Kategori
Surat

Surat Untuk Diriku Sendiri (Letter-14)

Hallo diriku …

Diriku yang … hmm apa ya? Aku juga terkadang bingung dengan diriku sendiri apalagi orang lain ya? He he he

Kategori
Surat

Surat Untuk Ibu (Letter-13)

Hallo Ma,
Sehat do nassiam kan? Hanami pe sehat do, pahoppu nassiam pe sehat do homa haganup.

Sama seperti surat untuk Bapak kemarin, sebenarnya aku merasa lucu juga kalau harus berbahasa Indonesia tapi tak apalah he he he

Dan, sama seperti surat kepada Bapak kemarin, di sini aku juga akan berterima kasih kepada Mama yang telah membesarkan kami tanpa kenal lelah. Dan yang paling utama tak bosan-bosannya berdoa untuk kami. Kalau mendengar lagu yang dinyanyikan Nikita yang berjudul ”Di doa Ibuku namaku disebut”, menurutku isi lagu itu yang menceritakan bagaimana ibunya berdoa, persis seperti itulah Mama yang kukenal.

Sampai dewasa kini dan memiliki 4 anak (juga), aku tahu kalau Mama tetap selalu mendoakan kami. Apabila berhasil lepas dari sesuatu yang tidak baik, aku juga yakin karena ada doa Mama yang selalu menyertai. Kami bisa ada seperti sekarang juga karena doa Mama. Mungkin doa untukku adalah doa yang paling banyak Mama panjatkan ya? Pertama karena aku paling besar. Dan kedua karena aku (agak) suka membangkang dibandingkan dengan adik-adik. Mungkin aku yang paling sering membuat hati Mama susah ya? he he he

Aku juga salut melihat Mama, dibandingkan tinggal di kampung dan bertani, menurutku Mama itu sangat modren dan rajin. Aku sendiri sampai saat ini tak bisa melakukan apa yang dulu Mama lakukan. Mama itu sangat rajin merawat diri, setiap pagi selalu melakukan gerakan senam yang sekarang aku tahu kalau itu adalah gerakan yoga. Dulu juga Mama rajin sekali mandi rempah dan mandi uap. Semua diramu sendiri. Mama juga rajin luluran. Dan aku sendiri, sampai saat ini belum pernah melakukan semua itu.

Benar-benar salut melihat Mama dan aku kalah jauh dalam hal merawat diri. Aku tak habis pikir sampai saat ini. Koq bisalah ya, Mama yang tinggal di kampung dan pekerjaan sehari-hari juga ke ladang tapi bisa serajin itu?

Sebenarnya banyak yang ingin kuutarakan tapi rasanya lebih bagus nanti kita cerita langsung waktu kita ketemu atau melalui telepon.

Kini Mama sudah 62 tahun, sudah tidak muda lagi. Harapanku Mama sehat dan panjang umur dan tetaplah menjadi pendoa yang setia buat kami anak-anak Mama dan keluarga yang rindu Mama doakan.

Sampai disini dulu surat ini Ma.

Syalom, Tuhan memberkati kita.

-Gassmom-
Pematangsiantar, 280219

Ps.
Tulisan ini sebagai tulisan ke 13 dalam rangka a Letter challenge. Seharusnya tulisan ini tayang kemarin tapi karena kesibukan pada siang hari membuat aku ketiduran tadi malam. Jadilah malam ini baru terealisasi.

Iklan
Kategori
Surat

Surat Untuk Ayah (Letter-12)

Hallo Pa,

Naha kabar nassiam? Sehat do nassiam kan? Hanami pe sehat do haganup sonai homa Pahoppu ni nassiam.

Sebenarnya merasa lucu menulis surat dalam bahasa Indonesia karena kita biasa pakai Bahasa Simalungun. Tapi untuk kali ini tak apalah.

Di surat ini, aku hanya ingin mengucapkan terima kasih karena telah menjadi Bapak yang sangat baik sepanjang aku bisa mengingat. Dari aku kecil sampai sudah berkeluarga sampai saat ini.

