
Pict. Gassmom
1 Tawarikh 4:10
1 Tawarikh 4:10
Selamat Pagi.
Masih di tulisan dengan topik bersyukur, pagi ini aku ingin menuliskan sedikit kesaksian sewaktu 3 orang anakku harus opname sekaligus.
Tanggal 15 Agustus 2017.
Pagi itu aku masih di Rumah Sakit, masih dengan kesibukan menjalankan tugas dinas malam ketika putri sulungku menelepon mengatakan mereka tidak sekolah karena Papanya mengeluh sakit. Dia hanya mengatakan bahwa mereka belum makan karena Papa tidak sanggup menyiapkan sarapan untuk mereka.
Mendapat kabar seperti itu, aku pun izin pulang duluan dari pekerjaanku.
Ternyata sesampai di rumah kenyataan yang kuhadapi sangat menyedihkan. Si papa kutemukan tidur lemah karena katanya sakit perut sepanjang malam.
Dan yang paling menyedihkan, aku menemukan rumah yang berantakan, Sean putri bungsuku yang belum genap berusia 2 tahun, yang sudah kelaparan mengacak-acak kulkas dan membuat isinya berserak ke seisi rumah, tidak ada yang memperhatikan dia.
Jujur, aku sempat geram melihat situasi itu dan hampir marah kepada putri sulungku kenapa membiarkan adiknya seperti itu. Aku pun masuk ke kamar Sonia si sulung dan Sarah si nomor 2 dan bersiap untuk marah. Tetapi tidak jadi marah melihat dia tergeletak lemah dengan wajah pucat demikian juga Sarah.
Mereka mengatakan kalau mereka sakit perut bahkan subuhnya mereka muntah. Mereka tidak berani mengatakan kepada papanya karena takut kena marah. Aku pun masuk ke kamar Sachio, putraku yang saat itu berusia 3,5 tahun. Dan aku menemukan dia dengan kondisi yang sama menyedihkan, dia mengeluh perutnya melilit kesakitan, lemah dan demam tapi tidak berani mengatakan hal tersebut kepada papanya.
Sungguh saat itu aku menangis sedih (bahkan saat menulis ini pun airmataku mengalir deras).
Pertanyaan demi pertanyaan silih berganti di kepala ini. Mengapa dan mengapa? Sambil menangis pikiran itu berkecamuk di otakku. Sempat terbersit juga pikiran untuk menyalahkan.
Sambil menangis kuperiksa mereka satu persatu dan ternyata mereka bertiga juga demam.
Dengan jiwa raga yang sebenarnya juga lelah karena telah bekerja shift malam, aku persiapkan kebutuhan anakku. Menyiapkan sarapan mereka, memberi makan dan memberi obat dan menidurkan si bungsu.
Tetapi ternyata tidak selesai begitu saja, mereka muntah dan mencret silih berganti serta suhu tubuh yang semakin meningkat. Sepertinya mereka telah keracunan makanan. Awalnya aku curiga terhadap oleh-oleh dariku yang yang mereka makan (siang sebelum shift malam, aku meninggalkan mereka 1 hari penuh karena harus pergi ke ibukota provinsi untuk urusan pekerjaan. Tiba di Siantar sudah malam dan langsung pergi bekerja untuk shift malam). Tetapi setelah kukaji lagi bukan karena itu, si bungsu ikut makan dan aku juga makan oleh-oleh tersebut tetapi kami baik-baik saja. Dari keterangan yang kuperoleh dari Sonia ternyata pagi sebelumnya mereka sarapan mie dengan kuah santan dan siangnya mereka makan lagi karena masih ada sisa. Papanya juga ikut makan tetapi Sean si bungsu tidak ikut makan dengan alasan tidak suka pedas. Berarti itulah biang kerok yang menyebabkan mereka begitu.
Satu hari itu semua waktuku tersita untuk merawat mereka, memastikan minum makan, mengompres, membersihkan muntah dengan harapan mereka sembuh tanpa harus dirawat di rumah sakit.
Tetapi ternyata semakin sore mereka bukan semakin membaik, Sonia muntah semakin sering, Sarah semakin demam demikian juga Sachio. Menjelang magrib, Sachio kejang. Tak berapa lama Sarah juga kejang, bahkan setelah kejang dia seperti hilang kesadaran berbeda dengan Sachio yang kembali seperti biasa.
