Aku dan suami melaju dengan santai sepulang ibadah dari gereja. Sambil sesekali berbincang tentang apa yang kami lihat.
Tiba- tiba melaju sepeda motor dengan sangat kencang, melesat jauh ke depan. Sempat kaget juga melihatnya.
“Papa kenal mereka? Mereka yang bernyanyi di pintu gereja tadi lho.” ujarku kepada suami.
Usai ibadah, seperti biasa memang ada seorang bapak tuna netra dan seorang penuntun jalannya yang bernyanyi lagu rohani sambil memainkan gitar di pintu gereja. Sambil bernyanyi, bapak yang tuna netra tersebut memegang tas yang terbuka sebagai tempat bagi yang memberi Rupiah kepada mereka.
“Ya, tahulah. Makanya banyak yang malas memberi kepada orang-orang seperti itu.” sahut suami, “Motif mereka kurang bagus dan terlalu memaksakan. Lihatlah, mereka melaju kencang dan bisa membahayakan nyawa mereka juga orang lain, mencari gereja mana yang ibadahnya belum selesai.”
“Wah, kalau masalah itu tak usahlah kita bahas. Biarlah menjadi urusan masing-masing kepada Tuhan. Tugas kita hanya berbagi, tanpa harus mengetahui motif dan pribadi mereka.” ujarku kepada suami dan segera mengalihkan pembicaraan. Malas membahasnya karena takut nanti malah merembes kemana- mana.
Terkadang memang kalau kita hanya mengandalkan logika sebagai manusia, pasti banyak yang berpikiran sama seperti Pak Suami. Saban Minggu mereka hadir dan mengharapkan pemberian jemaat. Kemudian bergegas lagi mencari gereja lain.
Tapi untuk apa juga kita memikirkan itu ya? Kalau memang mau memberi ya memberi saja tanpa harus memikirkan ini dan itu tentang si penerima. Dan kalau tidak ingin memberi, cukup diam saja tanpa harus mengucapkan apapun tentang si penerima.
Itu kalau menurutku.
-Gassmom-
Pematangsiantar, 27 Oktober 2019
2 replies on “Mereka Yang Melaju Kencang”
Yupz, sangat dilematis.
SukaSuka
Dilematis memang. Kasihan kalau yang bener2 terdesak menjadi peminta-minta disangka bersandiara. 😀
SukaDisukai oleh 1 orang