Kategori
celoteh anak

Jagung

“Ma, mulai sekarang mama tidak usah beli jagung lagi. Oke …?” Tiada angin tiada hujan tiba-tiba Sachio mengatakan itu beberapa hari yang lalu.

Lho kenapa? Bukannya kalian suka jagung?” Bukannya mengiyakan tapi mama malah balik bertanya.

“Ya, suka dong Ma. Nah, karena kami suka jadi Sachio dan Kak Sarah sudah menanam jagung. Biar Mama tidak usah keluar uang lagi untuk beli.” Jawab Sachio.

“Ooo, baguslah kalau begitu.” Ujar Mama.

Demikianlah setiap hari mereka memperhatikan perkembangan jagung yang mereka tanam. Setiap perkembangan membuat mereka begitu gembira. “Jagung kita sudah semakin besar.” Begitu kata mereka setiap hari.

Hari ini, Sachio menegaskan kembali bahwa Mama tidak usah membeli jagung lagi karena jagung mereka sudah akan menghasilkan.

Tak ingin merusak kesenangan mereka, Mama hanya mengiyakan dan tidak memberikan komentar apa-apa. Biarlah seiring waktu mereka menyaksikan perkembangan demi perkembangan si jagung, apakah benar akan menghasilkan atau bagaimana. Karena kadang kalau diberi koreksi terhadap pekerjaan mereka hanya akan berlalu begitu saja. Tapi kalau mereka menjadi saksi bagaimana terjadinya kekeliruan demi kekeliruan maka mereka akan mengingat untuk hari-hari selanjutnya. Termasuk perkara jagung ini, daripada mama yang membuat mereka kecewa, biarlah waktu yang menempa mereka untuk menerima kegagalan dan kekecewaan.

Pict. Pribadi

-Gassmom-
Pematangsiantar, 141219

Iklan
Kategori
Anak

Kue Ulang Tahunnya Nasi

Sachio baru saja pulang dari rumah tetangga yang merayakan ulang tahun anaknya. Dengan buru-buru Sachio masuk ke kamar kakaknya dan tak sabar ingin bercerita.

“Kak Sonia, lucu kali tadi lho. Kue ulang tahun Ihsan nggak keren. Bukan kue tart kak.”

“Jadi kue apa?” tanya Sonia.

“Kuenya nasi. Lucu kan Kak? Nggak keren pokoknya. Abang nggak suka.”

“Oh, itu bukan nasi biasa Bang. Itu nasi kuning. Mahal itu. Jangan-jangan harganya lebih mahal dari kue tart.” jawab Sonia menjelaskan.

“Kakak koq tahu ? Kakak tadi khan nggak ikut acara ulang tahun itu.” tanya Sachio.

“Ya, tahulah. Kakak sudah sering makan itu. Dulu khan kakak sering juga ikut acara ulang tahun. Setelah besar makanya tak ikut lagi. Nasi tumpeng namanya Bang. Enak itu, bukan seperti nasi biasa.” jelas Sonia lagi.

” O, iya Kak? Tadi dikasih juga sama Abang. Tapi Abang nggak mau. Abang khan suka kue ulang tahun bukan kue nasi …”

“Itulah Abang. Harusnya dicoba dulu biar tahu enak atau tidak.” kata Sonia.

“Tapi Abang khan suka kue ulang tahun, bukan kue nasi …” gumam Sachio sambil keluar dari kamar Sonia.

Sachio

Gassmom-
Pematangsiantar, 080619

Kategori
Anak

Sean Si Nirmala

Kalau Sachio terobsesi dengan keluarga Bobo sehingga sudah mengarang nama anaknya kelak dengan nama-nama keluarga Bobo tetapi tidak demikian halnya dengan Sean adiknya yang berusia 3,5 tahun.

Sean memang belum bisa membaca tetapi Sarah si kakak sering membacakan cerita-cerita yang ada di majalah Bobo kepada bocah tersebut. Terkadang bila sedang senggang, aku juga mendownload dongeng dan cerita Bobo yang ada di chanel YouTube Bobo sehingga mereka bisa menonton secara offline.

Dongeng kesukaan Sean adalah Negeri Dongeng. Tokoh favoritnya adalah Nirmala. Dia selalu mengatakan bahwa dia adalah Nirmala. Sean juga hapal dengan semua tokoh dalam dongeng tersebut dan menjuluki kami dengan nama-nama dari para tokoh. Papa adalah Pak Tobi sang tabib, Mama adalah Ratu Bidadari, Sachio adalah Oki, Sarah adalah Dayang Kupai dan Sonia adalah Dayang Bulbul.

Tapi bila Sean sedang kesal dengan salah seorang dari kami maka kami semua akan berubah nama menjadi Pipiot, si penyihir jahat.

Tak jarang juga Sean bermain sendiri dan berlakon seolah-olah ada dalam negeri dongeng dan membuat dialog demi dialog sesuai imajinasinya. Benar-benar membuat gemas bagi kami yang mendengar.

Sean

-Gassmom-
Pematangsiantar, 100619

Kategori
Anak

Nama Anak Sachio

“Kak Sarah, nama anak kakak nanti siapa?” ujar Sachio sambil menghampiri si kakak dengan beberapa majalah Bobo dalam dekapannya.

“Mana tahu kakak. Itu kan nanti kalau sudah besar dan sudah menikah.” jawab Sarah.

Aku yang sedang sibuk memetik sayur bayam pun tak urung memasang telinga mencuri dengar pembicaraan mereka. Pura-pura tidak mendengar tetapi sebenarnya menyimak. Biasalah, emak-emak kepo. Karena sebagai emak yang (agak) baik (katanya) kepo urusan anak wajib hukumnya. Apalagi kalau celoteh mereka sudah mulai keluar dari lingkaran celoteh kanak-kanak.

“Anak Abang nanti 4 lho Kak.” ujar Sachio lagi.

“Samalah seperti kita. Kita juga 4.” kata Sarah.

“Tahu Kakak nama anak Abang?” tanya Sachio lagi.

“Ya, nggaklah. Tunggu ada anaknya baru dibuat namanya.”

“Tapi Abang sudah tahu nama anak Abang nanti.” ujar Sachio lagi.

“Siapa?”

“Anak pertama namanya BOBO. Anak kedua CORENG. Anak ketiga UPIK. Anak keempat CIMUT.” ujar Sachio dengan serius sambil membuka lembar demi lembar majalah di tangannya.

Bah, ha ha ha … itu kan nama keluarga Bobo ha ha ha …” spontan Sarah pun tertawa terbahak-bahak.

“Iya memang. Abang senang sama Bobo. Mereka asyik dan pintar. Makanya nama anak Abang nanti itu.” kata Sachio lagi masih serius tanpa perduli kakaknya yang masih menertawakan dia.

Aku yang masih berkutat dengan sayur bayam pun tak urung tertawa juga. Dasar anak-anak, kirain tadi membicarakan apa. Rupanya terobsesi dengan tokoh di Majalah Bobo. Saking terobsesi sampai mau buat nama anaknya kelak dengan tokoh itu.

Sarah dan Sachio

Gassmom-
Pematangsiantar, 070619