Kategori
Daily Stories Etnis Simalungun Pematangsiantar

Acara Sukacita Pertama di Bulan September

Hari kedua berada di level 3 PPKM, dan aku menghadiri undangan makan siang dari tetangga. Undangan tersebut dalam rangka acara adat untuk menuju pernikahan yaitu acara patapei parsahapan sihol marhajabuan dalam adat Batak Simalungun.

Iklan
Kategori
Pematangsiantar

Pematangsiantar Sudah Level 3

Hari ini, Selasa 07 September 2021, Kota Pematangsiantar resmi turun level ke PKKM level 3. Setelah sebelumnya berada di level 4 tahap 2.

Kategori
Pematangsiantar

Pagi Hari di Pematangsiantar|PPKM Level 4 Tahap 2|Motovlog

PPKM level 4 masih diperpanjang sampai tanggal 6 September 2021 di kota kami, Kota Pematangsiantar.

Kategori
Pematangsiantar

Mie Kuah Goyang Pajak Horas

Tinggal menghitung hari menuju lebaran. Suasana liburan pun sudah terasa di Kota Pematangsiantar. Sepertinya sudah banyak pemudik yang berdatangan. Bukan hanya yang merayakan lebaran tetapi yang lain juga memanfaatkan liburan yang lumayan panjang ini untuk pulang kampung. Banyak juga perantau yang memanfaatkan moment ini untuk melakukan pesta adat maupun pernikahan.

Seperti biasa kalau liburan begini, kuliner Pematangsiantar pasti padat pengunjung. Karena diserbu oleh para perantau yang biasanya membawa keluarga yang di Siantar turut serta bersantap di tempat makan.

Tak bisa dipungkiri kalau bagi komunitas pemakan segala seperti aku biasanya yang menjadi pilihan adalah Chinese food yang mengandung babi. Yang paling diminati itu dalam olahan mie. Kalau hari biasa saja tempat makan ini sudah padat apalagi liburan begini pasti membludak pengunjung. Jalan Bandung, jalan Cipto, jalan Merdeka dan Simpang Empat sudah bisa dipastikan padat.

Entahlah, olahan non halal ini memang sangat nikmat dan selalu menggugah selera. Rasa yang tidak bisa dilupakan. Yang berdomisili di Pematangsiantar saja tidak bosan-bosannya apalagi mereka para perantau.

Semua tempat yang kusebut di atas merupakan lokasi yang tak asing lagi, semua pasti sudah tahu karena menuju kesana juga gampang dan di sana sudah berjejer tempat makan dengan nuansa sama. Tergantung pengunjung memilih yang mana, tergantung selera.

Tetapi ada satu tempat makan non halal yang sampai sekarang tetap berada di tempat yang sama. Tidak memakai nama dan merubah apapun termasuk tidak buka cabang dimanapun. Padahal kalau soal rasa tidak kalah dari tempat- tempat elit tadi. Dulu sampai sekarang tetap berada di Pajak Horas.

Kalau anak kekinian mungkin sudah banyak yang tidak tahu. Tetapi kalau sempat sekali merasakan makan di sana pasti ketagihan dan tetap terbayang dengan rasanya. Makanya, walaupun berada di tengah pajak Horas Gedung 3 Lantai 1 yang pasti jauh dari kata asri dan menarik namun tempat makan ini selalu ramai setiap hari.

Kalau angkatan 90-an ke bawah pasti tahulah tempat makan tersebut. Mie Kuah Goyang atau lebih sering disebut Mie Goyang. Konon disebut begitu karena yang masak selalu bergoyang. Dan memang benar begitu adanya, bahu dan gerakan tukang masaknya pasti bergoyang lebih goyang dari tukang masak kebanyakan. Yang masak juga hanya satu orang dari dulu. Itu sebabnya kalau makan di sana agak lama juga menunggu. Tapi walaupun lama biasanya tidak menyurutkan niat untuk menikmati seporsi mie kuah yang sangat nikmat.

Ada satu yang unik juga di sana. Dari dulu-dulu, setiap kesana pasti tidak pernah ada air minum yang dingin, selalu panas seperti baru mendidih dan tidak sanggup meminumnya. Jadi mau tidak mau kalau mau minum harus memesan minuman botol yang tersedia di sana.

Mie Kuah Goyang Pajak Horas

Itu dia penampakan mie kuah goyang tersebut. Tidak terlalu banyak daging, hanya beberapa potong ditambah satu irisan hati, bakso dan udang. Kalau aku yang makan biasanya hanya perlu menambah merica tidak perlu yang lain karena rasanya sudah pas. Tetapi ada juga memang yang menambah cabe atau kecap, tergantung selera.

