Kehidupan
Diawali kelahiran
Diakhiri kematian
Sebuah perjalanan panjang tanpa tahu berakhir kapan
Kategori: Puisi Bebas
Terjerat Pesona(mu)
Terpikat hati terpesona jiwa
Begitu lekat aku akanmu
Rasa itu
Nikmat itu
Aroma itu
Kuasai segenap jiwa raga
Aku tak mampu berpaling
Tak sanggup beralih
Segala pesona yang kau beri
Buatku tergila-gila
Jatuh cinta aku
Terlena aku
Tiada hari tanpamu
Sambut hari denganmu
Lepas senja bersamamu
Hanya kamu, kamu, kamu
Ya kamu,
Memberi warna hari
Bangkitkan semangat jiwa
Pengobat hati luka
Ubah duka menjadi suka
Netra cerah karenamu
Lincah raga karenamu
Ringan tulang ini karenamu
Inspirasi hadir seiring dengan aroma itu
Semua karenamu,
Hariku hampa
Gundah gulana
Merana
Semua menjadi suram
Pikiran buntu ide pun melayang
Bila kau tiada
Sungguh,
jiwa raga telah terkurung
Terjerat aku dengan pesona itu
Semua karenamu,
Karenamu,
Kopi …
–Gassmom-
Pematangsiantar, 101018
(Tulisan jadul di post kembali)
Jalani Saja
Tidak ada yang abadi
Demikian bergulir seiring waktu
Hukum alam dari masa ke masa
Kebijakan diperbaharui
Sistem berubah
Posisi ditata
Bukan hal baru, bukan hal luar biasa
Jadi mengapa harus gundah?
Ingat saja semua anugerah
Jangan pernah sesali pilihan
Jangan pernah hakimi waktu
Cukup jalani
Nikmati
Ucap syukur
Karena semua juga akan berlalu
Akhirnya akan ada saat menyadari semua baik.

-Gassmom-
Pematangsiantar, 161219
Desember Tentangmu

Desember
Suasana akrab aroma khas
Gemerlap cahaya syahdu kidung
Seperti tahun-tahun lalu
Sukacita
Damai lingkupi
Desember ini
Sejenak melintas di kalbu
Memori puluhan tahun silam
Terbersit satu nama pernah singgah
Menghias jiwa merenda kisah
Sosok penuh pesona seolah tiada cela
Rupawan menawan
Hati pun tertawan
Elok rupa budiman jiwa
Nyalakan pendar cita cinta
Bersama arungi Desember
Era berganti pilihan tercetus
Haluan berbeda halau rasa
Kabar tiada pertemuan tiada
Desember ini
Hadirmu mengusik jiwa
Berbeda sangat berbeda
Aku tak mengenal
Rupa ciutkan nyali
Laku gentarkan jiwa
Aksara buruk tentangmu tercetus dari mereka
Tak urung kecut melanda diri
Seiring tanya bergema di hati
Ada apa denganmu?
Mengapa?
Kemana dirimu yang dulu?
Rindu aku akan sosok dahulu
Rindu dirimu yang pernah menawan
Tak bisa aku berbuat
Hanya doa panjatkan pinta
Rinduku …
Kiranya dirimu berbalik dari jalanmu.

