Kategori
KB kontrasepsi

Menolak KB Karena Tidak Sesuai Ajaran Agama

Ada yang menarik perhatianku sewaktu instansi kami melakukan pelayanan KB MOW pada Jumat 01 Maret 2019 lalu. Yaitu bahwa di antara para ibu calon akseptor ada salah seorang ibu yang memakai busana serba hitam lengkap dengan cadar.

Sebenarnya tidak ada yang istimewa dengan penampilan itu karena sehari-hari juga sering bertemu dengan wanita berpenampilan serupa. Namun yang membuatku agak tertarik adalah karena ibu tersebut merupakan seorang calon akseptor. Bukan cara kontrasepsi biasa tetapi cara permanen. Kalau melihat penampilan suami sepertinya juga masih muda, paling tinggi usia 40-an dan juga memakai busana khas pasangan untuk wanita bercadar. Sang suami menggendong bayi yang sepertinya masih berumur sekitar 2 bulan.

Sempat juga tergelitik dalam hati ingin bincang-bincang dengan pasangan tersebut. Namun ku urungkan niat karena takut timbul hal-hal yang tidak diinginkan dan lagipula aku sibuk menulis anamnese calon akseptor dari kecamatan kami.

Karena kesibukan, hal tersebut pun terlupakan. Namun dalam ruangan pemulihan pasca MOW, aku melihat mereka lagi. Karena aku juga mendampingi akseptor di sudut ruangan yang berbeda jadi aku hanya melihat dari jauh. Satu moment kebetulan si istri membuka cadar dan kebetulan menghadap ke arahku. Saat itu aku melihat sepertinya masih muda dan juga cantik. Kalau melihat paras rasanya usia 35 tahun pun belum ada.

Ada rasa salut melihat pasangan tersebut. Sepertinya masih muda namun sudah memutuskan kontrasepsi permanen. Salut juga melihat sang suami yang sepanjang proses selalu menggendong bayi mereka dengan sabar.

Selama ini kami sering bertemu dengan pasangan penganut paham serupa dengan anak lebih dari 4 dan usia anak sangat rapat. Bahkan sebagian belum bercadar hitam tapi sudah mengenakan busana serba tertutup. Tetapi menurut pengalaman kami selama ini, mereka tidak setuju untuk melakukan kontrasepsi karena (menurut mereka) tidak sesuai dengan ajaran yang mereka yakini.
Bahkan pernah juga sampai ada seorang istri yang nekad akan berbohong kepada suaminya ingin melakukan kontrasepsi implant ataupun susuk tetapi ternyata setelah dilakukan pemeriksaan fisik kami menemukan Tekanan Darah si ibu ternyata sangat tinggi sehingga tidak memungkinkan dipasang implant.

Kamipun menyarankan bagaimana kalau suami saja yang melakukan kontrasepsi. Sebagai tahap awal, diberikan kondom untuk suami. Tetapi si ibu menerima kondom dengan ogah-ogahan sambil berkata apakah memang tidak bisa diusahakan supaya dia saja yang dipasangkan alat kontrasepsi. Si ibu cerita kalau anaknya sudah 5 orang, dia juga sudah pernah mengalami stroke ringan dan dia benar-benar takut kalau hamil lagi. Ternyata menurut penuturan ibu tersebut sang suami tidak setuju dengan pemakaian alat kontrasepsi karena bertentangan dengan agama. Ketika ibu tersebut sudah pulang, salah seorang ibu yang tinggal kebetulan saudara ibu tersebut mengatakan kalau suami dari ibu tadi sangat taat kepada agama dan hal itulah yang membuat tidak setuju dengan alat kontrasepsi.

Yah, kita memang tidak bisa berkata apa-apa lagi kalau hal itu berkaitan dengan keyakinan yang dia anut. Apalagi kalau kita berada di posisi keyakinan yang berbeda.

Tapi mengenai alat kontrasepsi secara pendapat Islam, aku pernah mendengarkan ceramah dari salah seorang ustad yang kebetulan menjadi narasumber dalam kegiatan kami. Kegiatan tersebut diadakan di daerah dimana semua penduduk adalah Muslim.

Pak Ustad tersebut mengutip sebuah ayat Al-Qur’an yaitu surat Al-Baqarah ayat 95 dimana referensi beliau memberikan ceramah dan ayat tersebut adalah berdasarkan buku Halal dan Haram Dalam Islam yang ditulis oleh Yusuf al-Qaradawi. Dimana pada kesempatan tersebut Pak Ustad tersebut membawa serta buku itu dan menunjukkan kepada yang hadir. Bahwa beliau memang tidak mengada-ada tetapi sudah ahli agama yang menuliskan.

Menurut Pak ustad bahwa dari ayat tersebut dapat disimpulkan bahwa (sepertinya isi ayat tidak perlu kutuliskan di sini karena sesungguhnya aku hanya membahas tentang alat kontrasepsi) manusia diberi tawaran dan pilihan. Manusia sebagai Khalifah diberi hak memilih bagaimana menjalani kehidupan. Jadi berdasarkan pemahaman tersebut umat Muslim boleh melakukan/ memakai alat kontrasepsi Keluarga Berencana. Alasannya bukan takut banyak anak tetapi untuk apa banyak anak kalau ternyata kewalahan dalam mengurus.
Jadi intinya jangan membunuh diri sendiri dengan pilihan yang salah, jangan membuat susah diri sendiri dan jangan mempersulit diri sendiri.

Jadi kalau dari segi ekonomi kita tidak sanggup mengurus banyak anak, atau kita perduli dengan kesehatan ibu jadi sudah sewajarnya mengikuti program Keluarga Berencana dengan memilih salah satu alat kontrasepsi yang cocok untuk istri maupun suami.

Lebih kurang seperti itu penjelasan dari Pak Ustad tersebut yang bisa kutangkap dalam pemahamanku. Menemui kenyataan di lapangan dimana banyak yang menolak memakai alat kontrasepsi karena alasan haram jadi aku merasa tergerak menuliskan ini. Karena dalam praktek sehari-hari sebenarnya kami tidak berhak memberikan ceramah tentang itu namun tokoh agama yang berkompeten untuk itu.

Apabila ternyata tulisan ini menyalahi, tolong berikan komentar kritik dan saran. Karena aku juga menuliskan ini hanya berdasarkan apa yang kudengar dari ceramah Pak Ustad tersebut dan berdasarkan daya tangkapku sebagai manusia yang penuh keterbatasan.

Namun menurutku Pak Ustad Irwan yang memberikan ceramah tersebut sangat kompeten karena beliau selain ustad yang menyandang gelar S.Sos I dan bekerja di Departemen Agama dan sering diundang memberi ceramah dan doa dalam acara tingkat kota.

-Gassmom-
Pematangsiantar, 150319

Iklan

Oleh Sondang Saragih

Semua baik, apa yang Tuhan perbuat dalam hidupku.
Everymoment Thank God.

6 replies on “Menolak KB Karena Tidak Sesuai Ajaran Agama”

Saya punya tetangga yang seperti itu. Tapi dalam kasus saya, si istrilah yang menolak untuk kb. Dan yang laki ogah juga untuk di vasektomi. Kalaupun memakai kondom, dia bilang gak asyik. Malah seperti main dengan karet. Sensasi beda..dll.

Akan sulit memberi pengertian terhadap mereka. Mereka beranggapan bahwa ini membunuh. ” Padahal ya belum terbuahi.

Disukai oleh 1 orang

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s