Kategori
Inspirasi tulisan Bebas

Selamat Jalan Mantri Patra

Sedih, sungguh sedih. Hari ini timelineku dipenuhi berita tentangnya. Dan setiap membaca, kembali air mata mengalir deras.

Kisah tentang seorang teman sejawat perawat yang telah berpulang ditengah pengabdiannya di pedalaman Papua.

Patra Kevin Mangolo Jauhari, seorang mantri berusia 30 tahun yang telah membulatkan tekad melayani namun justru wafat pada saat pelayanan. Melayani dan jatuh sakit di tengah segala keterbatasan. Keterbatasan akses infrastruktur dan komunikasi membuat semua terlambat.

Salut untuk pengabdian dan dedikasi tinggi yang beliau berikan untuk masyarakat.

Salut untuk setiap tenaga medis yang bersedia mengabdikan diri ke daerah terpencil dan sulit akses begitu.

Keperawatan benar-benar berduka. Selamat jalan untukmu, Pahlawan Kesehatan. Sungguh, dirimu adalah pahlawan. Hidupmu sudah menjadi berkat.

-Gassmom-
Pematangsiantar, 250619

Iklan
Kategori
Puisi Bebas tulisan Bebas

Takdir Itu

Takdir memang kejam

Desy Ratnasari punya lagu

Takdir memang indah

Itu kataku

Karena,

Bagiku semua indah semua baik

Apapun yang terjadi dalam hidup

Ada dalam rencana Tuhan

Diberi karena aku sanggup

Tak ada yang sia-sia

Sudut memandang membuat semua berbeda

Duka hari ini

Bisa menjadi tawa esok hari

Bahkan menjadi bahan bersyukur

Atau bahkan menjadi kesaksian

Hidup ini indah

Takdir itu indah.

Gassmom-
Pematangsiantar, 201218

Kategori
tulisan Bebas Tulisan Ngawur

Jangan Tanyakan itu

Mereka:

Jadi,
Apa keuntungan kami?
Kami dapat apa?
Hanya lelah dan lelah tak ada tambahan pundi-pundi.
Dulu, program begini seharusnya ada pembagian.
Kalau begini, tak usah dikerjakan

Kami (Hanya mampu dalam hati):

Hah, terperangah diri ini.
Jadi yang mengalir lancar ke rekening itu apa?
Setiap bulan tak pernah kenal tidak dan terlambat.
Untuk apa itu kalau masih berhitung kali dan bagi?

Ingin rasanya berdiri seketika,
Sambil berseru lantang utarakan sebuah kutipan:
Jangan tanyakan apa yang negara berikan kepadamu, tapi tanyakan apa yang kamu berikan kepada negaramu!

-Gassmom-
Pematangsiantar, 060519

ps. Speechless, mendapat curhat dari beberapa teman tentang di sana, ya di sana, di sana, di sana dan di sana.

Kategori
Pematangsiantar pengalaman tulisan Bebas

Lebih Enak Bekerja Dengan Batak atau Tionghoa?

Ini sebenarnya cerita beberapa tahun lalu. Waktu itu aku ketinggalan angkot yang lewat dari kompleks dan terpaksa ambil jalan pintas menyeberang ke jalan besar di belakang kompleks. Kalau dari sana pasti banyak angkot, walaupun mungkin penuh penumpang tapi masih bisa menyelipkan separuh badan karena aku juga tak terlalu besar bahkan masih masuk kategori ideal (what? He he he … maafkan kalau emak-emak memang kadang suka ngawur🤭)

Kategori
Anak Cerita Mini Cermin tulisan Bebas

Protes Sonia

“Syalom!
Ma, Mama itu harus lebih sering berkumpul dan bergabung dengan sesama ibu-ibu. Entah duduk-duduk dimana. Berbagi cerita dengan mereka. Tanya bagaimana mereka memperlakukan anaknya.”

Belum lagi disahuti dan masih membuka pintu tapi Sonia sudah nyerocos tanpa henti, berbicara kepada Mama. Mama yang lagi ngopi cantik di sore hari pun tak urung pasang wajah bengong.