Bapak yang sangat perhatian kepada semua anak-anaknya. Bapak yang banyak mengajarkan semua tentang kehidupan ini. Bahkan masih jelas dalam ingatan ini, bagaimana Bapak mengajari aku menyetrika pakai setrika arang. Saat itu aku masih kelas 1 SD tapi sudah bisa menyetrika baju sendiri, walaupun pernah membuat bolong berbentuk setrika di baju seragamku tapi Bapak tidak marah karena itu.

Bapak yang tak pernah bosan dan selalu sabar mengajari aku mengerjakan PR Matematika, walaupun aku tetap tidak memberi hati namun tak bosan-bosannya Bapak mengajari.

Jujur, aku salut dan bangga memiliki seorang Bapak seperti Bapak. Walaupun kita tinggal di kampung tetapi apa yang Bapak lakukan membuat kami si anak kampung tidak terkungkung dengan suasana kampung. Bapak seorang petani tetapi bagiku apa yang Bapak lakukan bahkan melebihi apa yang dilakukan seorang guru sekalipun yang ada di kampung kita.

Masih jelas dalam ingatan ini, bagaimana aku sejak kelas 1 SD sudah Bapak belikan majalah Bobo, hal yang sangat langka untuk ukuran kampung. Bukan hanya Bobo, tetapi majalah Kawanku, Ananda dan Donal Bebek juga rutin Bapak beli untuk kami beserta Trubus untuk Bapak. Hal yang sangat jarang dilakukan orangtua dari kampung. Bahkan setelah bergaul dengan mereka yang tinggal di kota, melalui cerita mereka aku mengetahui bahwa orangtua yang di kota saja jarang bahkan ada yang tidak pernah melakukan itu.

Setiap liburan, Bapak pasti membawa kami jalan-jalan ke kota, sekedar ke taman bunga atau taman hewan yang ada di Pematangsiantar. Aku juga masih ingat dengan jelas sewaktu masih kelas 3 SD, ada sirkus di Pematangsiantar. Bapak juga membawa kami ramai-ramai menonton sirkus. Mungkin bagi Bapak itu biasa tapi bagiku itu luar biasa dan menghadirkan suatu kenangan tak terlupakan.

Baik, hebat, pintar itulah penilaianku secara pribadi. Kami 4 bersaudara begitu segan dan hormat kepada Bapak. Bapak tidak keras bahkan jarang marah tetapi kami sangat segan dan tidak pernah melawan apa kata Bapak. Kalau Bapak sudah marah berarti sudah hebat kesalahan yang dilakukan. Aku sendiri mengingat hanya 2 kali pernah kena marah Bapak. Sekali, kelas 1 SD karena sepulang sekolah pergi ke rumah teman sampai sore tanpa permisi. Semua sudah kebingungan mencari tapi tidak ketemu. Saat itu Bapak marah besar tetapi aku tahu itu adalah karena begitu besar sayang Bapak kepadaku karena berpikir telah terjadi sesuatu.

Kedua kali, aku kena marah saat sudah kelas 2 SMP. Kena marah karena fitnah tak jelas dari orang lain, itu kalau menurutku. Tapi itupun aku maklumi sebagai rasa sayang dan cemas kalau takut terjadi hal yang tidak diinginkan.

Bagiku, Bapak adalah sosok yang layak menjadi panutan. Bukan hanya kepada kami Bapak baik tetapi kepada sanak keluarga dan masyarakat. Bapak juga begitu sabar dan tidak mudah terpancing emosi. Tapi Bapak juga tegas pada saat yang tepat.

Sekarang usia Bapak sudah mendekati 75 tahun, tetapi aku tetap berdoa kiranya Tuhan memberikan kesehatan dan kekuatan serta umur panjang bahkan melewati 85 tahun kalau boleh meminta. Supaya tetap dapat menasehati kami anak-anak Bapak.

