Kemarin, untuk pertama kalinya aku mengikuti test swab antigen. Test yang dilakukan tanpa perencanaan sebelumnya. Sebenarnya tidak ada niat untuk test dan tidak juga mengalami keluhan apa-apa.
Tag: pengalaman pribadi

Bagaimana Caraku Lekas Pulih dari Keterpurukan
Tahun ini, kerugian demi kerugian secara finansial rasanya begitu betah menghampiriku. Beberapa investasi yang aku simpan sedikit demi sedikit selama beberapa tahun, berakhir zonk. Harapan bahwa tahun ini akan menuai hasil ternyata sia-sia belaka.
Setiap orang pastilah mengharapkan segala sesuatunya berjalan lancar. Hal ini juga menjadi harapan bila melakukan sebuah perjalanan. Akan tetapi ada saatnya, harapan tidak sesuai dengan kenyataan.
Cerita Perjalanan
Kemarin aku menulis tentang ide menulis harian yang bersumber dari blog Ikatan Kata. Mirisnya, sudah 13 hari berlalu namun aku sendiri belum menulis satu ide pun dari sana. Bahkan bisa dibilang, sepekan ini tidak ada menulis. Yah, dan begitulah si pemberi saran juga belum tentu melakukan apa yang dia sarankan.
Kartu ATM BRI Disabled

Entah mimpi apalah aku. Minggu ini lagi-lagi bermasalah dengan mesin ATM. Kalau Senin kemarin dengan ATM Bank Sumut, uang tidak keluar. Hari Jumat dengan ATM BRI.
Ke ATM Bank Sumut merupakan sebuah rutinitas wajib bagiku setiap awal bulan. Pembayaran gaji ditransfer ke Bank tersebut. Jadi, mau tidak mau tetap harus ke ATM untuk urusan tarik menarik uang yang akan menjadi pegangan dalam 1 bulan sebelum nanti gajian lagi.
Keraguan Yang Dipatahkan

