Ternyata, pada malam pergantian tahun kemarin, aku sempat membuat draft tentang review. Karena sesuatu dan lain hal, akhirnya draft tenggelam tertimpa yang lain. Menemukan kembali hari ini dan memutuskan supaya tetap dipos sebagai pengingat diri, sekaligus motivasi diri. So, ini dia review singkatnya ….
Tag: 2020
Karena kemarin aku menulis tentang mitos burung gagak, akhirnya terpikir untuk menuliskan beberapa mitos yang dulu sempat aku percaya.
Zaman dahulu, manusia sangat akrab dengan pertanda alam. Bahkan menjadikan hal tersebut sebagai petunjuk atau aba-aba untuk terjadinya sesuatu. Hal inilah yang disebut dengan mitos.
Seiring perkembangan zaman maka lambat laun segala mitos tersebut pun dianggap hanya sekedar tinggal mitos. Karena semua harus diuji secara ilmiah. Belum lagi ajaran agama yang tidak percaya akan mitos.
Aku sendiri tidak bisa mengatakan percaya atau tidak percaya. Tapi dalam tulisan ini aku ingin menceritakan tentang pertanda alam yang dulu sangat dipercaya. Yaitu pertanda dari burung gagak.
Dahulu, kemunculan burung gagak dipercaya sebagai pertanda kematian. Apabila burung gagak muncul dan bersuara maka di wilayah tersebut akan ada yang meninggal.
Aku mengetahui hal ini sudah lama. Namun, karena sudah sejak lama juga memutuskan mengabaikan hal-hal seperti itu maka semuanya berlalu begitu saja. Walau pun mendengar suara burung gagak namun tidak terlalu diambil hati dan terlupakan.
Namun kejadian Sabtu kemarin membuatku berpikir ulang tentang hal tersebut. Entah kebetulan atau bagaimana namun mitos ini nyata.
Sabtu kemarin kira-kira pukul 4 petang, aku keluar rumah untuk mengambil kain jemuran. Saat itu aku mendengar suara burung gagak, sangat dekat dan melewati tempat kami. Suara tersebut terdengar cukup lama. Saat itu aku tiba-tiba teringat mitos, namun separuh pikiran menertawakan diriku yang tiba-tiba mengingat hal tersebut. Tak ada lagi itu sekarang ini, ujar sang pikiran. Tapi entah bagaimana, aku tak bisa mengenyahkan pikiran tersebut. Bahkan ingin memberitahu suami yang saat itu berada di halaman juga, namun aku urungkan karena takut ditertawakan.
Keesokan paginya menjelang sholat subuh, ada pengumuman tentang orang meninggal dari masjid. Aku tidak mendengar dengan jelas karena masih setengah tidur. Tapi sepertinya terdengar nama jalan rumah kami yang disebut. Akhirnya aku terbangun dan berpikir apa salah dengar atau bermimpi. Di jalan memang kedengaran ramai suara laki-laki. Aku pun mencuri dengar karena penasaran. Tetapi sepertinya mereka bapak-bapak yang baru pulang dari masjid dan sepertinya yang mereka bicarakan adalah “sepeda”. Aku pun masuk rumah lagi sambil menertawakan diri sendiri yang mungkin menyimpan perihal burung gagak di separuh otak sampai bermimpi bahwa ada yang meninggal.
Tapi tak berapa lama, datang truk yang membawa perlengkapan memasang teratak tenda. Aku pun keluar gerbang untuk mencari tahu. Ternyata memang ada yang meninggal. Ternyata nenek sebelah rumah. Kaget pastinya karena sorenya nenek tersebut masih datang ke rumah, masih segar bugar dan lincah seperti biasa. Ternyata nenek itu meninggal di rumah anaknya. Malam itu mereka bermalam di rumah anaknya karena keesokan harinya mau berangkat liburan ke Berastagi. Menurut Atok, nenek masih bangun malam itu pukul setengah satu. Minum dan tidur lagi. Tak berapa lama terbatuk dan ternyata sudah berpulang. Benar-benar tak disangka.
Hal itu membuatku terpikir lagi dengan suara burung gagak pada hari sebelumnya. Entah kebetulan atau bagaimana tapi mitos itu seolah nyata. Sebelumnya aku juga sering mendengar setiap ada kejadian tetapi berhasil aku tepis dengan kata kebetulan. Tetapi kali ini, persis di sebelah rumah membuat pikiran itu tidak bisa dienyahkan begitu saja.

Gassmom, 250720
Bencana Ini Ulah Kita
Hujan deras malam Minggu kemarin ternyata menyisakan banyak cerita duka. Contoh kecil di halaman rumahku, beberapa hari ini tidak terdengar lagi suara merdu burung punai atau apalah dari pokok mangga karena beberapa cabang besar patah, rubuh ke bumi dan meluluhlantakkan sarang-sarang burung di atasnya.
Kemana Janjimu?
Serasa bermimpi diri ini
Sungguh ku tak mengenal lagi
Senyum manis itu lenyap sudah
Tutur lembut menghilang entah kemana
Ramah tamah tiada

