Aku bukanlah orang yang aktif di WA grup termasuk grup alumni. Hanya ada 2 yang kupertahankan itupun hanya grup sewaktu sekolah menengah yang berisi kami 1 angkatan dan 1 lagi berisi semua angkatan termasuk beberapa guru yang mana grup tersebut terdiri dari lintas suku dan agama yang ada di Sumatera Utara. Grup yang kedua kupertahankan untuk antisipasi sarana berbagi info tentang dunia kesehatan dan rumah sakit bila dibutuhkan. Walaupun sudah banyak yang lari jalur tapi mayoritas masih mengabdi di dunia keperawatan yang tersebar di berbagai daerah. Aku pribadi juga sering memberi informasi bila ada yang membutuhkan informasi atau bantuan tentang rumah sakit dan pelayanan medis di Pematangsiantar.
Kecuali ada info yang bisa kubantu, aku hampir tidak pernah komentar di grup tersebut. Biasanya percakapan didominasi oleh para senior.
Tetapi kemarin aku benar-benar tidak bisa menahan diri untuk tidak memberi komentar.
Seorang senior yang merupakan aparat sebuah kesatuan mengirim beberapa video. Pertama dikirimkan bagaimana perlakuan Kepolisian yang menghajar perusuh, video kedua juga masih tema yang sama. Video ketiga berisi kebaikan tentara yang membagi-bagikan makanan dan minuman kepada para demonstran.
Sontak jiwa nasionalisme dalam diriku pun bergejolak. Kalau tadi yang mengirimkan itu sipil biasa mungkin aku tidak terlalu ambil pusing. Tapi karena yang mengirim itu aparat maka aku tidak bisa diam. Beliau memang senior jauh di atasku dan menurut pengamatanku beliau cukup sering meramaikan suasana grup dan termasuk yang disegani. Tapi menurutku apa yang dilakukan kali ini tidak bisa dibenarkan begitu saja. Sudah beberapa jam sejak kiriman itu hanya ada satu orang menanggapi dan bertanya, ” Koq gitu Bang?” dan dibalas lagi dengan kalimat yang memojokkan pihak yang ada di video pertama.
Akhirnya aku tak bisa menahan diri. Awalnya aku hanya mengetik kalimat singkat bernada menyindir yaitu, “Tiba2 aku ingat wejangan orangtua : Jadilah yang terbaik tanpa harus menjatuhkan orang lain.”
Namun setelah menulis itu aku merasa belum cukup dan berpikir kalau hanya begitu belum tentu dimengerti. Akhirnya aku mengetik lagi, “Maaf Bang xxxxx, aku hargai Abang sebagai aparat xxx, tapi tolong jangan ikut2an memprovokasi masyarakat dgn menampilkan keburukan pihak lain. Abang aparat xxx lho,yg harusnya lebih bisa membantu kami masyarakat awam ini untuk semakin bersatu padu mempersatukan Indonesia yang hampir terpecah belah ini. Jangan menjadi sebaliknya. Maaf Bang, aku memang junior dan bodoh tapi aku cinta Indonesia dan tidak ingin negara ini hancur.”
Tak berapa lama notifikasi pun berbunyi terus. Ternyata apa yang kutulis dibalas para kakak senior di sana dengan jempol. Sebagian menulis, ” Pas itu.”, “betul itu” Nah, kenapa dari tadi tak ada yang mengatakan, pikirku. Dan seperti biasa aku pun hanya memantau tanpa komentar lagi. Biarlah mereka para senior yang meramaikan seperti biasa. Tak berapa lama si Abang senior pun muncul dengan satu kata, ” Mikir …” yang dibalas lagi oleh para kakak senior. Ada juga cerita sedih dari seorang kakak yang bekerja di sebuah rumah sakit di Jakarta yang mana karena peristiwa tersebut mereka terpaksa berjaga terus. Karena sungguh dampak dari segala peristiwa ini pasti berdampak ke semua aspek kehidupan. Makanya aku tidak habis pikir mengapa sang Abang senior yang seharusnya bisa menjadi panutan kami tetapi malah begitu.
Percakapan pun berlanjut terus. Tadi pagi aku cek, ada juga seorang senior yang mengirim forward dari Komisi Penyiaran Indonesia yang intinya mengatakan supaya penyampaian informasi seharusnya bersifat menyejukkan dan konstruktif. Diakhiri dengan kalimat, “( di Group WA ini Marilah kita jaga, pelihara & ciptakan bersama Kedamaian & perdamaian untuk NKRI yg kita cintai ini, INDONESIA adalah RUMAH KITA BERSAMA,….)” Kemudian dijawab juga oleh seorang guru senior dengan kata-kata yang tak kalah nasionalis.
Eh, tak berapa lama aku cek lagi ternyata ada seorang yang keluar dari grup dan itu adalah Abang Senior yang kemarin. Nah lho, …
–Gassmom-
Pematangsiantar, 260519
Nb. Ketika akal sehat masih dipertanyakan