Sampai di sini dululah surat ini Pa, sehat-sehatlah kita dan selalu diberkati Tuhan.

Syalom.

-Gassmom-
Pematangsiantar, 260219

ps.
Tulisan ini sebagai tulisan ke 12 dalam rangka a Letter challenge dengan tema surat kepada ayah.

Kategori
Surat

Surat Untuk Kekasih Hati (Letter-10)

Untuk: Kekasih hatiku, Gass Family

Benar, kalianlah kekasih hatiku.
Suami tercinta dan anak-anaku Sonia, Sarah, Sachio dan Sean.
Kalian alasanku untuk tetap semangat dan optimis dalam menjalani hari demi hari.
Alasan untuk tidak mengeluh sekeras apapun badai kehidupan.
Alasan untuk tetap mengucap syukur dalam setiap situasi.
Kalian adalah anugerah terindah, harta paling berharga yang aku miliki.
Kalian adalah topik wajib dalam doa-doaku.
Kalian adalah segalanya …

Namun demikian, bukan berarti aku akan memperlakukan kalian ibarat guci Tiongkok yang selalu disayang, dibelai dan dielus. Kalau kalian mengharapkan itu yang selalu kulakukan itu salah besar. Karena kalau hanya hal itu yang kulakukan maka masalah besar akan terjadi pada masa depan kalian.

Aku menyayangi kalian dengan sangat tapi bukan berarti aku tidak akan marah dan menegur bila apa yang kalian perbuat atau ucapkan tidak sesuai jalur.

Mungkin, kalian hanya melihat aku sebagai seorang mama yang super duper cerewet, suka marah. Tidak perduli apakah itu kepada Sean si bungsu atau kepada Sachio sebagai satu-satunya laki-laki. Apalagi kepada Sonia si sulung yang aku harapkan dapat menjadi contoh dan panutan kepada adiknya, aku sadar porsi marahku akan lebih besar jika Sonia yang melakukan sesuatu yang membuatku tidak bisa menahan emosi.

Jujur, sebenarnya aku juga tidak ingin marah-marah, ngomel dan bersuara keras. Sebenarnya aku juga tidak suka seperti itu.

Tapi yah, aku juga manusia biasa. Seorang emak-emak yang juga bisa galau bila semua sudah tidak pada jalurnya.

Melalui surat ini, aku ingin minta maaf atas segala emosi, kecerewetan dan suara kuat yang selalu kulakukan. Jujur, sebenarnya aku juga tidak ingin melakukan itu. Tapi satu hal yang aku ingin kalian ketahui, bahwa sebenarnya aku melakukan semua itu adalah karena begitu besar kasih sayangku, cintaku kepada kalian. Karena aku tidak ingin kalian melakukan hal yang tidak sesuai jalur, hal yang buruk, hal yang membahayakan. Segala hal yang menurutku tidak baik.
Kalau seandainya aku tidak sayang kepada kalian maka aku tidak perlu serepot itu. Kalau aku tidak sayang kepada kalian maka akan kubiarkan kalian berbuat sesuka hati kalian dan membiarkan kalian menanggung segala resiko.
Tapi karena cinta kasihku kepada kalian, aku melakukan semua itu. Karena aku sangat mengharapkan kalian bertumbuh berkembang dengan baik, sehat panjang umur dan terutama menjadi pribadi yang berkenan kepada Tuhan. Kerinduan agar masa depan gemilang menjadi bagian kalian, beserta hikmat dari Tuhan. Hal itulah yang selalu kupanjatkan dalam setiap doa permohonan kepada Tuhan.

Tulisan ini aku tuliskan di sini tanpa tahu apakah kalian akan membaca ini suatu saat. Tapi yang pasti kapan pun kalian akan membaca ini, ketahuilah kasih sayangku begitu besar dan tak pernah pudar untuk kalian.

-Gassmom-
Pematangsiantar, 240219

Ps.
Tulisan ini sebagai tulisan ke 10 pada a Letter challenge dengan tema surat kepada kekasih hati.

