Kategori
Surat

Surat Untuk Adik Kelas Kesayangan (Letter-5)

Kepada : Rimtaida, Masri dan Santi

Hallo, apa kabar?

Lucu ya, aku menulis surat untuk 3 orang sekaligus. Tapi memang sepertinya harus untuk bertiga karena ada satu peristiwa yang membuatku selalu ingat kepada kalian sekaligus membuatku merasa berdosa karena aku tidak bisa menjadi kakak kelas yang baik untuk kalian.

Yah, aku memang aneh. Tidak seperti temanku yang lain. Kalau teman yang lain, begitu tahu ada adik kelas yang sama marga dengannya atau persamaannya mereka akan mendekati adik tersebut, martarombo dan terjadilah hubungan kekerabatan yang sangat erat di antara mereka bahkan rasanya melebihi kakak adik kandung.

Simbiosis mutualisme pun terjadi, sama-sama menguntungkan dalam kehidupan di asrama dan sekolah. walaupun yang kulihat, yang sering lebih diuntungkan itu si kakak. Si kakak kelas memang memberi sebuah perhatian dan semacam perlindungan dan si adik kelas memberi apa yang ada padanya termasuk makanan, waktu dan tenaga. Mengambil makan siang si kakak, mengangkat jemuran, menyetrika dan masih banyak lagi.

Ops, sorry kalau itu salah. Itu memang hanya penilaianku pribadi berdasarkan apa yang kulihat.

Lho, koq malah ngelantur ya? He he he

Kembali kepada diriku yang termasuk aneh. Yah, memang begitulah aku. Aku tidak terlalu tertarik dengan segala keterikatan marga atau asal usul daerah. Ah, dasar aku Batak dalley ya…

Dan ketika kalian memperkenalkan diri bahwa kita dalam satu rumpun marga dan meminta aku menjadi kakak pembimbing, tentunya aku senang tapi yah sebatas begitu saja. Aku tidak pernah bisa menempatkan diri di posisi intim seperti teman yang lain. Aku tidak ingin dibebani dan aku juga tidak suka membebani orang lain.
Itu sebabnya, aku juga jarang menyuruh sesuatu kepada kalian. Jadi sepertinya hubungan kakak dan adik di antara kita lain dari yang lain. Kalian mengakui aku sebagai kakak pembimbing tapi sikapku jauh dari membimbing. Kita juga jarang nampak duduk bersama di asrama. Bahkan mungkin kalian lebih dekat dengan temanku yang lain. Kebersamaan kita mungkin hanya hari Minggu karena kita selalu pergi bersama ke gereja.

Ke gereja bersama, singgah di rumah Santi. Sepertinya hanya itu kedekatan di antara kita.

Tapi ada satu moment sebagaimana yang kutulis di awal tadi yang membuatku merasa menjadi kakak kelas durhaka.

Saat itu, kami kelas 3 menjalani ujian akhir. Aku sedang membaca catatan di bedku di asrama Anyelir dan aku cukup kaget ketika tiba-tiba kalian sudah ada di hadapanku membawa segelas susu dan roti.

“Kak, ini untuk puding kakak. Hanya ini yang kami punya. Selamat ujian Kak.” dengan kompak kalian mengatakan itu.

Wah, aku benar-benar terkesima dengan apa yang kalian buat. Aku memang cengengesan tapi sebenarnya dalam hati benar-benar surprise dengan apa yang kalian buat. Termasuk mood booster yang mujarab juga kala itu.

Tapi di balik rasa senang itu sekaligus menimbulkan perasaan berdosa juga. Kalian sangat baik tetapi aku tak pernah melakukan apapun yang berguna untuk kalian.

Melalui surat ini aku berterima kasih karena kalian pernah menganggapku kakak pembimbing kalian. Juga berterima kasih untuk perhatian kalian sewaktu aku dalam masa ujian akhir.

Aku juga minta maaf karena gagal menjadi kakak pembimbing seperti harapan kalian. Disaat kalian butuh perhatian tetapi seperti biasa aku tetap asyik dengan duniaku. Aku sangat minta maaf …

Oke deh, rasanya sampai di sini saja surat ini. Kiranya kita diberi kesehatan dan umur panjang sehingga suatu hari kelak kita dapat bertemu lagi. Walaupun mungkin bila kita bertemu suatu hari nanti, aku masih tetap kakak yang kaku dan tidak bisa membimbing tapi yang pasti aku tetap mengingat kalian …

Syalom.
Tuhan memberkati kita.

Gassmom-
Pematangsiantar, 200219

Tulisan ini dalam rangka a letter challenge hari ke 5 (namun molor 1 hari) dengan tema surat untuk adik kelas kesayangan.

Iklan