Beberapa waktu yang lalu, aku pernah menulis tentang apa itu generasi sandwich. Alasan menulis karena aku berencana turut serta dalam proyek antologi dengan tema generasi sandwich, di mana Ibu Belinda Gunawan turut juga di dalamnya. Bahkan ternyata ide dengan tema ini berasal dari beliau.
Tak bisa dipungkiri, embel-embel di belakang nama penulis cukup berpengaruh. Termasuk latar belakang dalam dunia kepenulisan. Itu bisa menjadi semacam daya jual yang mendongkrak penjualan buku.
Hal tersebut pula yang mempengaruhi dan membuatku tidak bisa menahan diri untuk tidak membeli buku Perempuan Meniti Jalan. Sejak awal flyer promosi diluncurkan, aku sudah cukup penasaran dan teramat ingin membeli. Awalnya masih berhasil menahan diri dengan alasan masih ada kebutuhan lain. Akan tetapi, pertahananku jebol ketika di WAG ada lagi tim promo yang mengabarkan kalau jumlah penjualan begitu memuaskan sekaligus bertanya, siapa tahu masih ada yang berminat order.
Hidup akan indah pada waktunya. Itulah harapan setiap orang yang mengalami kesulitan. Bagi yang sedang sakit atau sedang merawat orang sakit, kesembuhan adalah harapan terindahnya. Masa-masa pe-de-ke-te bagi remaja yang sedang jatuh cinta, harapannya mungkin akan menjadi panjang, seperti cinta yang terbalas, lalu meningkat ke hubungan yang lebih serius, sampai akhirnya tumbuh harapan-harapan lain yang membuat sang pemilik cinta terus berjuang demi menggapai harapannya. Apalagi yang diinginkan seorang ibu ketika pasangan hidupnya telah tiada, sementara sang putri tunggal punya keinginan yang berbeda. Berdoa dan berusaha agar sang putri mengerti bahwa keinginannya cuma satu, yaitu tinggal bersama di rumah yang memiliki kenangan indah dengan orang terkasih yang kini telah tiada.
Relationship adalah sesuatu yang kita hadapi setiap hari, yang tidak selalu mulus. Hubungan antar kekasih, pasangan suami istri, orang tua dan anak, keluarga besar, sahabat, tetangga, atasan-bawahan, dan lain-lain, pada suatu waktu dan karena suatu sebab bisa mengalami pergesekan. Konflik pun terjadi. Bagaimana mereka menanggapinya? Apakah dibiarkan berlarut-larut atau diupayakan mengurainya?
Malam ini aku benar-benar tidak tahu mau menulis apa di blog. Padahal niat di hati, tidak ingin absen dulu walau sehari. Paling tidak sampai tercapai 50 hari menulis tanpa jeda, suatu push yang aku ajukan kepada diri ini beberapa waktu yang lalu.