“Jika besi menjadi tumpul dan tidak diasah, maka orang harus memperbesar tenaga, tetapi yang terpenting untuk berhasil adalah hikmat.”
Pengkhotbah 10: 10
<!–more–>
Itu adalah kutipan ayat khotbah Minggu kemarin yang membuatku ingin menuliskan cerita tentang hikmat.
Apa itu hikmat?
Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), hikmat artinya: hik·mat n 1 kebijakan; kearifan; 2 kesaktian (kekuatan gaib).
Tapi di sini aku bukan mau membahas tata bahasa hikmat tetapi menuliskan pengertian hikmat yang kudapat dari khotbah Minggu kemarin.
Ada beberapa pengertian hikmat, dan yang paling indah adalah hikmat seperti yang dimiliki oleh Raja Salomo di mana hikmat adalah kemampuan untuk memahami dan mengatasi masalah-masalah kehidupan sehari-hari.
Banyak orang yang pintar secara ilmu tetapi belum tentu memiliki hikmat. Hendaknya di dalam menjalani kehidupan kita juga memiliki hikmat yang sesuai dengan kehendak Tuhan.
Aku tidak hendak berpanjang lebar membahas hikmat karena sesungguhnya aku belum pantas dan pemahamanku juga minus soal itu.
Di sini aku hanya ingin menuliskan ilustrasi tentang hikmat yang pernah kudengar dari seorang pendeta (aku lupa pendeta siapa).
Cerita itu berkisah tentang Mahatma Gandhi semasa mengikuti perkuliahan di sebuah universitas di London. Di Universitas tempat beliau menimba ilmu ada seorang Profesor yang entah bagaimana seperti kurang suka melihat beliau dan selalu berusaha menjatuhkan beliau. Mungkin karena beliau dikenal sangat bijaksana.
Alkisah pada suatu hari sewaktu jam makan siang. Mahatma Gandhi belakangan masuk ke kantin. Kantin sudah penuh dan tidak ada tempat untuk duduk lagi. Satu-satunya kursi yang kosong hanya di sebelah Profesor yang juga sedang makan.
Mau tidak mau walaupun enggan karena tahu bagaimana sikap Profesor kepada beliau, namun Mahatma Gandhi menghampiri tempat itu dan duduk di sebelah Profesor.
Melihat hal tersebut, Profesor pun merasa tidak senang dan berkata, “Sungguh tidak pantas seekor babi duduk berdampingan dengan seekor burung.”
Mendengar kata-kata tersebut, Mahatma Gandhi pun berdiri dan dengan tenang berkata, “Oh, saya mengerti. Jangan khawatir Prof, saya akan terbang sekarang juga.”
Mahatma Gandhi pun berlalu dan meninggalkan Profesor yang terdiam menanggung malu. Niatnya semula ingin mempermalukan tetapi karena hikmat yang dimiliki Mahatma Gandhi ternyata kenyataan menjadi terbalik.
Kemudian pada suatu hari di dalam kelas, Profesor sengaja memberikan pertanyaan kepada Mahatma Gandhi.
“Seandainya dalam perjalanan kamu menemukan satu tas penuh berisi kebijaksanaan dan satu tas lagi penuh berisi uang. Tas yang mana akan kamu ambil?”
Mahatma Gandhi pun menjawab, “Saya akan mengambil uang.”
Mendengar itu, dengan sinis dan seolah mengejek Profesor mengatakan, ” Jika itu aku, aku akan memilih kebijaksanaan.”
Dengan santai Mahatma Gandhi berkata,” Seseorang akan mengambil apa yang tidak dia punya.”
Dan Profesor pun kembali menanggung malu oleh karena hikmat yang dimiliki Mahatma Gandhi.
Demikian ilustrasi tentang hikmat yang aku dengar dari khotbah seorang Pendeta. Mungkin cara penyampaianku tidak sama persis tapi semoga intinya dapat. Sebenarnya sudah lama ingin kutuliskan tetapi selalu tertunda. Khotbah tentang hikmat kemarin mengingatkanku kembali.
Siapa tahu berguna bagi orang lain dan bila ternyata tidak berguna paling tidak berguna bagi diriku sendiri.
-Gassmom-
Pematangsiantar, 150119 (Saat berteduh dari hujan yang sangat deras).
Pict.Pinterest
11 replies on “Cerita Lucu Tentang Hikmat (Kisah Mahatma Gandhi)”
Kereennnnnn… 21 Mei 2021
SukaDisukai oleh 1 orang
Terima kasih.
SukaSuka
keren.. 21 Mei 2021
SukaDisukai oleh 1 orang
Terima kasih.
SukaSuka
[…] 1. Cerita Lucu Tentang Hikmat, Kisah Mahatma Gandhi […]
SukaSuka
Fabulous post
SukaDisukai oleh 1 orang
Thank You😊
SukaSuka
😁😁😁
SukaSuka
Seru nih si Gandhi ternyata
SukaDisukai oleh 1 orang
Iya, aku juga baru tahu setelah mendengar khotbah itu.😁
SukaSuka
Seperti mengalah untuk menang dengan cara membalikkan fakta
SukaDisukai oleh 1 orang