Pernahkah ada saat dalam hidup kalian meragukan diri sendiri untuk sebuah masa depan? Memutuskan sesuatu karena tidak yakin dengan diri sendiri? Tetapi ternyata yang terjadi justru sebaliknya?
Aku bukanlah orang yang aktif di WA grup termasuk grup alumni. Hanya ada 2 yang kupertahankan itupun hanya grup sewaktu sekolah menengah yang berisi kami 1 angkatan dan 1 lagi berisi semua angkatan termasuk beberapa guru yang mana grup tersebut terdiri dari lintas suku dan agama yang ada di Sumatera Utara. Grup yang kedua kupertahankan untuk antisipasi sarana berbagi info tentang dunia kesehatan dan rumah sakit bila dibutuhkan. Walaupun sudah banyak yang lari jalur tapi mayoritas masih mengabdi di dunia keperawatan yang tersebar di berbagai daerah. Aku pribadi juga sering memberi informasi bila ada yang membutuhkan informasi atau bantuan tentang rumah sakit dan pelayanan medis di Pematangsiantar.
Kecuali ada info yang bisa kubantu, aku hampir tidak pernah komentar di grup tersebut. Biasanya percakapan didominasi oleh para senior.
Tetapi kemarin aku benar-benar tidak bisa menahan diri untuk tidak memberi komentar.
Seorang senior yang merupakan aparat sebuah kesatuan mengirim beberapa video. Pertama dikirimkan bagaimana perlakuan Kepolisian yang menghajar perusuh, video kedua juga masih tema yang sama. Video ketiga berisi kebaikan tentara yang membagi-bagikan makanan dan minuman kepada para demonstran.
Sontak jiwa nasionalisme dalam diriku pun bergejolak. Kalau tadi yang mengirimkan itu sipil biasa mungkin aku tidak terlalu ambil pusing. Tapi karena yang mengirim itu aparat maka aku tidak bisa diam. Beliau memang senior jauh di atasku dan menurut pengamatanku beliau cukup sering meramaikan suasana grup dan termasuk yang disegani. Tapi menurutku apa yang dilakukan kali ini tidak bisa dibenarkan begitu saja. Sudah beberapa jam sejak kiriman itu hanya ada satu orang menanggapi dan bertanya, ” Koq gitu Bang?” dan dibalas lagi dengan kalimat yang memojokkan pihak yang ada di video pertama.
Akhirnya aku tak bisa menahan diri. Awalnya aku hanya mengetik kalimat singkat bernada menyindir yaitu, “Tiba2 aku ingat wejangan orangtua : Jadilah yang terbaik tanpa harus menjatuhkan orang lain.”
Namun setelah menulis itu aku merasa belum cukup dan berpikir kalau hanya begitu belum tentu dimengerti. Akhirnya aku mengetik lagi, “Maaf Bang xxxxx, aku hargai Abang sebagai aparat xxx, tapi tolong jangan ikut2an memprovokasi masyarakat dgn menampilkan keburukan pihak lain. Abang aparat xxx lho,yg harusnya lebih bisa membantu kami masyarakat awam ini untuk semakin bersatu padu mempersatukan Indonesia yang hampir terpecah belah ini. Jangan menjadi sebaliknya. Maaf Bang, aku memang junior dan bodoh tapi aku cinta Indonesia dan tidak ingin negara ini hancur.”
Tak berapa lama notifikasi pun berbunyi terus. Ternyata apa yang kutulis dibalas para kakak senior di sana dengan jempol. Sebagian menulis, ” Pas itu.”, “betul itu” Nah, kenapa dari tadi tak ada yang mengatakan, pikirku. Dan seperti biasa aku pun hanya memantau tanpa komentar lagi. Biarlah mereka para senior yang meramaikan seperti biasa. Tak berapa lama si Abang senior pun muncul dengan satu kata, ” Mikir …” yang dibalas lagi oleh para kakak senior. Ada juga cerita sedih dari seorang kakak yang bekerja di sebuah rumah sakit di Jakarta yang mana karena peristiwa tersebut mereka terpaksa berjaga terus. Karena sungguh dampak dari segala peristiwa ini pasti berdampak ke semua aspek kehidupan. Makanya aku tidak habis pikir mengapa sang Abang senior yang seharusnya bisa menjadi panutan kami tetapi malah begitu.
Percakapan pun berlanjut terus. Tadi pagi aku cek, ada juga seorang senior yang mengirim forward dari Komisi Penyiaran Indonesia yang intinya mengatakan supaya penyampaian informasi seharusnya bersifat menyejukkan dan konstruktif. Diakhiri dengan kalimat, “( di Group WA ini Marilah kita jaga, pelihara & ciptakan bersama Kedamaian & perdamaian untuk NKRI yg kita cintai ini, INDONESIA adalah RUMAH KITA BERSAMA,….)” Kemudian dijawab juga oleh seorang guru senior dengan kata-kata yang tak kalah nasionalis.
Eh, tak berapa lama aku cek lagi ternyata ada seorang yang keluar dari grup dan itu adalah Abang Senior yang kemarin. Nah lho, …
–Gassmom-
Pematangsiantar, 260519
Nb. Ketika akal sehat masih dipertanyakan

“Masih muda ya ibu yang pulang barusan itu.” ujar ibu pendamping pasien peserta MOW (Metode Operasi Wanita) yang berada di ruangan yang sama dengan tempatku membantu teman mengurus pasiennya.
“Iya. Dan ke depannya dia pun pasti akan nampak semakin muda karena tidak ada beban lagi untuk takut hamil. Dia bisa fokus mengurus anak dan dirinya saja.” ujar ibu yang satu lagi.
“O, iya? Tapi aku kenapa tidak merasa tambah muda ya?” celutukku spontan.
“Maksudnya? Aku kan cerita tentang wanita yang sudah operasi tutup tadi.” kata ibu yang pertama. ” Kalau kamu yang masih gadis, ya pasti masih muda. Jadi ngapain dibahas?” sambungnya lagi.
“Aku juga sudah tutup koq Bu. Sudah lama malah, sudah 3 tahun.” jawabku kalem.
“Ah, masa? Tak kirain tadi kamu masih gadis lho. Makanya dari tadi aku panggil adik gitu. Sudah berapa anakmu?”
“4 …” jawabku.
“Wah, tak disangka sama sekali. Padahal masih muda ternyata anakmu banyak juga ya he he he.”
“Umurku nggak semuda ibu tadi koq Bu. Umurku sudah tua.” ujarku kalem.
“O, Iya … Tadi kupikir memang masih gadis lho … ”
Sebenarnya aku sudah lumayan lelah. Karena alasan background mereka dan karena kebetulan aku dekat dengan mereka, ada 1 tim yang minta bantuanku memberi tindakan yang tidak bisa mereka lakukan. Pekerjaanku pun menjadi double. Walaupun sebenarnya aku enjoy saja melakukan itu karena bukan pekerjaan sulit dan akupun senang melakukannya. Dan lebih senang lagi ketika mendengar mereka mengucapkan terima kasih. Dan, ketika ada yang mengatakan bahwa aku masih kelihatan seperti gadis, … pastinya aku lebih senang lagi dong. Lelahku pun berkurang, semangatku membuncah he he he …
Ya, sama seperti wanita-wanita lain, aku juga senang dibilang masih muda, dibilang belum nampak seperti mami-mami rempong. Lelah letih bisa hilang dalam sekejap, semangat langsung melonjak setinggi-tingginya bila ada perkataan begitu.
Lebay ya?
Tapi itu memang kenyataannya koq. Hampir semua wanita yang kukenal bila ada yang mengatakan dia nampak muda, awet muda, semakin muda, tak perduli si wanita itu yang seumuranku, atau yang 50-an bahkan yang sudah 60-an pun pasti akan sumringah mendengar perkataan seperti itu, wajah pun langsung berseri -seri.
Ya, itulah wanita. Karena wanita selalu ingin dikatakan terlihat muda, cantik dan menarik.
-Gassmom-
Pematangsiantar, 220918
Pict. Pribadi