“Ini anak baru pulang dari kolam renang koq bisa tiba-tiba begitu ya? Hmm, jangan-jangan… ” walau sekilas tapi muncul juga pikiran jelek di benak Mama.

“Maksudmu apa? Simpan dulu barang-barangmu itu. Baru kita cerita.” ujar Mama dengan logat Batak yang nampaknya tak bisa lagi dihilangkan.

” Iya.” ujar Sonia dan berlalu menyimpan tas dan baju berenang yang sudah basah.

“Jadi begini Ma, Mama itu harus lebih sering berkumpul dengan ibu-ibu yang lain. Supaya Mama tahu bagaimana mereka memperlakukan anaknya.”

“Maksudmu?”

“Iya. Tadi di angkot, ibu-ibu di sana bercerita bagaimana mereka memperlakukan anaknya. Kata mereka anak-anak itu tidak perlu disuruh bekerja. Kalau diberi pekerjaan rumah pun, cukup hanya satu jenis pekerjaan. Jangan ditambah lagi.”

“Hmm, jadi maksudmu?”

“Jadi Mama harus mendengar cerita mereka supaya mama jangan memberi tugas untuk kami. Pokoknya anak-anak tidak perlu ikut mengerjakan pekerjaan di rumah.” kata Sonia lagi.

“Jadi, maksudmu apa sekarang?” tanya Mama lagi.

” Jadi Sonia tidak perlu tahu mencuci piring, tidak perlu disuruh menyapu halaman. Tidak perlu ikut membantu mengurus adek. Pokoknya kami hanya sekolah dan mengerjakan PR.” sambungnya lagi.

“Oh, begitu?”

“Iya Ma. Bahkan ada ibu itu, dia pakai seragam yang sama seperti Mama. Ibu itu bilang anaknya sampai kuliah pun tidak pernah mengerjakan apa-apa. Semua dikerjakan oleh Mamanya.”

“Ooo …”

“Iya lho Ma. Makanya Mama kumpul-kumpul dulu dengan ibu -ibu di kompleks atau dimana. Supaya Mama percaya kalau anak mereka tidak pernah mengerjakan apa-apa.”

“Ooo …”

“Ooo, terus …Jadi apa keputusan Mama?”

“Keputusan Mama, kalian tetap mengerjakan semua tugas yang sudah Mama berikan. Kenapa? Karena Mama sayang kepada anak-anak Mama. Kalau Mama tidak sayang kepada kalian, bisa saja Mama biarkan kalian tidak mengerjakan apa-apa, tidak tahu apa-apa. Tapi siapa yang rugi? Kalian yang rugi. Nanti sudah besar tidak tahu mengerjakan apa-apa. Kalau kita orang kaya kian, okelah … karena orang kaya bisa menggaji banyak pembantu. Tapi kita bukan siapa-siapa jadi harus tahu diri. Jadi, karena Mama sayang kepada kalian maka tetap harus mengerjakan tugas masing-masing. Biar sudah besar nanti tidak susah. Siapa tahu nanti kost atau tinggal di rumah siapapun, paling tidak kalian tahu mengerjakan pekerjaan rumah.”

“Oh, Mama ini lho. Sudah diberi keterangan tetapi tetap juga. Sonia tidak setuju karena menurut ibu-ibu tadi, anak-anak harus fokus kepada pelajaran sekolah. Jadi jangan lagi ditambah dengan pekerjaan di rumah.” jawab Sonia.

“Hmm, Mama tanya dulu. Kamu anak siapa? Anak Mama kan? Berarti dengarkan peraturan Mama. Kalau tidak setuju, kamu boleh naik banding dan tanya keputusan boss besar. Entah apa nanti jawabannya.” ujar Mama lagi.

Tanpa menunggu lama, Sonia pun bergegas menemui Papa dan menceritakan semua uneg-uneg yang sebelumnya sudah dia ceritakan kepada Mama namun ternyata tidak berhasil.

Mama tetap tidak beranjak dari tempat duduk semula tetapi membuka telinga lebar-lebar mendengarkan debat antara Sonia dan Papa.
Papa mengatakan bahwa setiap rumah mempunyai peraturan yang berbeda. Dan peraturan di rumah mereka adalah setiap anak wajib mengerjakan tugas yang sudah diberikan dan tidak bisa diganggu gugat lagi.