Kategori
Surat

Surat Untuk Kakak Sepupu (Letter-9)

Untuk Emmi.

Hallo eda, kalau dulu aku hanya memanggil dirimu dengan namamu saja walaupun sebenarnya usia kita terpaut 2 tahun dan aku lebih muda. Tapi sekarang karena kita sudah sama-sama dewasa jadi harus memanggil eda karena begitulah adatnya.

Kategori
Surat

Surat Untuk Teman Khayalan (Letter-8)

Hallo my Guardian Angel, malaikat pelindungku.

Rasanya sudah lama sekali ya kita tidak bersua. Mungkin dirimu sedang sibuk melindungi seseorang penggantiku di luar sana.

Yah, sejak kuputuskan aku sudah dewasa dan tidak membutuhkan kamu lagi, kamu pun pergi dari kehidupanku. Tiga atau empat tahun lalu mungkin aku memutuskan itu, aku lupa tepatnya. Padahal dulu tiada hari tanpa dirimu di sisiku.

Masih kuingat dengan jelas bagaimana aku menuliskan di diary remajaku bahwa ada malaikat pelindung yang selalu melindungi, membantu dan menolongku. Apalagi sewaktu aku hidup di asrama yang keras, penuh dengan tekanan dari senior. Aku percaya bahwa dirimu yang selalu menjaga dan melindungi sehingga aku tidak mengalami perlakuan buruk dari para senior. Aku juga percaya bahwa kamu yang telah membisikkan jawaban pada lembar ujianku. Karena aku merasa bukan seorang yang belajar keras. Bahkan cara belajarku jauh lebih santai dibandingkan teman-teman. Tetapi kenyataannya sewaktu ujian entah bagaimana bisa-bisanya nilaiku melebihi mereka. Demikian juga waktu ujian akhir dan praktek, sepertinya semua berjalan mulus nyaris tanpa hambatan. Nah, itu aku percaya karena kamu yang membantu. Hal ini juga berulangkali kutulis dalam diary jadul itu.

Bahkan sesudah aku dewasa dan memiliki anak, sesekali aku masih percaya bahwa dirimu tetap menolong. Termasuk ketika aku kuliah lagi sambil bekerja disaat sudah memiliki 2 anak. Tidak ada hambatan yang berarti termasuk dalam ujian akhir. Aku kembali yakin, itu karena dirimu.

Bahkan dalam dunia pekerjaan juga berulangkali aku percaya dirimu turut andil. Dalam pekerjaan kami yang rentan konflik, entah bagaimana masalah kerap terjadi disaat aku tidak sedang bertugas. Aku sedang libur atau cuti, dan tahu-tahu sewaktu bekerja kembali mendapat cerita bagaimana stressnya rekan-rekanku dalam menghadapi masalah tersebut. Bukan berarti saat jam tugasku tidak ada masalah, tapi kalau adapun selalu bisa diselesaikan secara baik-baik dan saat itu juga, tidak berlarut-larut bahkan sampai ke atasan atau bahkan wartawan.

Kala itu juga masih tercetus dari bibir ini bahwa semua terjadi karena Malaikat pelindungku, yah dirimu … my Guardian Angel.

Kamu mungkin memang hanya teman khayalanku. Tetapi pada masa remaja bahkan setelah berstatus istri dan ibu, dirimu tetap memegang peranan penting dalam hidupku.

Walaupun pada usia yang sekarang terkadang aku menertawakan diri sendiri. Bagaimana bisa begitu percaya bahwa aku mempunyai malaikat pelindung. Tetapi hal itu tidak bisa lepas dari memori hidupku.

Jadi, terlepas dari dirimu hanya teman khayalan yang kuciptakan sendiri (atau dirimu memang ada?). Melalui surat ini aku mengucapkan terima kasih, karena telah membuat masa remaja (bahkan sesudah dewasa) menjadi begitu berwarna.