Sungguh, saat itu aku menangis, sedih dan merasa kacau melihat mereka seperti itu. Kuputuskan saat itu juga berangkat ke rumah sakit, membawa mereka berempat.
Sampai di IGD, mereka masih demam dan Sarah pun masih seperti linglung, belum sadar penuh. Diputuskan mereka harus opname. Akhirnya mereka pun opname selama 5 hari di kamar yang sama. Selama opname, Sachio masih kejang 1 kali lagi.
Repot, lelah, kacau, takut, sedih. Yang kurasakan saat itu semua berbaur jadi satu. Bahkan kalau kuturuti, aku juga ingin marah dan menyalahkan.
Tetapi aku tidak mau membiarkan semua rasa negatif itu berlarut dan menguasai hatiku. Saat itu aku memutuskan bahwa sebagai mama aku harus kuat, kuncinya adalah aku. Kalau aku kuat mereka pasti kuat.
Kuat, tenang, memohon kepada Tuhan, bersyukur… Itu yang kulakukan saat itu.
Ketika aku memutuskan bersyukur, Puji Tuhan ternyata aku menemukan banyak sekali alasan untuk mengucap syukur.
Aku bersyukur bahwa aku cepat pulang hari itu sehingga bisa mengurus mereka.
Aku bersyukur Sean dan aku tidak ikut makan mie sehingga Sean dan aku tidak ikut sakit.
Aku bersyukur, walaupun telah lelah bekerja satu malam dan malamnya aku baru pulang dari Medan tetapi diberi kekuatan sehingga tidak lemah dalam kondisi lelah.
Aku bersyukur saat Sarah dan Sachio kejang, aku berada dengan mereka sehingga bisa memberi pertolongan kepada mereka.
Aku bersyukur, bisa secepatnya tiba di rumah sakit.
Aku bersyukur dokter jaga standbye dan langsung memberi pertolongan.
Aku bersyukur untuk perawat IGD yang sangat welcome dan segera memberi tindakan.
Aku bersyukur dokter spesialis bisa segera dihubungi dan memberi advis.
Aku bersyukur untuk co-as kedokteran yang mau membantu melihat kerepotanku menjaga empat anak.
Aku bersyukur untuk petugas laboratorium yang segera datang, bersyukur karena mereka ahli mengambil sample darah anak-anak.
Aku bersyukur kakak iparku bisa mengantar kami ke rumah sakit dan mendampingi aku ketika anak-anakku belum masuk ke ruang rawat inap.
Aku bersyukur untuk teman sejawat yang bersedia menggantikan shift malamku yang belum selesai.
Aku bersyukur untuk perawat dinas malam yang bertugas pada malam kami opname sampai 2 malam berikutnya, di mana mereka begitu baik membantu aku saat Sachio kejang lagi, juga membantu saat anak-anakku muntah mencret lagi.
Aku bersyukur bisa dapat kamar rawat inap yang bisa menyatukan 3 tempat tidur sehingga aku bisa merawat anakku sekaligus.
Aku bersyukur karena Sean tidak rewel dan bisa beradaptasi dengan siapapun sehingga tidak menambah kerepotanku di rumah sakit.
Aku bersyukur karena suamiku bisa pulih tanpa harus opname juga.
Aku bersyukur karena anakku bisa opname di tempatku bekerja sehingga sudah semua petugas sudah kukenal dan gampang koordinasi.
Aku bersyukur untuk setiap perbaikan yang mereka alami sekecil apapun itu, aku bersyukur.
Bersyukur dan bersyukur, aku berusaha tetap bersyukur. Ketika aku memutuskan untuk bersyukur ternyata memang banyak sekali alasan untuk bersyukur walaupun sedang di tengah suasana rumit seperti itu.
Puji Tuhan, setelah 5 hari dirawat inap anak-anakku diizinkan pulang, mereka sembuh dan tinggal pemulihan.
Aku bersyukur untuk kesembuhan itu. Semua karena campur tangan Tuhan, semua karena berkat Tuhan yang diberikan melalui obat, melalui dokter, melalui perawat, melalui doa-doa yang meminta.
Intinya,
-Gassmom-
Pematangsiantar, 271018 (Pkl 03.45 WIB)
Pict. Dokumentasi Pribadi
Catatan.
