Buah salak merupakan salah satu buah favorit di rumah kami. Yang menjadi pilihan utama biasanya adalah salak pondoh karena dijamin pasti manis. Walau pun begitu, sering juga membeli salak biasa seperti salak Sidempuan dan berbagai salak dari daerah sekitar. Karena salak biasa menjanjikan sensasi kesegaran dan kenikmatan tersendiri di balik rasanya yang tidak semanis salak pondoh.

Kalau salak pondoh, bisa dipastikan dan dijamin pasti semua manis. Tetapi kalau salak yang lain belum tentu. Sepertinya tergantung rezeki. Kalau lagi beruntung, bisa semua yang dibeli manis dan segar. Kadang sebagian manis sebagian sepat. Tetapi kadang bisa apes juga, bisa semua yang dibeli ternyata sepat.
Kalau hanya sepat sebagian, masih bisa diberi ampun. Apakah terbuang atau dipaksakan dikunyah dengan ekspresi merem melek menahan rasa sepat.
Tapi kalau semua ternyata sepat, ini yang menjadi masalah. Siapa juga yang tahan menghabiskan rasa sepat itu?
Untuk mengatasi itu, biasanya kami pun mengolahnya menjadi manisan salak. Biji salak dikeluarkan terus dagingnya direndam pakai sedikit garam selama 1 malam. Besoknya rendamannya dibuang dan diganti dengan larutan air gula yang telah dimasak sampai mendidih serta didinginkan.
Mulailah proses si salak untuk menjadi manisan. Menurut teori, manisan akan sempurna setelah 4 atau 5 hari. Pada saat itu gula akan meresap sempurna, airnya juga sudah berkurang sehingga rasanya pun nikmat.
Begitulah biasanya yang aku lakukan bila menemukan salak sepat dalam jumlah banyak.
Sudah berulangkali aku mengolah salak sepat menjadi manisan. Selama pengolahan sepertinya tidak ada kendala. Tetapi yang menjadi masalah adalah bahwa manisan itu tidak pernah jadi. Aku belum pernah merasakan hasil manisan yang sempurna.
Karena bagaimana mau sempurna, dari 5 hari yang ditargetkan ternyata masih hari ke-3 pun kadang sudah ludes. Ada saja tangan yang menuangkannya sedikit demi sedikit ke mangkok. Alasannya mencicipi.
Bahkan bukan mereka saja, terkadang pelakunya adalah aku sendiri. Apalagi kalau cuaca gerah dan baru melakukan pekerjaan yang agak melelahkan, maka makan salak calon manisan itu rasanya nikmat dan segar.
Jadi jangan heran kalau manisan salak itu tidak pernah jadi di rumah kami.
Gassmom, 291020
16 replies on “Manisan Salak yang Tak Pernah Jadi”
Open Po aja mom, bakalan laku keras perkiraan. Haha…
SukaDisukai oleh 1 orang
Ha ha ha, belum berminat untuk open- openan…
SukaSuka
Jualan manisan salak di samping rumahmu merupakan salah satu prospek bisnis yang cerah
SukaSuka
sudah lama banget saya ngga makan manisan salak.
kalau bagi saya manisan salak mengingatkan daerah Cianjur … biasanya saya dulu dapat oleh2 manisan Salak dari orang yang lewat Cianjur … 😀
SukaDisukai oleh 1 orang
Wah, Cianjur penghasil salak ya Pak. Lama tak makan manisan salak mungkin faktor usia juga Pak, karena biasanya seorang pria semakin bertambah umur tidak menyukai lagi makanan model begitu he he he
SukaSuka
ayo Mom dibuat sampai jadi manisan salak. kan kalau dah jadi bisa dibagi-bagi
hehe
SukaDisukai oleh 1 orang
bisa dikirim ke Bandung ya mas, hehehe
SukaDisukai oleh 1 orang
hehe… iya.
SukaDisukai oleh 1 orang
He he he
SukaSuka
Masalahnya, belum jadi sudah habis duluan he he he
SukaSuka
manisannya enak sangat yo, MOm. ludes terusss
SukaDisukai oleh 1 orang
Entah enak entah nggak, namanya anak2 … suka dgn yg begitu2
SukaSuka
Gak papa, kalo sempurna lima hari pun nanti finish di tempat yang sama kok, perut… 😀
SukaDisukai oleh 1 orang
Ha ha ha, betul juga ya Pak.
Asli ngakak bacanya …
SukaSuka
Rajinnya dibikin manisan, kak. Saya kalau dirumah ada salak sepat gitu ya dimakan aja, nggak kepikiran mau dibuat manisan. Bisa nih buat ide nanti hehe
SukaDisukai oleh 2 orang
Bukan rajin sih, tapi sayang terbuang he he he. Apalagi di sini anak2 suka jadi sekalian dibuatkan.
SukaDisukai oleh 1 orang