Bulan Agustus kemarin Mama didiagnosa Katarak dan harus dioperasi. Karena mama sudah lama aku masukkan ke BPJS Mandiri jadi aku sarankan pakai BPJS saja. Jadilah konsul dan berobat jalan ke Rumah Sakit rujukan. Dari hasil konsul diputuskan harus dioperasi dan jadwal pun dibuat, mama disuruh datang lagi pada hari yang sudah terjadwal, tidak usah mendaftar lagi tapi langsung ke ruang konsultasi.
Hari H pun tiba. Karena mereka tinggal di kampung, mereka pun berangkat cepat dari kampung. Masih pagi sudah sampai di Rumah Sakit. Tetapi begitu mereka sampai di ruang Konsultasi, petugas mengatakan bahwa hari itu pasien dibatasi karena ada tim Akreditasi sedang melakukan penilaian di RS tersebut. Mama pun disuruh pulang dan datang kembali keesokan harinya. Mengingat sudah datang jauh-jauh dari kampung, mama agak keberatan. Mama pun menghubungi aku via telepon. Kebetulan saat itu aku masih di rumah. Mama minta tolong supaya aku datang dan bicara kepada petugas disana supaya mereka jangan dicancel.
Aku yang nota bene seorang yang tidak neko-neko dan orang yang patuh peraturan, ditelepon begitu terang saja aku bingung. Apa yang harus kulakukan ya? Aku bukan orang yang suka ngotot dan berdebat. Kalau sudah seperti itu biasanya aku terima saja karena bagiku semua orang punya alasan tersendiri. Ditengah kebingunganku, aku berdiam diri dan dalam kondisi masih bersiap -siap mau berangkat, akupun berdoa dalam hati, “Bantu aku Tuhan, aku tidak tahu apa yang harus ku perbuat dan apa yang harus kulakukan. Tunjukkan jalan ya Tuhan. Beri yang terbaik kiranya Tuhan. ”
Di sepanjang jalan mau ke Rumah Sakit pun aku terus mengulang doa itu dalam hati. Karena aku memang bingung, di satu sisi aku tidak ingin berdebat dengan pihak Rumah Sakit tapi di satu sisi aku juga merasa berat kalau orangtuaku harus pulang dan kembali lagi keesokan hari.
Sampai di Rumah Sakit, aku bergegas menemui orangtuaku dan bermaksud berbicara dulu dengan mereka bagaimana sebenarnya penyampaian dari pihak Rumah Sakit. Tapi begitu aku sampai, Bapak langsung mengatakan, “Sudah bisa, akhirnya hari ini jadi dikerjakan.”
Akupun jadi bingung. Bapak pun menjelaskan bahwa tadi walaupun disuruh pulang mereka tidak langsung pulang tapi duduk kembali dan bergabung dengan pasien lain di ruang tunggu. Tak berapa lama mereka berbincang dengan pengunjung di sebelah mereka yang ternyata seorang pensiunan mantri kesehatan dan kebetulan rumahnya dekat dengan petugas Poliklinik tujuan mereka. Akhirnya bapak tersebut menemui petugas dan minta tolong diberi dispensasi karena sudah jauh datang dari kampung. Pada saat itu juga pemeriksaan lab untuk yang diberi jadwal operasi hari itu sudah dilakukan. Dan ternyata ada salah seorang pasien yang Kadar Gula Darahnya tinggi sehingga tidak memenuhi syarat untuk dilakukan tindakan operasi. Dan otomatis kuota berkurang. Mama pun dianjurkan untuk periksa lab dan hasilnya normal. Jadilah, mama tetap di operasi katarak hari itu juga. Dan saat aku sampai kami hanya tinggal menunggu antrian masuk ke kamar bedah.
Sambil menemani orangtuaku menunggu panggilan, akupun merenungkan kembali peristiwa hari itu. Semua sepertinya memang kebetulan…, kebetulan mereka tidak langsung balik kanan, kebetulan mereka duduk di sebelah bapak pensiunan mantri itu, kebetulan rumah bapak itu dekat petugas rumah sakit, kebetulan ada pasien yang hasil lab nya bermasalah. Kebetulan demi kebetulan.
Tetapi setelah kurenungkan semua itu bukan kebetulan belaka tetapi semua adalah campur tangan Tuhan, jalan Tuhan, jawaban Tuhan untuk doa yang dipanjatkan. Tidak harus muzizat besar sebagai bukti jawaban Tuhan dalam hidup kita tetapi sesuatu yang kita lihat seperti kebetulan pun adalah bukti Kebaikan Tuhan kepada umat-Nya yang percaya kepada-Nya.
Terpujilah Tuhan, Haleluya.
Amen.
-Gassmom-
Pematangsiantar, 301218
(Tulisan ini sudah pernah diunggah di PlukMe.)
2 replies on “Kebetulan? Itu adalah Campur Tangan Tuhan”
Amin, Tuhan ikut campur tangan
SukaDisukai oleh 1 orang
Amin.
SukaDisukai oleh 1 orang