Hari kedua berada di level 3 PPKM, dan aku menghadiri undangan makan siang dari tetangga. Undangan tersebut dalam rangka acara adat untuk menuju pernikahan yaitu acara patapei parsahapan sihol marhajabuan dalam adat Batak Simalungun.

Hari kedua berada di level 3 PPKM, dan aku menghadiri undangan makan siang dari tetangga. Undangan tersebut dalam rangka acara adat untuk menuju pernikahan yaitu acara patapei parsahapan sihol marhajabuan dalam adat Batak Simalungun.
Hari ini, Selasa 07 September 2021, Kota Pematangsiantar resmi turun level ke PKKM level 3. Setelah sebelumnya berada di level 4 tahap 2.
Untuk suatu keperluan, aku harus melampirkan fotokopi akta nikah. Ternyata berkas fotokopi yang dilegalisir sudah tidak ada. Aku pun minta tolong ke suami untuk melegalisir akta nikah tersebut ke kantor catatan sipil Kota Pematangsiantar yang beralamat di Jalan Melanthon Siregar. Kebetulan suami juga ingin mengganti KTP yang sudah buram dan lecet.
PPKM level 4 masih diperpanjang sampai tanggal 6 September 2021 di kota kami, Kota Pematangsiantar.
Akhirnya tiba juga giliran dari OPD kami untuk mengikuti vaksin Covid-19. Tepatnya pada hari Selasa, 16 Maret 2021 di Puskesmas Bah Kapul yang berada di wilayah Kecamatan Siantar Sitalasari, domisili kantor kami.
Desember kemarin, gagang kacamata patah tanpa sengaja. Karena patahnya sudah sore, jadi aku tidak bisa berbuat banyak. Tidak mungkin lagi ke kota untuk mengganti atau memperbaiki. Jadi sementara aku menyambungnya dengan memakai plester transparan.
Hujan deras malam Minggu kemarin ternyata menyisakan banyak cerita duka. Contoh kecil di halaman rumahku, beberapa hari ini tidak terdengar lagi suara merdu burung punai atau apalah dari pokok mangga karena beberapa cabang besar patah, rubuh ke bumi dan meluluhlantakkan sarang-sarang burung di atasnya.
Pertahanan jebol, awal pun dimulai. Satu dua tiga empat di tetangga dan satu di rumah sendiri. Kabut kelam menyelimuti. Bukan isu bukan hoaks, semua sudah nyata. Tidak boleh lengah, tidak boleh abai lagi. Perkuat benteng tingkatkan kewaspadaan. Bukan saatnya mengeluh saling menuding ungkit kesalahan. Mulai dari diri sendiri. Perkuat imun begitupun iman. Bergumul dalam pinta, kiranya badai segera berlalu. Angka jangan bertambah.
–Gassmom-
Pematangsiantar, 040420
Hari ini stiker untuk keluarga prasejahtera –Program Keluarga Harapan (PKH) dan Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT)- mulai ditempelkan ke setiap rumah yang terdata sebagai keluarga prasejahtera dan mendapat bantuan dari pemerintah. Kader PKH , Dinas Sosial, Lurah, Babinsa serta Babinkamtibmas berkeliling di wilayah masing-masing.
Siang tadi tak sengaja kami bertemu dengan salah seorang kader PKH yang kebetulan menjadi kader KB juga. Dia cerita kalau hari ini mereka keliling menempelkan stiker tersebut. Kemudian dia juga cerita kalau banyak hal menarik dalam misi mereka hari ini.
Ada yang menolak kalau rumahnya ditempel stiker dan itu artinya nama yang empunya rumah dicoret sebagai penerima bantuan. Tetapi ada juga yang rumahnya bagus, punya mobil dan memiliki usaha las di sebelah rumahnya tetapi ternyata tidak keberatan ditempelkan stiker tersebut di rumahnya. Pihak Dinas sosial dan Babinsa pun tak habis pikir dan menanyakan kembali si empunya rumah dan jawaban tetap sama “bersedia ditempelkan stiker dan tetap menerima bantuan”. Team yang datang pun merekamnya lewat video tetapi si empunya rumah tetap bertahan untuk ditempelkan stiker tersebut.
