
Pict. Gassmom
“Selamat Hari Sumpah Pemuda Kak.”
Sebuah pesan WA masuk.
Pesan itu dikirim sebagai pelengkap sebuah video dan di sampul video tertera “Gassmom”
Video tersebut aku putar dan ini merupakan sebuah kejutan indah karena video tersebut berisi puisi yang aku tulis saat Peringatan Sumpah Pemuda tahun lalu.
Waktu itu di sebuah platform ada semacam event menulis puisi dengan tema Sumpah Pemuda dan beberapa puisi terpilih akan dibacakan. Puisi karyaku kebetulan menjadi salah satu yang dibacakan. Rekaman tersebut diedit ke sebuah video oleh teman yang mengirim tadi.
Sebenarnya aku sama sekali tidak menyangka kalau puisi itu akan dibacakan karena aku membuatnya tanpa perencanaan matang bahkan terkesan ngebut karena sudah deadline. Kukirim tanpa mengedit lagi persis setengah jam sebelum batas waktu berakhir.
Dan tahun ini, ketika mendengarkan rekaman puisi tersebut, baru kusadari ada beberapa hal yang sebenarnya tidak harus kutuliskan di puisi tersebut. Banyak kata yang mubazir dan ada pencantuman angka- angka yang seharusnya tidak perlu kutulis karena kalau angka tersebut dicantumkan seolah- olah puisi itu hanya berlaku pada saat itu saja bukan pada tahun- tahun berikutnya. Kemudian terlalu banyak pengulangan kata yang sebenarnya kalau aku mempunyai banyak waktu masih bisa dipangkas.
Tapi mau bagaimana lagi, semua sudah terlanjur. Biarlah menjadi pelajaran untuk hari ke depan.
Terima kasih kepada Thumbs Up yang telah mengedit dan mengirimkan video tersebut.
Thumbs Up ini merupakan salah satu teman yang bertemu di platform tersebut, seorang yang hobby menulis dengan tulisan dan puisi yang bagus. Sejak platform tersebut mati suri, Thumbs Up juga kadang menulis di Kompasiana dan Kaskus. Kami sempat bergabung di sebuah grup WA dalam rangka membuat buku antologi puisi. Namun karena sesuatu dan lain hal, rencana tersebut batal.
Terima kasih juga kepada Pak Dhidhynk Al Rasyid yang telah membacakan puisi tersebut. Kalau bukan beliau yang membaca, mungkin puisi ini hanya sekedar puisi biasa sebagaimana puisi recehku yang lain. Tapi karena beliau yang membaca maka puisi ini seolah memiliki nyawa. Beliau juga seorang yang ku kenal sejak bergabung di platform tersebut. Seorang pengusaha studio di Makasar. Multitalent, serba bisa dan memiliki jiwa seni yang mumpuni, itu adalah penilaianku tentang beliau.
Wah, awalnya cerita puisi tapi ternyata aku sudah ngelantur kemana-mana. Yang pasti aku sangat senang mendapat kiriman video tersebut pada hari Sumpah Pemuda tahun ini.
Tulisan ini sengaja aku buat menjadi bagian 1 yang menceritakan latar belakang puisi tersebut. Pada bagian 2 nanti aku menuliskan isi puisi.
O, iya video puisi tersebut sudah aku unggah ke youtube. Siapa tahu ada yang berkenan menontonnya boleh diklik tautan di bawah ini.
Gassmom-
Pematangsiantar, 291019