Setelah rampung dengan antologi puisi De Mantans, Teras Budaya membuat event lagi. Masih antologi puisi, dengan tema lingkungan hidup. Ternyata ini adalah bagian dari Trilogi Persembahan Puisi untuk Bumi dari para Penyair Lintas Maya.

Setelah rampung dengan antologi puisi De Mantans, Teras Budaya membuat event lagi. Masih antologi puisi, dengan tema lingkungan hidup. Ternyata ini adalah bagian dari Trilogi Persembahan Puisi untuk Bumi dari para Penyair Lintas Maya.
Hijau dan hijau
Aku cinta sang hijau
Biar mereka kata aku lebai
Tapi aku tetap mengagumi dunia nan hijau
Memandang hijau galauku memuai
Berganti asa nan damai
Hutan nan hijau menjulang pepohonan tinggi
Semak belukar, rumput ilalang, hamparan bunga liar penuh pesona warna warni
Subur tumbuh berkembang tanpa ragu
Wajah dunia yang aku cinta
Hijau yang memberi kehidupan
Paru- Paru dunia yang kerap terabaikan
Bahkan sengaja dimusnahkan tangan serakah sang pengusaha
Tak perduli bumi menjerit
Air mata bumi deras membanjir
Tak sanggup membendung, menggulung, menghancurkan
Semua demi lembar bernama Rupiah
Sang penguasa pun terkesan menutup mata
Bahkan tak jarang turut andil dalam musnahnya sang hijau
Ilegal logging merajalela
Manusia bertambah turut menjadi andil dalam musnahnya sang hijau
Perut sejengkal harus diperjuangkan
Keturunan bertambah butuh pemukiman
Rambah hutan menjadi solusi
Hutan menghilang berganti perumahan
Berganti perladangan
Apa mau dikata tapi begitulah tuntutan kehidupan.
–Gassmom-
Pematangsiantar, 241118
Ps.
Lama tak menulis, pagi ini rasanya ingin menulis sebuah puisi tapi apa daya pikiran blank. Akhirnya ingat masih menyimpan screenshoot puisi tahun lalu yang sempat diSS dari sebuah platform yang sudah mati suri kini.
Kuputuskan menuliskan kembali tanpa mengubah apapun karena itu adalah suasana hatiku tahun lalu.
Puisi ini sempat juga kubuatkan versi musikalisasi puisi di Aku Cinta Hijau, namun disana aku rombak dan tidak menyertakan semua bait.