Sonia pun balik kanan dengan lesu dan tidak berani berdebat lagi karena keputusan sudah final. Mama yang mendengar semua pembicaraan mereka pun melanjutkan ritual ngopi cantik di sore hari sambil tersenyum ala ibu tiri yang setengah kejam.

-Gassmom-
Pematangsiantar, 010519

Pict. Pinterest

Kategori
story of my life tulisan Bebas

Jatuh Cinta Karena Rupa

Waktu menulis review buku Beauty and The Beast aku ada menuliskan beberapa kesimpulan pesan moral yang kusimpulkan sendiri. Antara lain diantaranya:

… 5. Rupa yang tampan memang membuat jatuh cinta tapi rasa terima kasih bisa mengalahkan rupa. Dan Belle adalah orang yang tahu berterima kasih.

6. Jangan menilai dengan mata tetapi turutilah dorongan hati.

Membaca itu aku jadi teringat kalau Mama pernah juga memberi ceramah kepadaku terkait dengan rupa yang menawan. Jadi ini ceritanya dulu sewaktu masih remaja polos nan lugu. Kala itu aku menjalin sebuah kisah dengan seorang remaja pria yang konon kataku dan kata orang-orang di sekitarku adalah sosok ganteng, tampan nan rupawan. Kalau hanya aku sendiri yang mengatakan mungkin belum akurat tetapi teman-teman, keluarga, orang sekampung dan satu sekolah juga mengatakan hal yang sama. Berarti sah memang ganteng nan rupawan. Menurutku orangnya juga baik. Tapi itu menurutku saja karena ternyata menurut orang sebaliknya. Sehubungan dengan itu mama pun memberi ceramah panjang lebar kepadaku. Intinya aku memang memiliki kebebasan untuk memilih siapa temanku. Tetapi seharusnya aku memilih teman apalagi teman hidup jangan hanya karena melihat rupa tetapi lihat hatinya. Entah apa saja yang dikatakan mama saat itu, aku pun lupa. Tetapi kalimat yang paling kuingat sampai saat ini hanyalah:

“… biar kau tahu, tak makan dibuat ganteng itu. Jangan-jangan kegantengan akan membuat susah …”

Saat itu aku memang tertawa. Tapi semakin dewasa aku semakin mengerti maksud kata-kata itu dan terkadang mengucapkan hal senada kepada adik-adik teman sejawat yang kebetulan curhat masalah asmara mereka.

Dan tadi malam, aku iseng berkelana di medsos. Mau tidak mau terpapar juga dengan postingan suasana politik saat ini. Membaca alasan menetapkan pilihan. Namun menurutku sepertinya ada yang lucu. Bila yang lain terpesona visi misi, rekam jejak dan kinerja tetapi ternyata banyak yang jatuh cinta hanya karena paras tampan menawan. Bukan satu dua orang tetapi banyak yang begitu. Kebetulan aku anggota di beberapa grup (walaupun hanya silent reader) dan temanku juga terdiri dari berbagai latar. Semakin kubaca aku tetap tidak menemukan alasan lain kecuali kegantengan tokoh utama dan tokoh-tokoh lain di team itu.

Sungguh, aku merasa geli dan tak habis pikir. Tapi, yah itu hak mereka. Hak pribadi setiap personal untuk menetapkan pilihan menurut versi mereka. Dan bila ternyata paras menawan lebih bisa memikat, apa boleh buat.

-Gassmom-
Pematangsiantar, 130419

Kategori
Puisi Bebas tulisan Bebas

Sensasi Malam Itu

Sebab sungguh malam memiliki pesona tersendiri

Gelap nan eksotis

Dingin nan membelai

Bahkan beringin menjulang nan tinggi hadirkan sensasi

Layak tuk dinikmati

Sempurna tuk diresapi

Lawan kata mereka tentang sesuatu tak terlihat

Hati bicara indah maka pesona yang terpancar

Syukur terucap

Akan kuasa Sang Pencipta.