Tulisan ini merupakan tulisan pada tahun 2018. Saat itu aku mengikuti challenge menulis dengan tema bersyukur selama 7 hari. Platform tempat menulis tersebut sempat mati suri selama beberapa saat dan kemudian hidup kembali namun kemudian mati suri kembali. Kemarin tak sengaja buka-buka tautan dan ternyata platform tersebut muncul kembali walaupun nampaknya sama sekali belum pulih. Membaca kembali di sana dan aku menemukan tulisan bersyukur tersebut. Karena situasi di sana juga belum kondusif jadi aku memutuskan menyalin sebagian tulisanku ke blog ini. Sebenarnya ada 7 tulisan tentang bersyukur tetapi karena sebagian erat kaitannya dengan wadah tersebut jadi tidak cocok dipindahkan ke sini. Tulisan yang aku pindahkan kemari asli tanpa diubah lagi karena memang begitulah yang kurasakan saat menulis dahulu. Tulisan ini merupakan tulisan ke-3 pada challenge tersebut.
Betapa ku mencintai
Segala yang t’lah terjadi
<!–more–>
Betapa ku menyadari
Di dalam hidupku ini
Kau selalu memberi
Rancangan terbaik
Oleh karena kasih
Reff :
Bapa, sentuh hatiku
Ubah hidupku
Menjadi yang baru
Bagai emas yang murni
Kau membentuk bejana hatiku
Bapa, ajarku mengerti
Sebuah kasih yang selalu memberi
Bagai air mengalir yang tiada pernah berhenti
_____________________________________
note.
Lagu mendayu lagi, sepertinya lagu mendayu lebih memberi arti untukku secara pribadi.
Setiap manusia pasti pernah mengalami pergumulan dalam hidup.
Begitu juga diriku.
Aku juga pernah mengalami suatu pergumulan dan beban berat dalam perjalanan kehidupanku. Aku bukan orang yang mempunyai sahabat untuk menjadi tempat curhat. Aku juga bukan orang yang suka menceritakan permasalahanku bahkan kepada orangtuaku sekalipun. Karena aku tidak ingin menambah beban orangtuaku dengan cerita tak enak dariku.
Satu-satunya tempat mengadu hanya Tuhan. Dan Puji Tuhan itu adalah keputusan terbaik. Karena dengan datang kepada Tuhan maka dalam pergumulan seberat apapun akan merasakan kedamaian dan ketenangan yang sulit dijelaskan dengan kata. Tuhan selalu menyertai dan menguatkan dengan kasih-Nya yang tak terbatas. Masalah mungkin tidak lenyap dengan sendirinya namun dalam proses melewati masalah kita menjadi kuat bahkan terkesan kebal.
Dahulu aku adalah pribadi yang rapuh. Mendengar satu kata yang agak yang menyakitkan pun aku bisa menjadi sedih dan menangis.
Tapi itu dulu, sekarang berjuta kata pun dilontarkan kepadaku namun sudah tidak berarti apa-apa lagi bagiku. Walaupun akhirnya yang dulu sering mengutarakan kata itu menjadi heran dan mengganggap aku bebal karena mengingat dahulu aku bisa menjadi rapuh dengan segala kata-kata.
Hmmm, dia tak tahu bahwa segala kegalauanku telah kuserahkan kepada Tuhan dan minta Tuhan mengubah hatiku.
Menyanyikan lagu ini dulu selalu membuatku menangis, dalam permohonanku.
Dan sekarang menyanyikan lagu ini aku menitikkan air mata mengingat begitu besar kasih dan kebaikan Tuhan kepada diriku.
-Gassmom-
Pematangsiantar, 230219
Bulan Agustus kemarin Mama didiagnosa Katarak dan harus dioperasi. Karena mama sudah lama aku masukkan ke BPJS Mandiri jadi aku sarankan pakai BPJS saja. Jadilah konsul dan berobat jalan ke Rumah Sakit rujukan. Dari hasil konsul diputuskan harus dioperasi dan jadwal pun dibuat, mama disuruh datang lagi pada hari yang sudah terjadwal, tidak usah mendaftar lagi tapi langsung ke ruang konsultasi.
