Perjalanan sudah jauh, akan tetapi seolah tiada terasa lelah maupun jemu. Sebenarnya aku tak tahu tujuan perjalanan ini, yang pasti ini sebuah trip yang mengasyikkan dan unik. Bukan perjalanan biasa karena seumur hidup baru sekali ini aku merasakan pengalaman ini.
Bukan hanya tujuan perjalanan yang tidak aku ketahui. Bahkan kendaraan tempatku berada pun, aku tidak tahu wujudnya. Aku hanya bisa melihat ukiran kayu indah dan halus bak kereta kencana. Akan tetapi yang bisa ditangkap oleh netra ini hanya di sekitar tempat dudukku. Aku tidak bisa melihat bagaimana depan dan belakangnya. Tapi dipastikan tidak memiliki atap.
Kami hanya bertiga dalam perjalanan ini. Dua orang yang bersamaku dalam perjalanan, mereka tidak aku kenal. Hanya sepertinya ada kedekatan yang tidak bisa dijelaskan.
Satu perempuan, tampak lebih muda dariku, lebih energik dan suka berbicara. Bisa kupastikan lebih muda 20 tahun dari usiaku. Seorang pria yang bisa kupastikan berusia 10 tahun lebih tua dariku. Sepertinya dia adalah ketua dalam perjalanan ini, bahkan sepertinya dia adalah pengendali kendaraan kami. Posisi duduknya juga berada di depan. Tidak banyak bicara, bahkan cenderung diam selama dalam perjalanan. Bahkan sepertinya tidak ingin kami mengetahui siapa dia.
Perjalanan ini bukan perjalanan biasa. Tidak tampak aspal atau pepohonan sepanjang perjalanan. Yang terlihat hanya awan serta cakrawala yang indah serta sejuk. Cakrawala yang tidak bisa aku definisikan keindahannya. Yang pasti aku terpesona. Apalagi ada perubahan warna yang indah dalam kurun waktu tertentu. Membuatku ingin mengabadikan dalam rekaman kamera video.
Aku sudah mengeluarkan ponsel dan mulai merekam. Akan tetapi pandangan pria teman seperjalanan kami tadi, membuatku menghentikan perekaman. Dia tidak berbicara, hanya memandang. Tetapi anehnya, aku tahu apa maksudnya.
Perjalanan memasuki suatu wilayah. Si perempuan yang bersama kami bercerita, bagaimana dia dan keluarganya diusir dari kediaman mereka sendiri karena dituduh menjadi pemuja sesuatu yang sesat.
Tak berapa lama, awan yang menyelubungi bagian bawah perjalanan kami seolah tersibak. Kami bisa melihat ke bawah, ke bumi. Di bawah ada barisan rumah penduduk, namun netra kami tertuju kepada dua rumah bercat biru dan merah muda yang berdampingan. Rumah model rumah toko yang tidak terlalu lebar namun panjang ke belakang. Menurut perempuan teman seperjalanan kami itu, dari rumah itulah mereka diusir.
Selama beberapa waktu, kami melayang di atas rumah tersebut. Seolah melepaskan rindu dari perempuan teman seperjalanan kami. Sampai akhirnya, awan kembali menyelimuti pandangan kami dari bumi.
Perjalanan berlanjut, masih dengan cakrawala yang mempesona.
Setelah beberapa waktu, awan yang menutupi bumi tersibak kembali. Bumi tampak semakin dekat. Bahkan kami turun ke bumi, ke suatu tempat yang rasanya tidak asing bagiku. Kami berhenti dan menunggu seseorang. Tidak ada percakapan, namun kami seolah bisa mengerti maksud semuanya. Kami pun menunggu dalam diam tanpa merasa terusik walaupun banyak orang lalu lalang di sekitar tempat kami.
***
… Rege rege rege dainang
Tartukkan ni tartukkannon ma ho ito
Rege rege rege
Tartukkan ni tartukkannon ma ho ito …
Nada dering WhatsApp yang begitu kuat dari ponsel suami membuatku kaget dan tersentak bangun. Tertegun sekejap mengingat mimpiku. Ternyata sudah pukul 6 pagi. Aku kesiangan.
Gassmom, 13/07/2021
Note.
Sebuah catatan dari sebuah mimpi. Mimpiku tadi malam. Entah mengapa masih tetap teringat sampai malam ini. Aku mencoba menuliskan, walaupun mungkin masih jauh dari segi mendeskripsikan.