“Bou, tadi malam Sean ulang tahun.” cerita Sean kepada Bou yang mengasuhnya bila mamanya kerja.
“O, ya? Selamat ulang tahun Sean. Sudah besar Sean ya? Jadi mama beli apa untuk Sean?” tanya Bou.
“Kue cantik. Enak bou.” jawab Sean yang baru genap berusia 3 tahun tapi sudah pandai bercerita kepada orang lain.
“Tapi Bou, nggak ada kado. Chio ulang tahun banyak kado.” lanjut Sean lagi dengan bahasa kanak-kanaknya menyebut nama abangnya yang berusia 2 tahun diatasnya.
“Kalau Chio ulang tahun banyak kado?”
“Iya. Mama kasih kado. Kak Sonia kasih kado. Kak Sarah kasih kado. Semua kasih kado.” jawab Sean dengan mimik lucu wajah khas kanak-kanak.
“Jadi Sean?”
“Sean cuma kue. Abang juga dikasih kue. Tapi kado Abang banyak.” ujar Sean lagi sambil merentangkan kedua tangannya seolah memperjelas “banyak” versi dia.
Demikian percakapan antara Sean, bocah yang baru genap berusia 3 tahun dengan Bou pengasuhnya. Merasa lucu dengan percakapan mereka si Bou pun menceritakan hal tersebut kepadaku. Sean sambil mesem-mesem juga mendengarkan Bou bercerita.
Akupun tertawa sambil berkata kepada Sean,”Tapi Sean kemarin kan Mama belikan juga pakaian dalam yang banyak?”
“Iya, tapi nggak kado.” sahutnya tak mau kalah. “Kado pakai bungkus cantik. Itu kado.” sambungnya lagi.
Tak urung kami tertawa terpingkal-pingkal melihat gaya Sean yang lucu dan polos menerangkan tentang kado.
Tapi mau tidak mau pembicaraan kami membekas juga dalam hatiku.
Sebagai cowok satu-satunya, mau tidak mau Sachio memang harus dibelikan perlengkapan serba baru. Ulang tahun pun kerap menjadi waktu yang tepat untuk memberi yang baru kepadanya. Demikian juga kedua kakaknya tidak mau kalah memberi sesuatu yang baru kepadanya.
Sementara Sean, si bungsu dari 4 bersaudara dan memiliki 2 kakak perempuan. Semua kebutuhan dia selalu tercukupi dari warisan kakaknya. Jadi hanya sebagian kebutuhannya yang harus baru. Dan kalau memang butuh tidak harus menunggu ulang tahun pasti dibeli.
Tetapi ternyata Sean, bocah yang baru genap berusia 3 tahun itu sudah merasakan ketidakadilan dalam hidupnya dan curhat ke Bou pengasuhnya.
Yah, sebagai orangtua aku memang masih harus lebih banyak belajar lagi. Apa yang menurutku sudah baik dan adil tetapi ternyata bocah 3 tahun pun sudah merasakan kesenjangan.
Semoga hari-hari kedepan, aku bisa semakin bijaksana dalam menghadapi dan memahami anak-anakku.
-Gassmom-
Pematangsiantar, 241218
Pict. pribadi
note: Bou/amboru/polu (bahasa Batak)= amboru, bibi, Tante