. Mahal kan Ma? “ujar Sarah dengan senyum terkulum.

“Oke, makasih ya Boru.” jawab sang mama singkat. Sambil melanjutkan menyetrika sang mama pun tersenyum bahagia sambil bergumam, “Iya, rak handuknya memang tidak mahal tapi yang mahal itu persaudaraan dan kerjasama kalian.”

The end.

note.
– boru= panggilan sayang orang Batak kepada anak perempuannya.
– Tulisan ini sudah pernah diunggah sebelumnya pada tanggal penulisan di platform Plukme

-Gassmom-
Pematangsiantar, 230918

Sumber Gambar: foto Pribadi

Kategori
orangtua Renungan story of my life Tentang anakku tulisan Bebas Uncategorized

Ulang Tahun Yang Tidak Adil

“Bou, tadi malam Sean ulang tahun.” cerita Sean kepada Bou yang mengasuhnya bila mamanya kerja.

“O, ya? Selamat ulang tahun Sean. Sudah besar Sean ya? Jadi mama beli apa untuk Sean?” tanya Bou.

“Kue cantik. Enak bou.” jawab Sean yang baru genap berusia 3 tahun tapi sudah pandai bercerita kepada orang lain.

“Tapi Bou, nggak ada kado. Chio ulang tahun banyak kado.” lanjut Sean lagi dengan bahasa kanak-kanaknya menyebut nama abangnya yang berusia 2 tahun diatasnya.

“Kalau Chio ulang tahun banyak kado?”

“Iya. Mama kasih kado. Kak Sonia kasih kado. Kak Sarah kasih kado. Semua kasih kado.” jawab Sean dengan mimik lucu wajah khas kanak-kanak.

“Jadi Sean?”

“Sean cuma kue. Abang juga dikasih kue. Tapi kado Abang banyak.” ujar Sean lagi sambil merentangkan kedua tangannya seolah memperjelas “banyak” versi dia.

Demikian percakapan antara Sean, bocah yang baru genap berusia 3 tahun dengan Bou pengasuhnya. Merasa lucu dengan percakapan mereka si Bou pun menceritakan hal tersebut kepadaku. Sean sambil mesem-mesem juga mendengarkan Bou bercerita.

Akupun tertawa sambil berkata kepada Sean,”Tapi Sean kemarin kan Mama belikan juga pakaian dalam yang banyak?”

“Iya, tapi nggak kado.” sahutnya tak mau kalah. “Kado pakai bungkus cantik. Itu kado.” sambungnya lagi.

Tak urung kami tertawa terpingkal-pingkal melihat gaya Sean yang lucu dan polos menerangkan tentang kado.

Tapi mau tidak mau pembicaraan kami membekas juga dalam hatiku.

Sebagai cowok satu-satunya, mau tidak mau Sachio memang harus dibelikan perlengkapan serba baru. Ulang tahun pun kerap menjadi waktu yang tepat untuk memberi yang baru kepadanya. Demikian juga kedua kakaknya tidak mau kalah memberi sesuatu yang baru kepadanya.

Sementara Sean, si bungsu dari 4 bersaudara dan memiliki 2 kakak perempuan. Semua kebutuhan dia selalu tercukupi dari warisan kakaknya. Jadi hanya sebagian kebutuhannya yang harus baru. Dan kalau memang butuh tidak harus menunggu ulang tahun pasti dibeli.

Tetapi ternyata Sean, bocah yang baru genap berusia 3 tahun itu sudah merasakan ketidakadilan dalam hidupnya dan curhat ke Bou pengasuhnya.

Yah, sebagai orangtua aku memang masih harus lebih banyak belajar lagi. Apa yang menurutku sudah baik dan adil tetapi ternyata bocah 3 tahun pun sudah merasakan kesenjangan.

Semoga hari-hari kedepan, aku bisa semakin bijaksana dalam menghadapi dan memahami anak-anakku.

-Gassmom-
Pematangsiantar, 241218

Pict. pribadi
note: Bou/amboru/polu (bahasa Batak)= amboru, bibi, Tante

Kategori
Cerita Mini Cermin Renungan Tentang anakku tulisan Bebas

Baju Biru (Cerita mini Tentang Natal)

Acara sudah dimulai ketika kami tiba. Ruang gereja sudah penuh karena Natal Paud tahun ini ternyata disatukan dengan Natal anak sekolah Minggu jemaat gereja tempat PAUD berada.

Kategori
Tentang anakku

Pakai Diapers Membuat Bodoh???

“Jangan pakaikan diapers ke si anu itu, nanti jadi bodoh dia.”

