Negeri di ujung tanduk, novel Babang Tere Liye ( katanya kaum milenial memanggilnya begitu) selanjutnya yang aku baca. Anakku sudah selesai dan sekarang giliran emaknya dulu. Novel ini sebenarnya belum tuntas aku baca. Entahlah, kenapa sekarang rasanya begitu susah untuk menuntaskan satu buku. Padahal dulu semasa muda (sekarang sudah agak tua … he he he), 500 halaman pun tuntas dalam 1 malam. Semboyannya, “pantang tidur sebelum tamat”.
Hari ini aku masih berada di halaman 281. Ternyata di halaman tersebut ada sebuah puisi yang cukup menarik. Puisi pertama yang ku temukan sejauh ini, tidak tahu apakah masih ada puisi lain.
Puisi tersebut berjudul: “Nasihat Papa tentang om Thomas“. Sebuah puisi yang ditulis oleh seorang gadis berusia 15 tahun. Anak dari seorang kandidat calon presiden yang mana si papa saat itu sedang berada dalam tahanan.
Puisi yang cukup menarik dan menakjubkan. Sarat dengan pesan kehidupan. Sayang mengabaikan puisi sekeren itu, maka aku menuliskan puisi tersebut di sini.
Nasihat Papa tentang om Thomas
Kata Papa, bahkan bila terbakar hangus seluruh keluarga kita, jangan pernah berhenti peduli. Walaupun terfitnah kejam keluarga kita, hingga rasanya sakit menembus relung hati, jangan pernah berhenti berbuat baik.
Anak-anakku, jadilah orang yang berdiri gagah di depan, membela kebenaran dan keadilan. Jadilah orang-orang yang berdiri perkasa di depan, membantu orang-orang lemah dan dilemahkan. Atau jika tidak, berdirilah di belakang orang-orang yang melakukannya, dukung mereka sekuat tenaga.
Maka, seluruh kesedihan akan diangkat dari hati, seluruh beban akan terasa ringan. Karena akan tiba masanya orang-orang terbaik datang, yang bahu membahu menolong dalam kebaikan. Akan tiba masanya orang-orang dengan kehormatan hadir, yang memilih jalan suci penuh kemuliaan.
Percayalah, Dan jangan pernah berhenti percaya, meski tidak ada lagi di depan, belakang, kiri-kananmu yang tetap percaya.
***

Gassmom, 140720
6 replies on “Puisi Dalam Novel Negeri Di Ujung Tanduk”
Dulu saya lumayan menikmati ini, tapi berjalannya waktu saya menemukan banyak peniruan yang fatal yang lalu mengubah penilaian secara keseluruhan tentang Tere Liye.
SukaDisukai oleh 1 orang
Oh, ya?
Sebenarnya aku penasaran tentang apakah itu. Tetapi mungkin minimnya yg kubaca membuatku belum sampai terpikir sampai ke sana.
Apakah peniruan2 adegan yang banyak seperti di film2 Barat itu ya?
SukaDisukai oleh 1 orang
bukan film, buku to buku, dan ketika kutanyakan ke penulis profesional, ini bukan ATM tapi contek yang dilarang. Dulu juga muji kok.
https://lazionebudy.wordpress.com/2014/04/02/review-negeri-para-bedebah-manusia-di-atas-perahu-bocor/
SukaDisukai oleh 1 orang
Yups, membaca review itu …terasa sekali kekaguman itu pernah ada, seperti yang aku alami sekarang. Jadi makin penasaran,,, dengan “contek yg dilarang” eh ….😂🤭
SukaSuka
Nice blog
SukaDisukai oleh 1 orang
Thank you🙏🏼
SukaDisukai oleh 1 orang