Hari H pun tiba. Karena mereka tinggal di kampung, mereka pun berangkat cepat dari kampung. Masih pagi sudah sampai di Rumah Sakit. Tetapi begitu mereka sampai di ruang Konsultasi, petugas mengatakan bahwa hari itu pasien dibatasi karena ada tim Akreditasi sedang melakukan penilaian di RS tersebut. Mama pun disuruh pulang dan datang kembali keesokan harinya. Mengingat sudah datang jauh-jauh dari kampung, mama agak keberatan. Mama pun menghubungi aku via telepon. Kebetulan saat itu aku masih di rumah. Mama minta tolong supaya aku datang dan bicara kepada petugas disana supaya mereka jangan dicancel.
Aku yang nota bene seorang yang tidak neko-neko dan orang yang patuh peraturan, ditelepon begitu terang saja aku bingung. Apa yang harus kulakukan ya? Aku bukan orang yang suka ngotot dan berdebat. Kalau sudah seperti itu biasanya aku terima saja karena bagiku semua orang punya alasan tersendiri. Ditengah kebingunganku, aku berdiam diri dan dalam kondisi masih bersiap -siap mau berangkat, akupun berdoa dalam hati, “Bantu aku Tuhan, aku tidak tahu apa yang harus ku perbuat dan apa yang harus kulakukan. Tunjukkan jalan ya Tuhan. Beri yang terbaik kiranya Tuhan. ”
Di sepanjang jalan mau ke Rumah Sakit pun aku terus mengulang doa itu dalam hati. Karena aku memang bingung, di satu sisi aku tidak ingin berdebat dengan pihak Rumah Sakit tapi di satu sisi aku juga merasa berat kalau orangtuaku harus pulang dan kembali lagi keesokan hari.
Sampai di Rumah Sakit, aku bergegas menemui orangtuaku dan bermaksud berbicara dulu dengan mereka bagaimana sebenarnya penyampaian dari pihak Rumah Sakit. Tapi begitu aku sampai, Bapak langsung mengatakan, “Sudah bisa, akhirnya hari ini jadi dikerjakan.”
Akupun jadi bingung. Bapak pun menjelaskan bahwa tadi walaupun disuruh pulang mereka tidak langsung pulang tapi duduk kembali dan bergabung dengan pasien lain di ruang tunggu. Tak berapa lama mereka berbincang dengan pengunjung di sebelah mereka yang ternyata seorang pensiunan mantri kesehatan dan kebetulan rumahnya dekat dengan petugas Poliklinik tujuan mereka. Akhirnya bapak tersebut menemui petugas dan minta tolong diberi dispensasi karena sudah jauh datang dari kampung. Pada saat itu juga pemeriksaan lab untuk yang diberi jadwal operasi hari itu sudah dilakukan. Dan ternyata ada salah seorang pasien yang Kadar Gula Darahnya tinggi sehingga tidak memenuhi syarat untuk dilakukan tindakan operasi. Dan otomatis kuota berkurang. Mama pun dianjurkan untuk periksa lab dan hasilnya normal. Jadilah, mama tetap di operasi katarak hari itu juga. Dan saat aku sampai kami hanya tinggal menunggu antrian masuk ke kamar bedah.
Sambil menemani orangtuaku menunggu panggilan, akupun merenungkan kembali peristiwa hari itu. Semua sepertinya memang kebetulan…, kebetulan mereka tidak langsung balik kanan, kebetulan mereka duduk di sebelah bapak pensiunan mantri itu, kebetulan rumah bapak itu dekat petugas rumah sakit, kebetulan ada pasien yang hasil lab nya bermasalah. Kebetulan demi kebetulan.
Tetapi setelah kurenungkan semua itu bukan kebetulan belaka tetapi semua adalah campur tangan Tuhan, jalan Tuhan, jawaban Tuhan untuk doa yang dipanjatkan. Tidak harus muzizat besar sebagai bukti jawaban Tuhan dalam hidup kita tetapi sesuatu yang kita lihat seperti kebetulan pun adalah bukti Kebaikan Tuhan kepada umat-Nya yang percaya kepada-Nya.
Terpujilah Tuhan, Haleluya.
Amen.
-Gassmom-
Pematangsiantar, 301218
(Tulisan ini sudah pernah diunggah di PlukMe.)
Kesaksian, bersaksi bukan kata yang asing bagi seorang Kristen. Bahkan seorang Kristen seharusnya selalu memberikan kesaksian dalam hidup atau menjadi saksi yang hidup.