Jikalau dirimu memang benar ada, aku percaya kamu juga sedang melindungi seseorang di luar sana. Semoga dia juga merasakan seperti yang aku rasakan dahulu.

Gassmom-
Pematangsiantar, 220219

Ps.
Tulisan ini dalam rangka a letter challenge hari ke 8 dengan tema “surat kepada teman khayalan”.
Pict. Pinterest

Kategori
Surat

Surat Untuk Seseorang Yang Tidak Ingin Menjadi Temanku (Letter-7)

Hallo …

Sejujurnya aku bingung mau menulis untuk siapa. Karena aku tak tahu apakah ada yang tidak ingin menjadi temanku. Aku itu orangnya cuek dan tidak perduli apakah orang mau berteman atau tidak denganku.

Biasanya aku dekat dengan seseorang karena faktor situasional. Hampir mirip dengan pepatah Jawa yang mengatakan “Witing Tresno Jalaran Soko Kulino” yang konon artinya “cinta tumbuh karena terbiasa”.
Nah, begitu juga aku dalam berteman. Aku menjadi berteman dengan seseorang biasanya karena intensitas bertemu yang sangat sering misalnya satu instansi pekerjaan.

Dalam situasi pertemanan seperti itu, kadar pertemananku pun hampir sama. Tidak ada yang terlalu dekat namun tidak ada yang terlalu jauh. Sebisa mungkin aku menjalin suatu hubungan baik dengan mereka dan sangat menghindari terjadi konflik.

Jadi, dengan situasi seperti itu aku tidak tahu apakah di antara mereka ada yang tidak mau berteman denganku.

Namun tidak bisa dipungkiri sebagai manusia biasa, mungkin sebenarnya dalam hati mereka siapa tahu ada yang memang tidak ingin berteman denganku. Itu sah-sah saja karena selera setiap orang berbeda termasuk dalam memilih teman.

Karena aku tidak tahu siapa yang tidak ingin berteman denganku maka aku tidak bisa menyebutkan satu nama.
Oleh karena itu, surat ini kutujukan kepada siapapun yang pernah tidak ingin berteman denganku walaupun mungkin hanya terucap dalam hati (he he he, hanya dirimu dan Tuhan yang tahu).

Aku hanya ingin bilang, nggak apa-apa koq kalau dirimu pernah tidak ingin berteman denganku. Aku hanya bilang kalau kamu pasti sangat rugi bila tidak ingin berteman denganku. Ruginya apa? Yah, rugi tidak menjadi temanku …

Waduh, koq malah ngawur ya?

He he he … inilah akibat bingung. Tapi demi sebuah konsistensi tetap memaksakan diri untuk menuliskan ini.

Oke deh, sebaiknya aku sudahi sampai di sini, daripada tulisan ini makin ngelantur nantinya.

Selamat malam untuk yang telah berkenan meluangkan waktu untuk membaca tulisan ngawur ini. Tuhan memberkati kita semua.

😊😊😊🙆

-Gassmom-
Pematangsiantar, 210219

Nb. Tulisan ini dalam rangka a letter challenge hari ke 7 dengan tema “surat untuk seseorang yang tidak ingin menjadi temanmu”.

Pict. Pinterest

Kategori
Surat

Surat Untuk Salah Satu Teman Masa Kecil (Letter-6)

Kepada : Ester Lina

Hallo Ueng, apa kabar?

He he he, sorry kalau aku panggil dirimu dengan nama itu karena nama itulah yang menjadi panggilanmu waktu kita menjalani masa kanak-kanak di kampung kita Raya Bayu.

Aku lupa tahun berapa tepatnya dirimu pertama kali datang ke kampung kita. Kamu dan keluarga pindah dari Medan dan dirimu menjadi murid baru di SD kita, menjadi adik kelas kami.