-Gassmom-
RSUD Djasamen (Beringin Tua), 120218

Ps.
Ketika mereka bilang no, aku malah tertantang ha ha ha …
Deg deg ser, namun menikmati …
Setahun sudah foto ini, dan semua normal saja😊😊

Kategori
story of my life tulisan Bebas

Merapat (Edisi jepret Emak-Emak)

“Bagus fotonya dek, tapi Bapak Walikotanya terlalu dipepet jadi rapat banget nampaknya.” koment temanku waktu foto di atas aku unggah di Medsos.

“Iya Kak. Tapi yang di sebelah kiri yang pakai baju PKK itu memang ibu Walikota. Jadi wajar kalau ibu itu merapat.” balasku.

“Iya dek. Kakak juga bercanda koq. Tapi emak emak memang begitu. Kalau sudah sesi foto langsung merapat karena takut tak kelihatan.” balasnya lagi.

Sebelumnya aku tak pernah terpikir. Tapi karena koment itu, kupandang foto itu lagi. Benar juga ya, dasar emak emak, begitu sesi foto tak perduli dengan teman, keluarga bahkan foto dengan pejabat pasti gayanya sama. Langsung merapat karena takut tak terlihat. Kalau dipikir lucu juga, seolah olah pejabat itu bukan orang yang harus disegani tapi dibuat seperti artis yang memang untuk dijepret.

Tapi apa boleh buat, itu adalah bagian dari tuntutan zaman now. Zaman semua ingin eksis, jepret dan upload. Semua ingin diabadikan.
Dan aku juga adalah salah satu pelaku dalam hal ini.

-Gassmom-
Pematangsiantar, 220918

Pict. Pribadi
Coret-coretan tahun lalu, dibuang sayang jadi disimpan di WP saja deh😊

Kategori
Indonesia tulisan Bebas

Jatuh Cinta di 2019

Jatuh cinta itu unik, buta dan tidak butuh logika. Ibarat kata pepatah, tai kucing pun rasa coklat bila sudah jatuh cinta.

Saat ini jatuh cinta sedang melanda banyak orang, termasuk aku. Jatuh cinta kepada sosok idola. Jatuh cinta yang membuat apa saja yang diperbuat dan dikatakan sang sosok akan membuat semakin jatuh cinta.

Tak peduli apa kata orang, tak peduli fakta berbicara, tak peduli rekam jejak bagaimana. Karena semua itu tidak diperlukan oleh cinta. Yang penting cinta sudah memilih.

Cinta boleh saja, memilih boleh saja. Semua sah di mata dunia. Fanatisme hak prerogatif sebagai insan.

Hanya, sebisa mungkin jangan sampai cinta mengakibatkan kehancuran. Jangan sampai cinta mematikan naluri. Jangan sampai cinta membutakan kemanusiaan.

Karena seyogianya cinta membawa damai.

note.
Goresan singkat menyikapi cinta yang berbeda, kubu yang berbeda.
Kiranya perbedaan tidak menimbulkan kekacauan.

-Gassmom-
Pematangsiantar, 180119

Kategori
story of my life tulisan Bebas

Uban

“Hai, kamu potong rambut, ya?”

“Iya.”

“Kamu cat juga, ya?”

“Nggak, koq.”

“Tapi seperti dicat gitu lho, biasanya rambut kamu legam begitu, ini lain.”

“Oh, ini uban lho. Ubanku kan sudah banyak. Selama ini bisa ditutupi karena rambut panjang dan selalu digulung. Sekarang, karena rambut dibonding jadinya uban menampakkan diri tapi halus.”

“Koq uban, sih? Sebenarnya umurmu berapa, sih? Kelahiran tahun berapa?”

“Kelahiran tahun … tapi uban ini muncul bukan karena umur. Ini faktor genetik. Papa juga seperti aku, pada usia 30-an dulu rambut beliau juga sudah penuh uban. Aku ingat banget, waktu kecil sering diminta tolong mencat rambut Papa.”

“Begitu ya?”

“Hmmm ….”

Sekelumit percakapan dengan seseorang pada suatu siang tentang UBAN.

Pict. pribadi
note. (Tulisan jadul ketemu di file😊)

-Gassmom-
Pematangsiantar, 0918