Banyak pengertian kesaksian yang saya baca tetapi yang paling pas menurut saya yang notabene orang awam adalah pengertian yang satu ini, “Bersaksi menurut orang percaya adalah menceritakan kasih, kebaikan, kemurahan, pertolongan, mukzijat, anugerah serta kebaikan-kebaikan lain yang pernah kita terima dari Tuhan.”
Bukan harus mujizat besar tetapi hal kecil yang terkadang luput dari perhatian pun bisa menjadi sebuah kesaksian dalam hidup.
Sebagai orang Kristen sudah seharusnya memberikan kesaksian tentang kasih Tuhan dalam hidup.
Di blog ini saya mempunyai kerinduan untuk membagikan kesaksian kasih dan kebaikan Tuhan di dalam hidup saya. Siapa tahu ada yang membaca dan berguna baginya, siapa tahu ada yang termotivasi. Siapa tahu …
Seandainya pun tidak ada yang membaca tetap bisa berguna bagi diri sendiri. Membuat mengingat dan bersyukur atas campur tangan Tuhan.
Diawali oleh tulisan ini, semoga akan ada tulisan selanjutnya yang bercerita tentang kebaikan dan Kasih Tuhan.
-Gassmom-
Pematangsiantar, 270918
Sumber Gambar :Dokumentasi Pribadi
Kasih setiaMu yang kurasakan
Lebih tinggi dari langit biru
KebaikanMu yang tlah Kau nyatakan
Lebih dalam dari lautan
BerkatMu yang telah kuterima
Sempat membuatku terpesona
Apa yang tak pernah kupikirkan
Itu yang Kau sediakan bagiku
Siapakah aku ini Tuhan
Jadi biji mataMu
Dengan apakah kubalas Tuhan
Selain puji dan sembah Kau
#############################
note.
Sungguh ,,, aku tak tahu apa sebenarnya rancangan Tuhan buat hidupku.
Apa yang tak pernah kupikirkan itu yang Dia sediakan bagiku.
Seperti lirik lagu diatas yang dinyanyikan oleh bapak Pendeta Niko.
Semua yang Tuhan perbuat jauh melampaui akalku.
Tapi, apapun itu … semua ada dalam rencana Mu Tuhan.
Semua baik semua baik apa yang Engkau beri, mendatangkan rancangan kebaikan, damai sejahtera.
Ku tahu aku belum pantas, belum mampu …
Tapi kalau Tuhan memberikannya, aku percaya kalau menurut Tuhan aku pantas.
Dan mampukanlah kiranya aku Tuhan, bantulah aku. Karena aku bukan apa-apa tanpa pertolonganMu…
Biarlah Engkau memberkati aku supaya dapat menjadi saluran berkatMu.
-Gassmom-
Bapa ‘ku datang,
menyembahMu di sini,
‘ku percaya Kau,
ada bagiku.
Bapa ‘ku datang,
menyembahMu di sini,
‘ku percaya Kau,
ada bagiku.
Tak usah ‘ku takut, s’bab Kau sertaku,
tak usah ‘ku bimbang, Kau di dalamku,
tak usah ‘ku cemas, Kau Penghiburku,
saat ‘ku lemah, Kau kuatku.
‘ku nyanyi Haleluya,
‘ku nyanyi Haleluya,
sungguh Kau hebat,
ajaib perkasa, perbuatanMu Tuhan.
‘ku nyanyi Haleluya,
‘ku nyanyi Haleluya,
sungguh Kau hebat,
ajaib perkasa, perbuatanMu di hidupku, Tuhan.
Tak usah ‘ku takut, s’bab Kau sertaku,
tak usah ‘ku bimbang, Kau di dalamku,
tak usah ‘ku cemas, Kau Penghiburku,
saat ‘ku lemah, Kau kuatku.
‘ku nyanyi Haleluya,
‘ku nyanyi Haleluya,
sungguh Kau hebat,
ajaib perkasa perbuatanMu.
‘ku nyanyi Haleluya,
‘ku nyanyi Haleluya,
sungguh Kau hebat,
ajaib perkasa perbuatanMu.
‘ku nyanyi Haleluya,
‘ku nyanyi Haleluya,
sungguh Kau hebat,
ajaib perkasa perbuatanMu di hidupku.
