Jumkat: 208 kata (Pentigraf)
Kanaya begitu benci kepada Raka. Kalau ditanya, dia juga tidak tahu apa alasan sesungguhnya. Pokoknya benci, itu selalu yang menjadi jawabannya. Semua yang dilakukan Raka pasti salah di matanya. Sebisa mungkin dia menghindari segala sesuatu yang berhubungan dengan Raka. Namun entah bagaimana yang terjadi justru sebaliknya. Semakin dia menghindar, semakin sering pula mereka terlibat bersama dalam suatu kegiatan. Seolah semesta turut berperan, mempermainkan Kanaya. Membuat Kanaya menjadi uring-uringan tak menentu.
Beberapa teman yang mengetahui hal tersebut berusaha mengingatkan Kanaya, agar tidak terlalu benci kepada seseorang. Beberapa bahkan memperolok dan mengatakan, jangan benci kepada seseorang karena bisa jadi suatu saat akan terjadi sebaliknya. Dari benci menjadi benar-benar cinta. Mendengar itu, Kanaya semakin geram. “Takkan sudi aku jatuh cinta kepada yang namanya Raka. Itu tidak akan terjadi, aku berjanji!” ujarnya berapi-api.
Dua puluh tahun berlalu, diadakan reuni oleh satu angkatan Kanaya. Kanaya pun hadir dan disambut antusias oleh teman-temannya. Sekian lama tidak ada silahturahmi antara mereka. Apalagi kabarnya, Kanaya baru saja kembali ke Indonesia dalam rangka mengikuti suaminya yang pindah tugas kembali ke tanah air. Reuni yang mengasyikkan, hingga akhirnya tiba saat berpisah. Begitu mau pulang, Kanaya pun menghubungi suaminya untuk bergabung sebentar sekedar bertegur sapa. Tak lama kemudian Raka menghampiri Kanaya, menggenggam tangannya dan berkata, “Sudah puas reuninya, Sayang?”
Pematangsiantar, 14 Januari 2021
-Gassmom-
Gassmom 