-Gassmom-
Pematangsiantar, 9 Desember 2018
*note. Tulisan tahun lalu
“Selamat Hari Sumpah Pemuda Kak.”
Sebuah pesan WA masuk.
Pesan itu dikirim sebagai pelengkap sebuah video dan di sampul video tertera “Gassmom”
Video tersebut aku putar dan ini merupakan sebuah kejutan indah karena video tersebut berisi puisi yang aku tulis saat Peringatan Sumpah Pemuda tahun lalu.
Waktu itu di sebuah platform ada semacam event menulis puisi dengan tema Sumpah Pemuda dan beberapa puisi terpilih akan dibacakan. Puisi karyaku kebetulan menjadi salah satu yang dibacakan. Rekaman tersebut diedit ke sebuah video oleh teman yang mengirim tadi.
Sebenarnya aku sama sekali tidak menyangka kalau puisi itu akan dibacakan karena aku membuatnya tanpa perencanaan matang bahkan terkesan ngebut karena sudah deadline. Kukirim tanpa mengedit lagi persis setengah jam sebelum batas waktu berakhir.
Dan tahun ini, ketika mendengarkan rekaman puisi tersebut, baru kusadari ada beberapa hal yang sebenarnya tidak harus kutuliskan di puisi tersebut. Banyak kata yang mubazir dan ada pencantuman angka- angka yang seharusnya tidak perlu kutulis karena kalau angka tersebut dicantumkan seolah- olah puisi itu hanya berlaku pada saat itu saja bukan pada tahun- tahun berikutnya. Kemudian terlalu banyak pengulangan kata yang sebenarnya kalau aku mempunyai banyak waktu masih bisa dipangkas.
Tapi mau bagaimana lagi, semua sudah terlanjur. Biarlah menjadi pelajaran untuk hari ke depan.
Terima kasih kepada Thumbs Up yang telah mengedit dan mengirimkan video tersebut.
Thumbs Up ini merupakan salah satu teman yang bertemu di platform tersebut, seorang yang hobby menulis dengan tulisan dan puisi yang bagus. Sejak platform tersebut mati suri, Thumbs Up juga kadang menulis di Kompasiana dan Kaskus. Kami sempat bergabung di sebuah grup WA dalam rangka membuat buku antologi puisi. Namun karena sesuatu dan lain hal, rencana tersebut batal.
Terima kasih juga kepada Pak Dhidhynk Al Rasyid yang telah membacakan puisi tersebut. Kalau bukan beliau yang membaca, mungkin puisi ini hanya sekedar puisi biasa sebagaimana puisi recehku yang lain. Tapi karena beliau yang membaca maka puisi ini seolah memiliki nyawa. Beliau juga seorang yang ku kenal sejak bergabung di platform tersebut. Seorang pengusaha studio di Makasar. Multitalent, serba bisa dan memiliki jiwa seni yang mumpuni, itu adalah penilaianku tentang beliau.
Wah, awalnya cerita puisi tapi ternyata aku sudah ngelantur kemana-mana. Yang pasti aku sangat senang mendapat kiriman video tersebut pada hari Sumpah Pemuda tahun ini.
Tulisan ini sengaja aku buat menjadi bagian 1 yang menceritakan latar belakang puisi tersebut. Pada bagian 2 nanti aku menuliskan isi puisi.
O, iya video puisi tersebut sudah aku unggah ke youtube. Siapa tahu ada yang berkenan menontonnya boleh diklik tautan di bawah ini.
Gassmom-
Pematangsiantar, 291019
Rindu Itu
Rindu itu ada, kian hari kian membuncah
Rindu bercengkerama dengan aksara, untai diksi walau sederhana
Namun wahai jiwa, apa yang terjadi denganmu?
Malas yang bertahta tak jua enyah
Semakin pongah bahkan menjulang kokoh kini
Ibarat tembok yang kian hari kian tebal
Menjauhkan dari hasrat merindu
Coba untuk mengikis namun kalah berpacu
Entah sampai kapan …
-Gassmom-
Pematangsiantar, 211019
Kosong Seisi Jiwa
Di sini kini
Sudut kamar sempit tempat berada
Gelap sunyi cahaya tiada Gulita lingkupi
Bergelung dalam diam dan dingin menusuk tulang
Netra lepas memandang
jauh menatap menembus cakrawala
Kosong pancaran ekspresi tiada
Tidak tahu,
Tidak mengerti,
Bingung melanda takut mendera
Menangis tiada tertawa tiada
Kesunyian adalah sahabat nan setia
Siapa?
Mengapa?
Hasrat bertanya musnah sudah
Semua sebatas gaung di sudut jiwa
Memori lenyap tiada sesuatu
Tiada berbekas
Hampa semata menguasai jiwa
Pasungan temanku kini
Belenggu langkah belenggu jiwa.
–Gassmom-
Pematangsiantar, 14 Oktober 2018
Nb. Puisi tahun lalu. Membuat puisi dengan tema yang telah ditentukan yaitu tema “kehilangan”.
Takdir Itu
Takdir memang kejam
Desy Ratnasari punya lagu
Takdir memang indah
Itu kataku
Karena,
Bagiku semua indah semua baik
Apapun yang terjadi dalam hidup
Ada dalam rencana Tuhan
Diberi karena aku sanggup
Tak ada yang sia-sia
Sudut memandang membuat semua berbeda
Duka hari ini
Bisa menjadi tawa esok hari
Bahkan menjadi bahan bersyukur
Atau bahkan menjadi kesaksian
Hidup ini indah
Takdir itu indah.
–Gassmom-
Pematangsiantar, 201218
Saat Resah
Rasa itu kian mendera kini
Jauh dari nikmat hadirkan resah
Melayang raga tiada keseimbangan
Lalui semua ibarat sepintas lalu
Cipta kesah sulit untuk cerah
Kecewa pun tersulut saat semua serasa tak searah
Tak urung pikiran buruk pun bersemayam
Sungguh tiada maksud
Sungguh angan masih panjang
Namun … sisi manusia ini rasa lelah.
–Gassmom-
Pematangsiantar, 140619
Selamat
Selamat
Sang pilihan rakyat
Terbaik dari antara terbaik untuk pengemban amanat
Atas izin Sang Kuasa yang telah memberi rahmat
Kembali pimpin bangsa berdaulat
Untuk wujudkan harkat
Tinggikan derajat
Menjadi semakin bermartabat.
-Gassmom-
Pematangsiantar, 220519
Note.
#Sah
#Tuhan berkati negeri kami🙏