–Gassmom–
Pict.Pribadi
Saat ku tak melihat jalanMu
Saat ku tak mengerti rencanaMu
Namun tetap ku pegang janjiMu
Pengharapanku hanya padaMu
Saat ku tak melihat jalanMu
Saat ku tak mengerti rencanaMu
Namun tetap ku pegang janjiMu
Pengharapanku hanya padaMu
Reff :
Hatiku percaya, hatiku percaya
Hatiku percaya, s’lalu ku percaya
Mei Dang Wo Yi
Kan Bu Qing Ni Dao Lu
Mei Dang Wo Yi
Wu Fa Li Jie Ni Ji Hua
Dan Wo Reng Ran
Jin Wo Zhu Ni Ying Xu
Wo Nei Xin Zhi Shi
Dui Ni Cun Pan Wang
Reff :
Wo Zhen Xin Xiang Xin Ni
Wo Zhen Xin Xiang Xin Ni
Wo Zhen Xin Xiang Xin Ni
Yong Yuan De Xiang Xin Ni
Lord I will trust in You
Lord I will trust in You
Lord I will trust in You
My heart will trust in You
Wo Zhen Xin Xiang Xin Ni
Wo Zhen Xin Xiang Xin Ni
Wo Zhen Xin Xiang Xin Ni
Yong Yuan De Xiang Xin Ni (2x)
#note
Pertama tahu lagu ini karena dinyanyikan oleh anakku yang masih TK karena mereka belajar lagu itu di sekolah. Karena dia sering menyanyikannya akhirnya akupun jadi hapal.
Akhirnya lagu ini selalu aku senandungkan juga. Dan juga selalu aku nyanyikan saat meninabobokkan si bungsu. Lagu ini yang mampu buat dia tenang dan akhirnya tertidur pulas.
Seiring dengan waktu, karena terlalu sering dinyanyikan. Akhirnya sang lagu hanya sekedar dinyanyikan tanpa merenungkan maknanya.
Sampai di November kemarin, aku bolak balik mengalami krisis keuangan. Semua masalah keuangan menghampiri. Investasi yang gagal, bahkan modal pun terancam tidak kembali, gaji suami yang tidak ada karena ada perhitungan bisnis yang belum selesai dengan kantor, angsuran rumah, asuransi semua seperti menghimpitku membuatku tidak bisa bernafas.
Disaat itu, saat aku menyenandungkan lagu ini untuk anakku, saat itu aku tersadar.
Lagu ini untukku.
Ini yang kualami saat ini.
Saat semua tidak seperti yang kita dambakan, saat semua seperti tidak ada arah, tidak ada harapan lagi,,, ada janji Tuhan yang pasti, pengharapan pada Tuhan.
Terima kasih Tuhan,
Engkau hiburkanku, kuatkanku melalui lagu yang awalnya hanya dibawa oleh anakku. Hatiku percaya, selalu Kupercaya …
-GASSMOM-
Tuhan inilah hidupku
Ku serahkan padaMu
Segala cita-citaku,
masa depanku
Menjadi milikMu
Jadikan kami terangMu
Di tengah keg’lapan dunia
Membawa bangsa-bangsa kepadaMu
Tuhan ini kerinduanku
Reff.
BagiMu Tuhan seluruh hidupku
Pakailah Tuhan bagi kemuliaanMu
Genapi seluruh rencanaMu
Sampai bumi penuh kemuliaanMu
Genapi seluruh rencanaMu
Sampai bumi penuh kemuliaanMu
Sampai bumi penuh kemuliaanMu
_____________________________________
#note
Lagu ini benar-benar berkesan buatku sewaktu aku mau lulus dari SPK.
Saat itu aku benar-benar galau.
Galau akan masa depan, galau akan hari esok.
Semua temanku sibuk dengan rencana masing-masing.
Sepertinya mereka sudah memiliki arah yang pasti.
Yang mau langsung bekerja, yang mau melanjut kuliah, mereka sudah memiliki planing dari orangtua dan saudara masing-masing.
Sedangkan aku???
Aku merasa terpuruk, buntu.
Seakan berada dilorong gelap tanpa kepastian.
Bahkan setitik cahaya terangpun tak ada.
Yang bisa kulakukan hanya pasrah kepada Tuhan.
Melalui lagu ini, aku serahkan hidupku, masa depanku, cita-citaku kepada Tuhan.
Biar Tuhan yang tuntun.
#memori SPK,1999
-GASSMOM-