Harga untuk satu porsi mie kuah Goyang tersebut adalah Rp. 21.000,- dan harga minuman botol kecil biasanya Rp. 5000,-

Gassmom-
Pematangsiantar, 020619

Kategori
Pematangsiantar Tentang Kotaku Pematangsiantar

Hari Ini Pembukaan Puasa

Senin yang sesuatu. Sama seperti Senin yang sebelum-sebelumnya. Menghabiskan setengah hari dengan rapat dan rapat.

Begitu juga hari ini, diawali dengan rapat pembinaan dipimpin oleh pimpinan dilanjutkan oleh para kepala bidang. Sesudah itu rapat koordinasi lagi menentukan jadwal kegiatan.

Ada yang berbeda hari ini. Bila biasanya rapat disuguhkan air minum kemasan tetapi hari ini tidak ada karena kebetulan hari ini pembukaan puasa.

Begitu juga waktu rapat di ruangan pimpinan, entah kebetulan atau tidak ternyata air minum kemasan yang biasanya selalu tersedia pun hari ini hanya tinggal 2 buah.

Begitu selesai rapat, sudah tengah hari. Kami pun mengakhiri dengan bincang bebas ala kami. Seorang teman mengatakan bahwa dia sangat haus. Rapat hari ini membuat lupa minum. Aku pun menyahuti ucapan itu dan mengatakan kalau aku juga sebenarnya sudah sangat haus dan sudah dari tadi ingin minum tetapi tidak jadi karena kebetulan aku berada satu kursi dengan ibu Bintang dan Ibu Santi. Kedua temanku yang berhijab tersebut sedang menjalankan puasa dan aku tak mungkin minum di depan mereka.

Ternyata ibu Bintang mendengar ucapanku dan menjawab, “Nggak apa-apa lho Bu. Kalau ibu minum bukan berarti tidak menghormati kami. Karena memang situasinya yang begitu. Kami juga tidak apa-apa koq. Bahkan sesungguhnya itulah arti puasa itu. Bisa menahan diri walaupun ada godaan. Lain halnya kalau Ibu sudah tahu kami puasa tetapi ibu malah mengajak kami makan, nah kalau itu baru …” ujar Ibu Bintang sambil tertawa.

“Iya sih Bu. Tapi kami tetap segan juga koq.” ujarku lagi.

Dan kami pun melanjutkan perbincangan sampai akhirnya bubar karena sudah jam istirahat.

Itulah sekelumit cerita pada hari pertama puasa dari Kota Pematangsiantar yang mendapat peringkat ke tiga sebagai kota paling toleran se Indonesia.

Gassmom-
Pematangsiantar, 060519

Kategori
Pematangsiantar pengalaman tulisan Bebas

Lebih Enak Bekerja Dengan Batak atau Tionghoa?

Ini sebenarnya cerita beberapa tahun lalu. Waktu itu aku ketinggalan angkot yang lewat dari kompleks dan terpaksa ambil jalan pintas menyeberang ke jalan besar di belakang kompleks. Kalau dari sana pasti banyak angkot, walaupun mungkin penuh penumpang tapi masih bisa menyelipkan separuh badan karena aku juga tak terlalu besar bahkan masih masuk kategori ideal (what? He he he … maafkan kalau emak-emak memang kadang suka ngawur🤭)

Kategori
Pematangsiantar Tentang Kotaku Pematangsiantar

Patung Dewi Kwan In di Pematangsiantar (Vihara Avalokitesvara)

Kota Pematangsiantar sudah dari dulu dikenal sebagai kota dengan toleransi umat beragama sangat tinggi. Di kota ini Mesjid, gereja dan kuil/ Vihara berdiri megah di mana-mana.

Patung Dewi Kwan in difoto dari Gedung Bakordik RSUD Djasamen

Patung Dewi Kwan in dari seberang Sungai Bah Bolon

Salah satu Vihara yang ada di Pematang Siantar adalah Vihara Avalokitesvara yang mana di Vihara tersebut terdapat Patung Dewi Kwan In. Merupakan patung Dewi Kwan In tertinggi di Indonesia bahkan di Asia Tenggara.

