“Sachio, main yuk.” Terdengar suara riuh anak-anak dari luar tembok.
“Abangku tidak bisa bermain. Dia tidak tidur siang.” Sean si bungsu menjawab dari balik pintu.
“Sean, main yuk.” Bukannya pergi, mereka malah semakin kuat memanggil. Kali ini mereka malah memanggil Sean.
“Aku juga tidak bisa. Karena abangku tidak tidur siang.” Sean menjawab dengan nada lemah, sebenarnya hasrat di hatinya begitu kuat untuk keluar. Akan tetapi, karena abangnya tidak tidur siang, dia pun tidak boleh keluar.
“Sean, main yuk.” Suara riuh itu kembali terdengar.
“Hei, kalian nggak dengar ya? Kami tidak bisa bermain.” Kali ini Sarah yang menjawab dengan suara kuat. Akhirnya mereka pun berlalu.
***
“Sachio, main yuk.”
Beberapa hari kemudian, kejadian serupa terulang lagi.
“Nggak bisalah, wei. Aku kena hukum, tidak bisa bermain dengan teman.” Terdengar Sachio menjawab dengan suara lirih dari balik pintu.
“Ooo, kasihan. Ooo, kasihan. Aduh, kasihan ….” ibarat kor yang diberi komando, tiba-tiba anak-anak di luar tembok bernyanyi kuat.
Bukannya pergi, mereka malah duduk-duduk di halaman. Setiap berapa menit, mereka sengaja memanggil. Setiap mendapat jawaban “tidak bisa”, mereka pun langsung bernyanyi, “ooo, kasihan. Ooo, kasihan. Aduh, kasihan ….“

Gassmom, 18/07/2021
5 replies on “Ooo, Kasihan”
Dasar generasi Upin Ipin 😁
SukaDisukai oleh 1 orang
Iya, ternyata lagu itu ada di dalam film Upin Ipin
SukaSuka
kasih makanan biar pada pergi
SukaDisukai oleh 1 orang
Iya pula ya, he he he
SukaDisukai oleh 1 orang
anak kecil dunianya hanya makanan dan main
SukaDisukai oleh 1 orang