Kategori
buku Review Buku

Totto-chan, Gadis Cilik di Jendela

“Kau akan mengembalikan semuanya kalau sudah selesai, kan?” Hanya kata-kata itu dan diucapkan dengan ramah. Padahal seorang gadis cilik, kelas 1 SD, sedang bekerja keras mengeluarkan kotoran berbau busuk dari bak penampung kotoran untuk mencari dompetnya yang telah terjatuh ke lubang kakus. Itu adalah kata-kata dari bapak kepala sekolah yang menyaksikan ulah anak kecil tersebut.

Pict. Gassmom

Membaca judul dan melihat sampul buku ini, awalnya aku mengira fokus cerita adalah si gadis cilik, Totto-chan.

Memang benar, Totto-chan adalah tokoh utama dalam buku ini, menceritakan kisah masa kecilnya sewaktu duduk di bangku sekolah dasar. Akan tetapi setelah membaca lebih lanjut, sebenarnya buku ini ingin menonjolkan si bapak kepala sekolah. Menceritakan bagaimana sistem pendidikan yang diterapkan di sekolah Tomoe yang beliau pimpin.

Setting cerita adalah Jepang sebelum perang dunia. Merupakan kisah nyata dari pengarang sendiri yang ingin memberikan apresiasi kepada bapak kepala sekolah. Pada masa itu, si bapak kepala sekolah menerapkan sesuatu yang berbeda bahkan bisa dibilang unik di sekolah yang beliau pimpin.

Sistem ini jugalah yang membuat Totto-chan merasa betah menjadi murid di sekolah tersebut. Padahal guru di sekolah sebelumnya sudah menyatakan menyerah, bahkan Totto-chan dikeluarkan dari sekolah.

Dulu, aku pernah membaca sebuah tulisan (lupa di mana) kalau buku ini direkomendasikan menjadi bahan bacaan para guru. Menurutku itu benar, karena melalui buku ini para guru bisa belajar bagaimana cara bapak kepala sekolah menangani para murid dengan keunikan masing-masing. Buku ini cocok juga dibaca orangtua, karena menyuguhkan ilmu parenting secara tidak langsung, melalui papa mama Totto-chan maupun belajar dari kepala sekolah sendiri.
Buku ini cocok juga menjadi bahan bacaan anak karena dituturkan dengan bahasa ringan yang mudah dimengerti. Tapi bila anak yang membaca, bisa jadi yang menjadi fokus mereka adalah Totto-chan yang kocak bahkan bisa dibilang nakal serta usil, dengan semua kisah seru masa kecilnya. Itu juga yang dikatakan anakku ketika aku bertanya apa pendapat mereka mengenai buku ini. Ketika bertanya kepada anakku yang sudah SMP, dia memang sudah bisa memahami situasi sekolah Tomoe yang menyenangkan tetapi tetap lebih cenderung berfokus kepada Totto-chan.

Banyak nilai moral yang diajarkan melalui buku ini. Walaupun dengan latar belakang Jepang sebelum perang dunia namun nilai moral yang diajarkan berlaku di mana saja dan tak lekang tergerus zaman.

Satu lagi yang menarik perhatianku di buku ini, bab yang menyinggung puisi Haiku dan beberapa contohnya. Walaupun setelah membaca puisi di buku sepertinya agak berbeda dengan yang pernah aku baca. Bisa jadi karena ini terjemahan langsung.

Seperti biasa bila menulis tentang buku, di sini aku menuliskan beberapa kutipan yang sayang kalau tidak dicatat.

1. Totto-chan merasa dia telah bertemu dengan orang yang benar-benar disukainya. Belum pernah ada orang yang mau mendengarkan dia sampai berjam-jam seperti kepala sekolah. (hal. 27)

2. Bagi murid-murid, memulai hari dengan mempelajari sesuatu yang paling mereka sukai sungguh sangat menyenangkan. (hal. 38)

3. Entah bagaimana, kehidupan sehari-hari di Tomoe telah mengajarkan bahwa mereka tidak boleh mendorong orang yang lebih kecil atau lebih lemah dari mereka, bahwa bersikap tidak sopan berarti mempermalukan diri sendiri, bahwa setiap kali melewati sampah mereka harus mengambilnya dan membuangnya ke tempat sampah, dan bahwa mereka tidak boleh melakukan perbuatan yang membuat orang lain kesal atau terganggu. (hal. 95)

4. Tomoe adalah simbol kuno berbentuk kuno. Untuk sekolah yang didirikannya, kepala sekolah memilih lambang tradisional yang terdiri atas dua tomoe -hitam dan putih- yang bergabung membentuk lingkaran sempurna. Lambang itu menggambarkan cita-cita kepala sekolah bagi para muridnya, yaitu tubuh dan pikiran sama-sama berkembang secara seimbang dan dalam keselarasan yang sempurna. (hal. 104)

5. Punya mata, tapi tidak melihat keindahan; punya telinga, tapi tidak mendengar musik; punya pikiran, tapi tidak memahami kebenaran; punya hati tapi hati itu tidak pernah bergerak dan karena itu tidak pernah terbakar. Itulah hal-hal yang harus ditakuti, kata Kepala Sekolah. (hal. 106)

6. “Kalian tidak perlu merasa harus jadi pembicara yang baik,” katanya. “Kalian boleh bicara tentang apa saja. Kalian boleh berbicara tentang apa yang ingin kalian lakukan. Apa saja. Tapi yang penting, mari kita coba dulu.” (hal.122)

7. “kau benar-benar anak baik, kau tahu itu, kan? ” Itu yang selalu dikatakan kepala sekolah setiap kali dia berpapasan dengan Totto-chan. Dan setiap kali kepala sekolah mengatakannya, Totto-chan tersenyum, melompat rendah, lalu berkata, “Ya, aku memang anak baik.” Dan ia mempercayai kata-kata itu. (hal. 187)

8. “Jangan mengganggu binatang,” Mr. Kobayashi selalu mengingatkan murid-murid Tomoe. “Sungguh jahat mengkhianati binatang yang percaya kepada kita. Jangan buat anjing memohon tapi kemudian tidak memberinya apa-apa. Anjing itu takkan mempercayaimu lagi dan sifatnya akan berkembang menjadi buruk.” (hal.240)

9. Dia yakin, setiap anak dilahirkan dengan watak baik, yang dengan mudah bisa rusak karena lingkungan mereka atau karena pengaruh buruk orang dewasa. Mr. Kobayashi berusaha menemukan”watak baik” setiap anak dan mengembangkannya, agar anak-anak tumbuh menjadi orang dewasa dengan kepribadian yang khas. Mr. Kobayashi sangat menghargai segala sesuatu yang alamiah dan ingin agar karakter anak-anak berkembang sealamiah mungkin. (hal. 251)

Judul Buku : Totto-chan: Gadis Cilik di Jendela
Judul Asli : Totto-chan: The Little Girl at The Window
Penulis : Tetsuko Kuroyanagi
Penerjemah : Widya Kirana
Penerbit : Gramedia
Tahun Terbit : Cetakan 8, Februari 2011
Jumlah Halaman : 272 halaman

Gassmom, 191220

Iklan

Oleh Sondang Saragih

Semua baik, apa yang Tuhan perbuat dalam hidupku.
Everymoment Thank God.

4 replies on “Totto-chan, Gadis Cilik di Jendela”

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s