Vihara ini merupakan salah satu objek wisata yang banyak dikunjungi di PematangSiantar. Kebetulan lokasinya juga dekat pusat kota yaitu terletak di Jl. Pusuk Buhit, Kecamatan Siantar Timur, di tepi Sungai Bah Bolon.
Vihara terbuka untuk umum, umat beragama apapun boleh berkunjung. Tetapi kalau sudah sore dan waktunya mereka beribadah maka kita dipersilahkan pulang. Selain Patung Dewi Kwan In juga terdapat banyak patung lain. Tetapi yang lebih dikenal orang adalah Dewi Kwan In.

Karena foto-foto Patung Dewi Kwan In sudah banyak di mana-mana jadi foto Patung Dewi Kwan In kali ini saya ambil dari sudut yang berbeda yang jarang diambil orang. Difoto dari tingkat 2 Gedung Bakordik RSUD Djasamen yang berada di seberang Sungai Bah Bolon. Kalau ingin melihat foto-foto lain di Google pasti sudah banyak koq.

-Gassmom-
Pematangsiantar, 220918

Sumber Foto :Dokumentasi Pribadi

Tulisan ini sudah pernah diunggah di PlukMe.

Kategori
Pematangsiantar Tentang Kotaku Pematangsiantar

Ternyata Kuil Hindu ada di Pematangsiantar ( Shri Mariamman Koil )

Kota Pematangsiantar adalah kota dengan sebutan kota toleransi karena di kota ini umat beragama yang berbeda bisa hidup rukun dan berdampingan. Bebas menjalankan ibadah tanpa ada intervensi dari pihak lain. Itu yang terjadi sampai saat ini dan semoga selalu seperti itu.

Di Kota Pematangsiantar ini Mesjid, gereja dan Vihara ada dimana-mana. Aku juga hampir tahu semua lokasinya.

Tapi ternyata ada yang tidak kutahu selama ini. Bahwa ternyata di kota kami ini Kuil Hindu juga ada. Dan ternyata bukan aku saja yang tidak tahu, banyak koq temanku yang tidak tahu. Padahal ternyata sudah berdiri sejak 20 tahun yang lalu, walaupun memang diresmikan secara resmi oleh Walikota Pematangsiantar pada tahun 2017 kemarin.

Gambar: Tata cara masuk Kuil

Aku juga mengetahui keberadaan kuil tersebut secara tidak sengaja. Sewaktu ada sesuatu dari kantor yang terpaksa harus kusampaikan sendiri kepada Pandita Kuil tersebut.

Kuil Hindu ini bernama Shri Mariamman Koil, berada di tepi Sungai Bah Bolon dekat pemakaman muslim yang di jl. Pane. Tetapi kalau belum tahu mungkin akan susah menemukan kuil ini karena jalan kesana bukan jalan besar tetapi gang dengan lebar +- 1 meter, gang tersebut berada persis di samping Gereja Penyebaran Injil (GPI) atau yang lebih sering disebut orang sebagai Gereja Pendeta Dion. Bangunan kuil berada di belakang bangunan lain di tempat yang agak rendah dari bangunan lain. Mereka memilih lokasi tersebut karena berada di tepi Sungai Bah bolon karena menurut Pandita, syarat berdiri kuil harus dekat aliran sungai karena sebelum ibadah jemaat wajib mencuci kaki terlebih dahulu di aliran sungai. Sewaktu kusinggung tentang air yang tidak jernih, menurut Bapak Pandita tidak menjadi masalah yang penting “air”, karena bagi mereka air itu adalah sumber kehidupan, manusia bisa hidup tanpa makan tetapi mustahil bisa hidup kalau tanpa minum, begitu kata Bapak Pandita.

Lokasi kuil tidak terlalu luas, kuil juga tidak termasuk besar. Menurut Bapak Pandita kalau ibadah yang dilakukan setiap hari Jumat, sebagian jemaat yang berjumlah sekitar 100 orang melakukan ibadah di halaman kuil. Walaupun tidak terlalu luas tetapi suasana disana cukup nyaman, angin berhembus dengan sejuk dan jauh dari hingar bingar kendaraan.

Gambar: Bagian luar Kuil

Gambar: Patung Dewa dan Dewi (Lupa namanya)

Gambar: Ruangan di dalam Kuil

Kami tidak terlalu lama berada di Kuil tersebut tetapi sempat juga mendokumentasikan Kuil walaupun hanya dengan modal kamera Gadgetku yang sudah tidak bagus lagi. Tetapi lumayanlah, jadi tahu tentang Kuil Hindu di Pematangsiantar dan semakin menguatkan sebutan kota toleransi bagi Kota ini.

-Gassmom-

Pematangsiantar, 220918

Sumber foto :Dokumentasi Pribadi