Sampai sekarang kata-kata itu masih terus terngiang di telingaku.
Sebenarnya ucapan itu bukan ditujukan kepadaku tetapi kepada ibu di sebelahku yang sedang bermaksud memakaikan diapers ke anak laki-lakinya karena si ibu melihat aku memakaikan diapers kepada anakku.
Saat itu musim hujan dan kebetulan keluargaku sedang menginap di rumah saudara.
Karena si ibu melihat aku memakaikan diapers dia pun terpikir untuk melakukan hal yang sama ke anaknya. Tetapi ternyata bapak si anak melihat dan mengatakan kalimat itu.

Kalimat itu memang bukan untukku, tetapi karena Bapak itu mengatakan hal tersebut di saat aku berada di sana jadi aku merasa kalimat itu untukku. Apalagi Bapak itu tahu aku memang memakaikan diapers setiap hari kepada anakku. Mulai dari anakku nomor 2 sampai dia berusia 2 tahun.
Dan (saat itu) anakku yang ke tiga juga selalu memakai diapers di kesehariannya.

Bukan tanpa alasan aku melakukan itu. Kebetulan mulai dari anak yang nomor 2 sampai si bungsu yang nomor 4, setiap hari mereka dijaga pengasuhnya bukan di rumah kami tapi dibawa ke rumah yang jaga.
Hal yang selalu mereka tanyakan setiap aku melakukan penawaran untuk jaga anak adalah,”…pakai diapers kan?”

Dan demi, demi kenyamanan bersama, aku nyaman bekerja dan yang jaga juga nyaman menjaga anakku di rumahnya, (nyaman tanpa bau pesing he he he) jadilah anakku yang nomor dua sampai sibungsu yang ke empat setiap hari pake diapers sampai usia mereka 2 tahun.

Menurut bapak yang tadi, anak yang pakai diapers setiap hari akan menjadi bodoh dalam masalah toilet training, begitu kira kira.

Tapi menurutku itu tidak sepenuhnya benar. Itu tergantung kepada si anak.
Buktinya, anakku lepas diapers begitu usia 2 tahun tapi tak ada koq yang menjadi bodoh dalam hal buang membuang hajat. Mereka langsung beradaptasi. Pertama mungkin masih sempat kencing di celana tapi itu tidak butuh waktu lama.
Contoh nyata anakku bungsu yang sekarang berusia 2 tahun 4 bulan. Umur 2 tahun kami lepas diapers pada siang hari kecuali saat tidur siang. Tak berapa lama, tidur siang juga kami lepas, jadi diapers dipakai hanya saat tidur malam.
Dan sekarang tidur malam hari juga sudah lepas, tapi dia tidak ngompol koq. Dia pasti terbangun dan minta ke kamar mandi.
Siang juga sudah lancar, begitu ingin buang air kecil langsung masuk kamar mandi turunkan celana dan setelah selesai pasang sendiri.
Buang air besar juga begitu, masuk kamar mandi, naik ke kloset dan selesai.
Pengasuhnya saja heran melihat perkembangan itu mengingat riwayat dia dahulu yang selalu pakai diapers setiap hari.

Jadi menurutku pakai diapers tidak membuat anak jadi bodoh dalam hal toilet training dan aku sudah membuktikannya pada 3 orang anakku. Yang laki laki dan perempuan sama, tidak ada bedanya.

Dan menurutku lambat dalam hal toilet training tergantung kepada si anak.

Diam-diam aku pernah memperhatikan si anak yang tidak diperbolehkan pakai diapers tadi. Ternyata anakku masih lebih pintar koq dalam hal toilet training, mengontrol untuk tidak buang air kecil di celana. Padahal, dia tidak pernah pakai diapers lho sejak bayi. Tapi kenapa dia tidak jauh lebih pintar dari anakku ya? he he he

Gassmom-

Kategori
Cerita Anak Cerita Mini Cermin Tentang anakku

Tuhan Sudah Tidur (Sachio)

Suatu malam,

Mama: “Sachio, sudah bisa tidur ya. Sudah larut malam ini.”

Sachio: “Nanti saja Ma.”

Mama: “Jangan nanti, tidurlah. Besok harus cepat bangun karena mama dinas pagi.”

Sachio: “Iyalah.”

Mama: “Eh, koq tidak berdoa? Berdoa dulu.”

Sachio: “Tak usah Ma, kan sudah malam kali. Berarti Tuhan sudah tidur. Jadi berdoa pun abang nanti Tuhan tidak dengar karena sudah tidur.”

Mama: “…………..??? Tuhan tak pernah tidur. Ayo, mama saja yang buat doa malam ini. Mari kita berdoa.”

(Si Mama tak tahu bagaimana menjelaskan, jadi sebelum pembicaraan berlanjut si mama buru-buru memimpin doa)

#Sachio#my_Sachio#gassmom_punya_cerita

-Gassmom-