Kategori
cerpen Fiksi

Serangan

Kewajiban stay at home membuat Ratih bosan juga di rumah terus menerus. Rumah ke halaman, halaman ke rumah, setiap hari hanya itu rute yang dijalani.

Serangan
Iklan
Kategori
Fiksi

Tenaga Ekstra

“Waduh, apa-apaan sih ini?” ujar Ratih spontan begitu melihat pemandangan di depannya. “Dasar ya, manusia tapi perbuatan tidak seperti manusia. Bisa-bisanya tidak menghargai orang sama sekali.” ujar Ratih lagi.

Tenaga Ekstra

Kategori
buku Buku Saya

Meruwat & Merawat Bumi ( Antologi Puisi)

Setelah rampung dengan antologi puisi De Mantans, Teras Budaya membuat event lagi. Masih antologi puisi, dengan tema lingkungan hidup. Ternyata ini adalah bagian dari Trilogi Persembahan Puisi untuk Bumi dari para Penyair Lintas Maya.

Kategori
Puisi

Seharusnya Berkisah Tentang Keindahan

Mega saling mengundang
berarak gemulai berteman sang bayu
jalin kebersamaan memberikan keteduhan

Kategori
Puisi

Seharusnya Semua Menyenangkan

Semburat cahaya berpendar indah
seiring fajar bergulir menyibak tirai
segar aroma nyaman terasa
bergelora asa sambut hari
impikan cerah sepanjang perjalanan

Kategori
Puisi

Terjadi Lagi

Lebat
Terjadi lagi
Seharusnya menjadi berkat
Pada kenyataannya menjadi petaka

Kategori
Renungan

Filosofi Kaktus

Bertahanlah di tengah situasi yang paling tidak bersahabat sekalipun dengan selalu bijaksana dan melindungi diri sampai akhirnya badai berlalu dan kita dapat tersenyum memetik buah kesabaran itu.”

Reblog dari Filosofi Kaktus

”Apa sih yang kamu suka dari kaktus ini?”

Kategori
Alam

Bencana Ini Ulah Kita

Hujan deras malam Minggu kemarin ternyata menyisakan banyak cerita duka. Contoh kecil di halaman rumahku, beberapa hari ini tidak terdengar lagi suara merdu burung punai atau apalah dari pokok mangga karena beberapa cabang besar patah, rubuh ke bumi dan meluluhlantakkan sarang-sarang burung di atasnya.

Kategori
Puisi

Hijau Kucinta

Hijau dan hijau
Aku cinta sang hijau
Biar mereka kata aku lebai
Tapi aku tetap mengagumi dunia nan hijau
Memandang hijau galauku memuai
Berganti asa nan damai

Hutan nan hijau menjulang pepohonan tinggi
Semak belukar, rumput ilalang, hamparan bunga liar penuh pesona warna warni
Subur tumbuh berkembang tanpa ragu
Wajah dunia yang aku cinta

Hijau yang memberi kehidupan
Paru- Paru dunia yang kerap terabaikan
Bahkan sengaja dimusnahkan tangan serakah sang pengusaha
Tak perduli bumi menjerit
Air mata bumi deras membanjir
Tak sanggup membendung, menggulung, menghancurkan
Semua demi lembar bernama Rupiah
Sang penguasa pun terkesan menutup mata
Bahkan tak jarang turut andil dalam musnahnya sang hijau
Ilegal logging merajalela

Manusia bertambah turut menjadi andil dalam musnahnya sang hijau
Perut sejengkal harus diperjuangkan
Keturunan bertambah butuh pemukiman
Rambah hutan menjadi solusi
Hutan menghilang berganti perumahan
Berganti perladangan
Apa mau dikata tapi begitulah tuntutan kehidupan.

Gassmom-
Pematangsiantar, 241118

Ps.
Lama tak menulis, pagi ini rasanya ingin menulis sebuah puisi tapi apa daya pikiran blank. Akhirnya ingat masih menyimpan screenshoot puisi tahun lalu yang sempat diSS dari sebuah platform yang sudah mati suri kini.
Kuputuskan menuliskan kembali tanpa mengubah apapun karena itu adalah suasana hatiku tahun lalu.
Puisi ini sempat juga kubuatkan versi musikalisasi puisi di Aku Cinta Hijau, namun disana aku rombak dan tidak menyertakan semua bait.

Kategori
Alam Puisi Bebas

Hijauku Menghilang

Indah nian
puja puji tercetus selalu
Hijau menghampar sejauh memandang
Menjulang tinggi pepohonan nan perkasa
Rupawan menawan
Aroma pinus menembus sukma
Segarkan dada damaikan jiwa
Cinta terpatri akan pesona
Kenangan tiada terganti