Eh, tau nggak sewaktu pertama kali melihatmu sebenarnya terbersit sedikit iri kepadamu. Kamu datang dari kota, begitu cantik dengan kulit putih mulus ditambah lagi perawakan tinggi. Sungguh sangat jauh berbeda dengan kami anak kampung yang dekil dan hampir gosong karena setiap hari terpapar matahari. Belum lagi katanya kamu pintar dan memang terbukti karena dirimu meraih juara di kelasmu.

Banyak yang ingin berteman denganmu. Biasalah, kami anak kampung pasti menganggap kalau anak kota itu jauh lebih hebat dari kami.
Karena kebetulan rumah kita berdekatan, akhirnya waktu pun membuat kita berteman dan bisa dibilang kompak. Apalagi hobby kita sama yaitu membaca. Kita pun sering menghabiskan waktu bersama, bermain bersama, membaca atau hanya sekedar duduk-duduk tak jelas. Seingatku kita lebih sering nongkrong di rumahmu. Orangtuaku pun sudah maklum dan menganggap kita memang dekat.

Seingatku kita masih tetap dekat sampai aku tamat SMP karena tamat SMP aku melanjutkan sekolah ke kota sehingga kita pun jarang ketemu. Kemudian dirimu juga setamat dari SMP melanjutkan sekolah ke Medan membuat komunikasi di antara kita terputus.

Sejak itu sampai sekarang rasanya kita tidak pernah ketemu lagi ya? Hanya ketemu di Facebook dan say hello di sana.

Sekarang kita sudah sama-sama dewasa, sudah berkeluarga dan memiliki anak tapi memory kebersamaan kita masih bisa kuingat dengan jelas.

Aku tak tahu bagaimana kenanganmu tentangku. Tapi kalau aku pribadi, sangat menikmati kenangan kebersamaan masa kecil kita dahulu. Namamu masih tetap terpatri sebagai salah satu teman terbaikku di masa kecil.

Dan di surat ini aku ingin mengucapkan terima kasih karena pernah menjadi teman terbaik di masa kecilku. Terima kasih atas kebersamaan kita di masa lalu. Terima kasih untuk setiap kenangan yang begitu manis.

Kiranya kita sehat selalu dan panjang umur.

Sekian dulu surat dariku.

Syalom.

Gassmom-
Pematangsiantar, 200219

Tulisan ini sebagai tulisan ke 6 dalam rangka a letter challenge dengan tema surat kepada salah satu teman masa kecil.
Pict. Pinterest

Kategori
Surat

Surat Untuk Adik Kelas Kesayangan (Letter-5)

Kepada : Rimtaida, Masri dan Santi

Hallo, apa kabar?

Lucu ya, aku menulis surat untuk 3 orang sekaligus. Tapi memang sepertinya harus untuk bertiga karena ada satu peristiwa yang membuatku selalu ingat kepada kalian sekaligus membuatku merasa berdosa karena aku tidak bisa menjadi kakak kelas yang baik untuk kalian.

Yah, aku memang aneh. Tidak seperti temanku yang lain. Kalau teman yang lain, begitu tahu ada adik kelas yang sama marga dengannya atau persamaannya mereka akan mendekati adik tersebut, martarombo dan terjadilah hubungan kekerabatan yang sangat erat di antara mereka bahkan rasanya melebihi kakak adik kandung.

Simbiosis mutualisme pun terjadi, sama-sama menguntungkan dalam kehidupan di asrama dan sekolah. walaupun yang kulihat, yang sering lebih diuntungkan itu si kakak. Si kakak kelas memang memberi sebuah perhatian dan semacam perlindungan dan si adik kelas memberi apa yang ada padanya termasuk makanan, waktu dan tenaga. Mengambil makan siang si kakak, mengangkat jemuran, menyetrika dan masih banyak lagi.

Ops, sorry kalau itu salah. Itu memang hanya penilaianku pribadi berdasarkan apa yang kulihat.

