Senin yang sesuatu. Sama seperti Senin yang sebelum-sebelumnya. Menghabiskan setengah hari dengan rapat dan rapat.
Begitu juga hari ini, diawali dengan rapat pembinaan dipimpin oleh pimpinan dilanjutkan oleh para kepala bidang. Sesudah itu rapat koordinasi lagi menentukan jadwal kegiatan.
Ada yang berbeda hari ini. Bila biasanya rapat disuguhkan air minum kemasan tetapi hari ini tidak ada karena kebetulan hari ini pembukaan puasa.
Begitu juga waktu rapat di ruangan pimpinan, entah kebetulan atau tidak ternyata air minum kemasan yang biasanya selalu tersedia pun hari ini hanya tinggal 2 buah.
Begitu selesai rapat, sudah tengah hari. Kami pun mengakhiri dengan bincang bebas ala kami. Seorang teman mengatakan bahwa dia sangat haus. Rapat hari ini membuat lupa minum. Aku pun menyahuti ucapan itu dan mengatakan kalau aku juga sebenarnya sudah sangat haus dan sudah dari tadi ingin minum tetapi tidak jadi karena kebetulan aku berada satu kursi dengan ibu Bintang dan Ibu Santi. Kedua temanku yang berhijab tersebut sedang menjalankan puasa dan aku tak mungkin minum di depan mereka.
Ternyata ibu Bintang mendengar ucapanku dan menjawab, “Nggak apa-apa lho Bu. Kalau ibu minum bukan berarti tidak menghormati kami. Karena memang situasinya yang begitu. Kami juga tidak apa-apa koq. Bahkan sesungguhnya itulah arti puasa itu. Bisa menahan diri walaupun ada godaan. Lain halnya kalau Ibu sudah tahu kami puasa tetapi ibu malah mengajak kami makan, nah kalau itu baru …” ujar Ibu Bintang sambil tertawa.
“Iya sih Bu. Tapi kami tetap segan juga koq.” ujarku lagi.
Dan kami pun melanjutkan perbincangan sampai akhirnya bubar karena sudah jam istirahat.
Itulah sekelumit cerita pada hari pertama puasa dari Kota Pematangsiantar yang mendapat peringkat ke tiga sebagai kota paling toleran se Indonesia.
–Gassmom-
Pematangsiantar, 060519