Mendengar cerita tersebut, kami hanya geleng-geleng kepala dan tak habis pikir. Koq ada ya manusia yang seperti itu. Sudah jelas terpampang bagaimana kondisi kehidupan dia yang jauh dari prasejahtera tetapi bersikukuh tetap terdaftar sebagai penerima bantuan. Padahal banyak yang sebenarnya lebih layak malah tidak memperoleh. Masih waras nggak ya …?
-Gassmom-
Pematangsiantar, 091019
Tinggal menghitung hari menuju lebaran. Suasana liburan pun sudah terasa di Kota Pematangsiantar. Sepertinya sudah banyak pemudik yang berdatangan. Bukan hanya yang merayakan lebaran tetapi yang lain juga memanfaatkan liburan yang lumayan panjang ini untuk pulang kampung. Banyak juga perantau yang memanfaatkan moment ini untuk melakukan pesta adat maupun pernikahan.
Seperti biasa kalau liburan begini, kuliner Pematangsiantar pasti padat pengunjung. Karena diserbu oleh para perantau yang biasanya membawa keluarga yang di Siantar turut serta bersantap di tempat makan.
Tak bisa dipungkiri kalau bagi komunitas pemakan segala seperti aku biasanya yang menjadi pilihan adalah Chinese food yang mengandung babi. Yang paling diminati itu dalam olahan mie. Kalau hari biasa saja tempat makan ini sudah padat apalagi liburan begini pasti membludak pengunjung. Jalan Bandung, jalan Cipto, jalan Merdeka dan Simpang Empat sudah bisa dipastikan padat.
Entahlah, olahan non halal ini memang sangat nikmat dan selalu menggugah selera. Rasa yang tidak bisa dilupakan. Yang berdomisili di Pematangsiantar saja tidak bosan-bosannya apalagi mereka para perantau.
Semua tempat yang kusebut di atas merupakan lokasi yang tak asing lagi, semua pasti sudah tahu karena menuju kesana juga gampang dan di sana sudah berjejer tempat makan dengan nuansa sama. Tergantung pengunjung memilih yang mana, tergantung selera.
Tetapi ada satu tempat makan non halal yang sampai sekarang tetap berada di tempat yang sama. Tidak memakai nama dan merubah apapun termasuk tidak buka cabang dimanapun. Padahal kalau soal rasa tidak kalah dari tempat- tempat elit tadi. Dulu sampai sekarang tetap berada di Pajak Horas.
Kalau anak kekinian mungkin sudah banyak yang tidak tahu. Tetapi kalau sempat sekali merasakan makan di sana pasti ketagihan dan tetap terbayang dengan rasanya. Makanya, walaupun berada di tengah pajak Horas Gedung 3 Lantai 1 yang pasti jauh dari kata asri dan menarik namun tempat makan ini selalu ramai setiap hari.
Kalau angkatan 90-an ke bawah pasti tahulah tempat makan tersebut. Mie Kuah Goyang atau lebih sering disebut Mie Goyang. Konon disebut begitu karena yang masak selalu bergoyang. Dan memang benar begitu adanya, bahu dan gerakan tukang masaknya pasti bergoyang lebih goyang dari tukang masak kebanyakan. Yang masak juga hanya satu orang dari dulu. Itu sebabnya kalau makan di sana agak lama juga menunggu. Tapi walaupun lama biasanya tidak menyurutkan niat untuk menikmati seporsi mie kuah yang sangat nikmat.
Ada satu yang unik juga di sana. Dari dulu-dulu, setiap kesana pasti tidak pernah ada air minum yang dingin, selalu panas seperti baru mendidih dan tidak sanggup meminumnya. Jadi mau tidak mau kalau mau minum harus memesan minuman botol yang tersedia di sana.
Itu dia penampakan mie kuah goyang tersebut. Tidak terlalu banyak daging, hanya beberapa potong ditambah satu irisan hati, bakso dan udang. Kalau aku yang makan biasanya hanya perlu menambah merica tidak perlu yang lain karena rasanya sudah pas. Tetapi ada juga memang yang menambah cabe atau kecap, tergantung selera.
Harga untuk satu porsi mie kuah Goyang tersebut adalah Rp. 21.000,- dan harga minuman botol kecil biasanya Rp. 5000,-
–Gassmom-
Pematangsiantar, 020619