Lho, koq malah ngelantur ya? He he he

Kembali kepada diriku yang termasuk aneh. Yah, memang begitulah aku. Aku tidak terlalu tertarik dengan segala keterikatan marga atau asal usul daerah. Ah, dasar aku Batak dalley ya…

Dan ketika kalian memperkenalkan diri bahwa kita dalam satu rumpun marga dan meminta aku menjadi kakak pembimbing, tentunya aku senang tapi yah sebatas begitu saja. Aku tidak pernah bisa menempatkan diri di posisi intim seperti teman yang lain. Aku tidak ingin dibebani dan aku juga tidak suka membebani orang lain.
Itu sebabnya, aku juga jarang menyuruh sesuatu kepada kalian. Jadi sepertinya hubungan kakak dan adik di antara kita lain dari yang lain. Kalian mengakui aku sebagai kakak pembimbing tapi sikapku jauh dari membimbing. Kita juga jarang nampak duduk bersama di asrama. Bahkan mungkin kalian lebih dekat dengan temanku yang lain. Kebersamaan kita mungkin hanya hari Minggu karena kita selalu pergi bersama ke gereja.

Ke gereja bersama, singgah di rumah Santi. Sepertinya hanya itu kedekatan di antara kita.

Tapi ada satu moment sebagaimana yang kutulis di awal tadi yang membuatku merasa menjadi kakak kelas durhaka.

Saat itu, kami kelas 3 menjalani ujian akhir. Aku sedang membaca catatan di bedku di asrama Anyelir dan aku cukup kaget ketika tiba-tiba kalian sudah ada di hadapanku membawa segelas susu dan roti.

“Kak, ini untuk puding kakak. Hanya ini yang kami punya. Selamat ujian Kak.” dengan kompak kalian mengatakan itu.

Wah, aku benar-benar terkesima dengan apa yang kalian buat. Aku memang cengengesan tapi sebenarnya dalam hati benar-benar surprise dengan apa yang kalian buat. Termasuk mood booster yang mujarab juga kala itu.

Tapi di balik rasa senang itu sekaligus menimbulkan perasaan berdosa juga. Kalian sangat baik tetapi aku tak pernah melakukan apapun yang berguna untuk kalian.

Melalui surat ini aku berterima kasih karena kalian pernah menganggapku kakak pembimbing kalian. Juga berterima kasih untuk perhatian kalian sewaktu aku dalam masa ujian akhir.

Aku juga minta maaf karena gagal menjadi kakak pembimbing seperti harapan kalian. Disaat kalian butuh perhatian tetapi seperti biasa aku tetap asyik dengan duniaku. Aku sangat minta maaf …

Oke deh, rasanya sampai di sini saja surat ini. Kiranya kita diberi kesehatan dan umur panjang sehingga suatu hari kelak kita dapat bertemu lagi. Walaupun mungkin bila kita bertemu suatu hari nanti, aku masih tetap kakak yang kaku dan tidak bisa membimbing tapi yang pasti aku tetap mengingat kalian …

Syalom.
Tuhan memberkati kita.

Gassmom-
Pematangsiantar, 200219

Tulisan ini dalam rangka a letter challenge hari ke 5 (namun molor 1 hari) dengan tema surat untuk adik kelas kesayangan.

Kategori
Surat

Surat Untuk Kakak Kelas Paling Menyebalkan (Letter-4)

Untuk: Kak RinPar

Hallo Kak, apa kabar?

Besar harapanku pasti baik-baik saja. Karena aku pernah tak sengaja stalking medsos kakak dan nampak di sana kalau kakak itu sangat mapan dan semakin cantik.

He he he, maaf ya kak kalau aku stalking tapi tidak menyapa dan tidak mengajak berteman.

Dan aku juga minta maaf karena telah memilih kakak sebagai orang yang akan kukirim surat di tema kali ini. Semua ini mengingat reputasi kakak sewaktu menjadi kakak kelas kami.