Mungkin ini yang dinamakan eksotik
Kala titel kesarjanaan sudah menukik
Jabatan mapan cenderung asyik
Modren kini kata yang terpekik
Agama diagungkan nyaris fanatik
Tetapi saat ada yang dibidik
Alih-alih menarik simpatik
Atau tunjukkan kemampuan terbaik
Ikuti ritmik
Menuju suatu titik
Jalan yang dipilih malah terbalik
Malah menuai polemik
Kenyamanan diobrak abrik
Kepercayaan dicabik-cabik
Jalankan strategi licik
Bahkan masih mengandalkan klenik
Berusaha wujudkan ambisi dengan mistik
Tak perduli itu musyrik …
-Gassmom-
Pematangsiantar, 260220
Pict. Pexels
#JerukPurut
Hikmat kebajikan, tersedia bagiku
S’bab Allah sanggup limpahkan s’galanya
Dan anugerah-Nya sangat besar bagiku
Aku diberkati
Aku dilimpahi
Karena Allah sanggup untuk menyediakan
Aku diberkati
Aku dilimpahi
Atas sempurna anug’rah Tuhan bagiku
_____________________________________________________
Catatan.
Ada pujian yang terus berkumandang di hati ini. Wujud rasa syukur atas kebaikan dan kemurahan Tuhan. Boleh sampai pada tahun yang baru, itu adalah karena anugerah Tuhan semata. Ingin rasanya menuliskan lirik pujian tersebut di blog ini tetapi ternyata sudah lama aku tuliskan di sini sebagai catatan dan bahan renungan pribadi. Berkat Kemurahan-Mu, lirik lagu yang ingin aku tuliskan.
Tetapi karena ternyata sudah ada jadi aku ganti dengan lirik lagu ini. Lagu ini selalu mempesonaku bila dinyanyikan dalam pujian penyembahan. Aku juga suka memutar dari Youtube yaitu “Aku diberkati” sound of Praise ft Sidney Mohede.
Aku diberkati …
Aku menuliskan ini karena sungguh aku diberkati. Boleh ada sampai hari ini semata karena berkat. Mungkin orang melihat seseorang diberkati karena melihat kemakmuran dan kesejahteraan seseorang. Dan kalau itu yang dilihat, bisa jadi orang akan menertawakan aku yang merasa diberkati padahal masih jauh dari makmur sejahtera.
Tapi menurutku berkat bukan semata kaya raya dan melimpah. Kesehatan, keluarga, hati yang gembira dan yang pasti senantiasa bersyukur … itu adalah berkat yang begitu besar dari Tuhan. Boleh ada sampai hari ini, boleh hidup sampai hari ini, boleh sampai pada tahun yang baru ini. Itu juga berkat yang sangat besar.
Untuk semua itu aku mengatakan, “AKu diberkati”. Terima kasih Tuhan Yesus.
–Gassmom-
Pematangsiantar, 060120
Tuhan memimpin langkahku
Di tiap saat dan kerja
Tetap ‘ku rasa tangan-Nya
Tanganku dipegang teguh
Hatiku berserah penuh
Tanganku dipegang teguh
Tak kusesalkan hidupku
Betapa juga nasibku
Sebab engkau tetap dekat
Tangan-Mu ‘ku pegang erat
Tanganku dipegang teguh
Hatiku berserah penuh
Tanganku dipegang teguh
Kau b’rikan kemenangan-Mu
Sebab tanganku Kau genggam
Tanganku dipegang teguh
Hatiku berserah penuh
Tanganku dipegang teguh
_______________________________________
Catatan.
Aku pernah mengalami rasa gamang sewaktu melewati tahun dan memasuki tahun yang baru. Kalau tidak salah sekitar tahun 2012- 2013. Entah bagaimana aku dilanda khawatir tingkat tinggi. Aku enggan meninggalkan tahun yang lama karena dalam pemikiranku pasti pada tahun yang baru aku akan semakin memiliki banyak beban.
Saat itu, aku hamil anak ke-3. Kondisi suami masih belum bisa beraktivitas akibat patah tulang karena kecelakaan lalu lintas. Yang menopang ekonomi keluarga juga hanya aku sendiri. Saat itu aku juga sedang kuliah. Komplit rasanya.
Enggan dan berat, khawatir melanda. Tapi mau tidak mau, waktu berjalan terus dan hari-hari berlalu. Tahun harus berganti. Dan ternyata apa yang aku khawatirkan tidak beralasan. Semua baik, jauh lebih baik. Semua indah sesuai waktu Tuhan.
Tahun demi tahun berganti, dan sampai tahun ini semua baik adanya. Mengajariku bahwa tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Tuhan tidak akan memberi cobaan di luar kemampuan umat-Nya.
Pergantian tahun ini, aku sudah bisa menghalau jauh rasa khawatir itu. Biasanya, walaupun aku sudah tidak sekhawatir dahulu, tapi khawatir itu masih sering mencoba menggoda. Tapi tidak untuk tahun ini.
Kucoba mengulik dan tidak kutemukan secuil khawatir pun dalam hatiku. Puji Tuhan untuk itu.
Semua bukan karena aku tidak punya masalah atau perekonomian sudah mapan. Tidak sama sekali. Kehidupanku dan keluarga masih sama seperti dulu. Ekonomi juga masih sama. Tapi hatiku yang sudah berubah. Terima kasih Tuhan untuk perubahan hati yang Engkau beri. Semua berkat, semua karena Tuhan.
Dan, aku pun merasakan sebagaimana isi lagu ini, Tenanglah Kini Hatiku dari Kidung Jemaat 410.
Tenanglah kini hatiku karena ku tahu ada Tuhan Yesus yang selalu baik, selalu setia, selalu menopang dan selalu memberkati. Rancangan Tuhan adalah rancangan damai sejahtera. Semua baik, semua baik dalam nama Tuhan Yesus.
-Gassmom-
Pematangsiantar, 060120

Hari ke 4 Tahun 2020, dan aku belum menuliskan sepatah kata ucapan menyambut tahun yang baru di blog ini.