“Aduh! Kak, Kak Sarah! Bantuin … ”
“Apa? ”
“Tolong Abang kak. ”
Sarah si kakak pun bergegas menemui Sachio yang sedang susah payah mempertahankan jemuran handuk bongkar pasang yang sudah setengah tumbang. Tapi bukan semakin kokoh, rak handuk tersebut pun semakin terpisah satu sama lain.
Melihat situasi tersebut, Sachio bocah lelaki usia 4 tahun itu pun bergegas menemui mama mereka yang sedang sibuk menyetrika, yang pura-pura tidak tahu dengan apa yang sedang terjadi.
“Ma, beli lagi rak handuk kita ya Ma.” ujar Sachio dengan wajah penuh harap.
“Nggak, uang mama nggak cukup.” jawab sang Mama.
“Berapa rupanya harganya?” tanya Sachio lagi.
“Satu juta. ”
“Oh … ” Sachio pun bergegas ke halaman lagi menemui Sarah si kakak yang masih setia di dekat rak handuk.
“Kak, kata mama harganya satu juta. Mahal … Mama nggak mungkin beli yang baru.” lapor Sachio dengan suara pelan kepada Sarah.
Tak berapa lama, tok tok tok … Suara batu yang ditokok ke rak handuk pun riuh terdengar. Sang mama pun penasaran dan mengintip dari jendela. Ternyata Sarah dan Sachio sedang bekerjasama bahu membahu memperbaiki rak handuk yang nyaris tercerai berai itu. Sambil tersenyum si Mama pun kembali larut dengan kesibukannya dan tetap bersikap seolah-olah tidak perduli.
Setengah jam kemudian Sarah dan Sachio masuk ke rumah dengan wajah riang. Sarah membawa rak handuk yang sudah bersatu kembali dan merapikan kembali handuk yang sudah jatuh bersama Sachio.
“Ma, rak handuknya sudah bagus ya. Mama tak usah beli yang baru lagi. Mahal kan Ma? “ujar Sarah dengan senyum terkulum.
“Oke, makasih ya Boru.” jawab sang mama singkat. Sambil melanjutkan menyetrika sang mama pun tersenyum bahagia sambil bergumam, “Iya, rak handuknya memang tidak mahal tapi yang mahal itu persaudaraan dan kerjasama kalian.”
The end.
note.
– boru= panggilan sayang orang Batak kepada anak perempuannya.
– Tulisan ini sudah pernah diunggah sebelumnya pada tanggal penulisan di platform Plukme
-Gassmom-
Pematangsiantar, 230918
Sumber Gambar: foto Pribadi