Perlu kakak tahu, kakak adalah memori yang tak terlupa di benak kami para adik kelas. Kalau ada obrolan tentang kakak kelas di grup WA ataupun grup yang lain, nama kakak pasti muncul ke permukaan. Tak ada yang lupa dengan kakak. Kalau kakak yang lain mungkin sudah banyak yang lupa dan perlu waktu bagi kami untuk mengingat tapi kalau kakak pasti langsung ingat.
Kakak paling judes dan mengerikan di zamannya he he he …

Bahkan beberapa waktu yang lalu di sebuah grup alumni aku sempat membaca postingan seorang adik kelas yang mengatakan bahwa sampai saat ini dia masih menyimpan dendam kesumat yang takkan terhapuskan untuk kakak.
Aku sampai geleng kepala membacanya, wah separah itu? He he he …
Puluhan tahun sudah berlalu dan dia tak bisa move on. Apa sih yang kakak lakukan kepada dia?

O, iya … hampir lupa. Aku angkatan 6 dan kakak angkatan 5. Mungkin kakak tidak ingat kepadaku karena aku bukan pembangkang hanya (sorry) aku suka ngeles dan mengkambing hitamkan senior kakak angkatan 4 untuk terlepas dari cengkeraman kakak he he he (Dan aku telah sukses membuat kakak menjadi agak segan gimana gitu terhadapku bahkan untuk sekedar menyuruh pun jarang. Mungkin kalau hal ini dulu kakak ketahui, aku pasti habis kakak hajar he he he … tapi aku juga berhak ‘kan membuat strategi sendiri he he he)

Jadi walaupun hampir semua teman satu asramaku di Anyelir sudah pernah merasakan hal yang tidak mengenakkan dari kakak, kalau aku pribadi belum pernah bahkan kalau tidak melihat langsung perlakuan Kakak ke mereka mungkin aku tidak akan percaya.

Aku ingat sekali, bagaimana malam itu kakak sukses membuat kami satu asrama dilanda ketakutan dan depresi luar biasa. Aku lupa penyebabnya apa tapi yang pasti malam itu kakak merodam (apa ya bahasa Indonesianya, aku tak tahu he he he) 5 orang teman kami yang menurut kakak telah melakukan sebuah kesalahan.

Saat itu sudah jam tidur tapi kakak menyelinap ke asrama kami dan melakukan itu tanpa pernah ketahuan ibu asrama. Malam itu aku benar-benar kasihan melihat temanku itu. Setelah kakak beranjak pergi mereka masih dilanda shock dan menangis bersama.

Itu hanya sedikit cerita tentang betapa menyebalkannya kakak saat itu. Masih banyak cerita lain tapi rasanya tak perlu ku tuliskan satu persatu.

Yang pasti selama kami kelas satu, kakak adalah salah satu momok paling menakutkan bagi kami. Sudah dilanda stress karena harus tinggal di asrama, jauh dari orangtua, menjalani rutinitas yang sangat melelahkan … ditambah lagi kakak yang menjelma seperti nenek sihir yang menakutkan, opsss sorry kak … aku hanya bercanda.

Waktu itu telah lama berlalu, aku tak tahu apakah kakak masih ingat dengan apa yang kakak lakukan dahulu atau bahkan telah melupakannya jauh-jauh hari.
Tapi yang pasti, kakak boleh melupakan tetapi yang mengalami mungkin akan selalu mengingat sampai seumur hidupnya.

Aku tak tahu harus menuliskan apa lagi.

Namun yang pasti dari semua ini aku memetik sebuah pelajaran bahwa lebih baik tidak ada yang mengingatku sama sekali daripada aku diingat untuk sebuah hal tidak enak yang kulakukan.

Sekali lagi aku minta maaf kak, telah menuliskan kisah kakak di surat ini. Daripada semakin berlarut-larut, baiknya surat ini aku sudahi sampai disini.

Selamat malam, Tuhan memberkati kita.

-Gassmom-
Pematangsiantar, 180219

Nb. Tulisan ini sebagai tulisan ke 4 pada a letter challenge dengan tema surat kepada kakak kelas paling menyebalkan.

Pict. pinterest